Katabah telah membahas tentang contoh Kaana dan Inna itu pada
artikel yang berjudul “Cara Menjawab Soal Bahasa Arab Gundul.” Di sini, ada
sedikit tips mengingat agar penerapan Kaana dan Inna tidak tertukar.
1. Kaana
كان المدرّس جميلا
“Kana” itu menyuruh rafa’ (dlammah) pada Mubtada dan menyuruh
nashab (fathah) pada Khabar. Biasanya Khabar (جميلا) muncul setelah
Mubtada (المدرّس).
Jadi, kalimat di atas harus dibaca
(كَانَ الْمُدَرِّسُ جَمِيْلًا).
2. Inna
انّ المدرّس جميل
Kalau Inna kebalikan dari Kana, yaitu menyuruh nashab
(fathah) pada Mubtada dan menyuruh rafa’ (dlammah). Jadi dibaca
(اِنَّ الْمُدَرِّسَ جَمِيْلٌ).
Melihat kedua contoh di atas, kita dengan mudah bisa
membedakan penerapan Kaana dan Inna. Akan tetapi, saya seringkali tertukar
apakah setelah Inna itu harus fathah atau dlammah? Apakah setelah Kaana itu
harus fathah atau dlammah?
Saya sendiri suka mengingat kalimat yang menggunakan Inna
yang sering dibaca atau didengar. Misal:
اَنَّ اللهَ
Kalimat di atas tidak dibaca “Innallahu.” Silahkan lihat di
Quran atau ketika Khutbah Jumat. Iya kan?
Walaupun dengan kedua kata di atas, saya sangat terbantu
bahwa setelah Inna itu harus Nashab (fathah). Selanjutnya, saya tahu bahwa kata
setelah yang inna dan yang berharokat fathah itu harus rafa’ (dlammah). Misal:
انّ الْمُدَرِّسَ مَاهِرٌ
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment