Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Wednesday, October 28, 2015

Nabi Muhammad Ummi (Tidak Bisa Baca Tulis) Dalil Quran dan Bahasa Arab

Hello Katabah!
Perdebatan tentang apakah makna “ummi” yang disematkan kepada Nabi Muhammad itu benar-benar berarti tidak bisa baca-tulis? Ini mungkin tak ada hentinya.

Namun saya yakin bahwa semakin cerdas orang, maka ia akan memaknai “ummi” itu sebagai sebuah keunggulan. Hah, bukankah “tidak bisa baca-tulis” itu lambang kebodohan, bagaimana bisa dikatakan keunggulan? Nanti dibahasnya, sekarang lihat dulu teks Qurannya dalam penggalan Q.S. al-A’raaf 7: 158:


(فَئَامِنُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِىِّ الْأُمِّىِّ الَّذِى يُؤْمِنُ بِاللهِ وَكَلِمَتِهِ وَاتَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Artinya:
“….Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

Kalau hanya ingin berdalil bahwa Nabi Muhammad itu ummi, maka cukup ini saja penggalannya:
فَئَامِنُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِىِّ الْأُمِّىِّ

Artinya:
“….Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi….”

Lalu, di mana keunggulannya kalau nabi tidak bisa “baca tulis”? Bukankah Quran sendiri harus dibaca? Bukankah untuk bisa dibaca itu harus ada tulisannya?

Alasan yang biasa berkembang adalah Nabi sengaja bersifat ummi untuk menghindari kecurigaan bahwa Quran itu buatan Muhammad. Kalau beliau tidak bisa baca-tulis, mana mungkin Quran itu buatan beliau. OK?

Kalau begitu, bagaimana Nabi Muhammad bisa menjadi pemimpin hebat?
Saya beranaloginya begini, untuk menjadi hebat itu tidak hanya tergantung pada baca-tulis. Memang kemampuan baca-tulis itu lambang kemampuan seseorang, tapi bukan satu-satunya lambang!

Kalau kita sudah mampu menangkap yang dibicarakan hanya dengan satu kali dengar, maka tanpa membaca pun kita bisa hebat.

Kalau kita sudah mampu berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa, maka tanpa membaca referensi pun bisa jadi jauh lebih hebat. Bukankah referensi itu sumbernya dari manusia, sedangkan doa (dan jawabannya) merupakan “referensi” dari Tuhan?

Itulah salah satu pemikiran saya seandainya Nabi Muhammad benar-benar tidak bisa baca-tulis. Sekali lagi, tidak bisa baca-tulis bukan lambang kebodohan, kalau kita memiliki jalan alternatif lain untuk menjadi cerdas. Bukankah banyak orang-orang yang berkebutuhan khusus saat ini bisa lebih hebat dari orang normal? Apalagi Nabi yang dibimbing melalui wahyu. Ya..ya..ya….! :D


Belajar Bahasa Arab
Pada posting ini, saya belajar fi’il amar dari penggalan teks Arab ini:
فَئَامِنُوْا

Agar lebih mudah, lagi saya copot huruf “fa”-nya, sehingga menjadi:
ئَامِنُوْا

Kata “aminu” (ئَامِنُوْا) merupakan fi’il amar (kata kerja perintah) dalam bentuk jamak karena ditujukan untuk kata ganti (dlammir) “antum” (انتم).

Adapun bentuk tunggalnya adalah “amin” (ئَامِنْ) dari kata dasar:
ئَامَنَ – يُؤْمِنُ

Kata “aminu” (ئَامِنُوْا) bisa juga ditulis dengan harokat fathah berdiri pada huruf alif awalnya, seperti ini: امِنُوْا

Akan tetapi, karena saya belum bisa mengetik fathah berdiri, maka digunakanlah huruf hamzah (alif) ganda (ئَا).


Artikel Terkait:

"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment