Hello Katabah!
Cerita ini diangkat dari
kisah perjalananku saat menggunakan kereta api dari Padalarang. Semua isi tidak
bermaksud menyinggung pihak manapun, tidak pula membuat para pembaca berjenis
kelamin wanita cantik cemburu. Ceritanya sengaja sedikit dibuat agak dramatis
sebagai tanda pengalaman pertama beli tiket kereta api sendiri. Pembukaan ini
saya nyontek sedikit dari sebuah televisi swasta yang menayangkan film India. He..he..
Naik kereta api termasuk
barang langka bagiku. Ada perasaan takut lupa turun saat tiba di stasiun tujuan
hingga tidak bisa bilang “kiri” seperti biasa pada kondektur bis atau angkot.
Walaupun banyak orang
menyarankan naik Kereta Api (KA) dengan alasan lebih murah dari bis, tapi aku
tak peduli karena takut tempat tujuan terlewat.
Namun, kemarin situasi
berbeda. Kakak minta ditemani naik KA menjenguk ua yang anaknya baru saja
meninggal dunia beberapa hari yang lalu. Dengan pengalaman naik KA, kakak ingin
mengajak ibu jalan-jalan naik kereta juga di kemudian hari.
Dengan tidak yakin, saya
terpaksa tanya sini - tanya sana sebelum membeli tiket. Tiba di stasiun, tiket
pun sudah di tangan.
Keberangkatan tidak ada
cerita menarik. Tapi ketika pulanglah yang sangat berkesan.
Menjelang pukul 4 sore,
aku tiba di stasiun Padalarang. “Maaf Bu, beli tiket ke Bandung!”
“Sudah habis, Mas,” kata
seorang petugas tiket.
Aku menuju ruang tunggu
antrian untuk menunggu tiket keberangkatan pukul 5 sore. Namanya pemula, aku
membaca-baca tulisan yang terpampang di sekeliling ruangan.
Mataku tertuju lagi ke
Mbak petugas tiket. “Ya Tuhan, ia cantik sekali dan masih muda lagi.”
Antrian pembelian tiket
pun telah dibuka. Aku mengantri di urutan dua, tepat di belakang ibu muda
cantik berkerudung dan berbatik rapi. Tapi maaf…tidak secantik petugas loket tiket.
Hmm…
“Beli tiket ke Bandung,
Bu.” Aku serahkan uangnya sambil sedikit menatap wajahnya yang imut. “Ini kesempatan
melihat dari dekat lho…!” bisik hatiku.
Tiket sudah ada. Aku
mengantri di ruang tunggu kereta sambil berbincang-bincang bersama kakak
tercinta. Kereta datang, kami pun naik.
Tak lama kemudian,
kereta pun siap berangkat. Tampaknya para penumpang sudah masuk semua.
Tapi….pintu kereta yang tinggal terbuka sedikit, tiba-tiba ada yang membuka
lagi. Siapa dia….?
“Ya Tuhan, seorang gadis
cantik berpakaian rapi warna biru naik dan segera duduk di kursi dekat pintu
kereta.”
“Dia adalah bidadari
petugas loket tiket tadi…. OMG….!!!”
Ia berdiri dan
memanggil-manggil petugas lain yang sedang bertugas tanpa mempedulikan kalau ia
sedang membelakangiku yang duduk berhadap-hadapan sedang terperangah terpana
tubuh yang langsing laksana selebritis berpinggang biola.
Kereta pun berangkat. “Gujes..gujes…gujes….”
Awalnya, aku tak ingin
memandang perawan nan rupawan itu. Tapi para penumpang di sekelilingnya hampir
semua melirik ke gadis itu. Tidak hanya laki-laki, para perempuan juga.
Ternyata, ia sangat menarik bagi semua orang, termasuk para perempuan. “Apalagi
aku…!”
Yang lain sudah kembali
ke posisi semula, ada yang membaca, ada yang buka gadget dan ada yang bersiap
untuk tidur. Tapi ada seorang Bapak yang duduk di samping bidadari tadi masih
juga menatap dari jarak sekitar 5 penumpang di samping kanannya. “Duh
Bapak-bapak, jangan ditatap terus….! Itu kan bagian anak muda dong…!” hatiku jealous.
Kereta sudah cukup lama
berjalan. Si Bapak sudah tidak melirik lagi calon pujaan hatiku. Kini aku yang
memberanikan diri memandang ke arahnya. Bibir kecilnya pun tersenyum manis
dengan pipi kemerah-merahan. “Malu-malu kali….”
Matanya yang indah balik
menatap menembus mataku hingga menusuk jantung. Dag-dig-dug, hatiku ini nyaris
tak mampu membendung sorotan bola mata berbulu sedikit lentik.
Melihat ada beberapa
kursi di sampingnya yang masih kosong, aku pun melirik ke kursi kosong itu. Ia
pun ikut melirik kursi kosong dan kembali memanahkan sinar matanya ke dadaku.
Sesaat ia membuka
gadget-nya, aku memberanikan diri menghampirinya.
“Maaf Mbak, boleh menggangu
sebentar?”
“Silahkan, ada apa ya
Mas?”
Kami pun sedikit
berkenalan sambil sesekali saling curi pandang.
“Maaf Mbak, boleh ambil
fotonya buat kenang-kenangan dan pajangan di blogku tercinta.”
“Oh, Mas ini blogger juga
ya…?”
“Ya, blogger pemula,
Mbak.”
“Boleh, nanti aku jadi
pengunjung barunya ya Mas.”
Kereta berhenti.
Tandanya, sang bidadariku harus turun lebih dulu. “Ya Tuhan, kenapa waktu ini
terlalu cepat berlalu?”
“Tapi tidak apalah,
fotonya sudah ada di HP-ku dan senyuman manisnya sudah ku simpan rapat di dalam
hatiku.”
“Kalau begitu, aku harus
segera naik kereta menuju Padalarang lagi. Bukan untuk menengok siapa-siapa,
tapi hanya untuk berjumpa si dia.” Oh pujaan hatiku…!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|