FAKTOR KERUSAKAN SEMANGAT MAHASISWA
Banyak faktor yang mempengaruhi semangat mahasiswa, baik menuju
peningkatan semangat belajarnya maupun faktor yang mempengaruhi kemorosotan
semangat belajarnya. Dari sekian banyak faktor eksternal dan internal yang
mempengaruhinya, berikut saya tuliskan beberapa faktor yang mempengaruhi
kemerosotan semangat belajar mahasiswa:
1.
Faktor Mahasiswa Sendiri
Semangat belajar mahasiswa sangat dipengaruhi oleh prinsip awal yang ada
di dalam dirinya sendiri. Apabila dari sebelum masuk atau daftar kuliah seorang
mahasiswa sudah memiliki perencanaan, minimal kemauan, maka semangatnya akan
relatif terjaga, bahkan boleh saja meningkat. Sebaliknya, kalau dari sebelum
daftar menjadi mahasiswa hanya karena ikut teman atau ngejar trend saja
biasanya semangat belajar sulit ditumbuhkan, yang ada hanya memeras keuangan
orangtua.
2.
Faktor Teman
Memang banyak benarnya bahwa kita harus pandai mencari teman. Teman
sekampus akan banyak berpengaruh terhadap semangat belajar kita. Bagaimana bisa
belajar, kalau teman kita hari-harinya ngajak ke kantin terus, pulang dari
kampus hanya punya planning jalan-jalan. Ini berbahaya karena bisa saja tugas
kuliah terbengkalai, yang ada hanya nyontek hasil teman demi mendapatkan nilai
dari dosennya.
3.
Faktor Dosen
Semangat belajar mahasiswa sangat dipengaruhi oleh diri mahasiswanya
sendiri juga oleh sikap dosennya. Ada seorang mahasiswa yang mengalami
kesulitan bimbingan tugas akhir. Dia sudah awal-awal mengajukan draft
penelitiannya tapi setelah lebih enam bulan tidak beres juga bimbingannya,
padahal teman-temannya sudah ada yang beres. Mahasiswa tersebut bercerita
kepada saya bahwa dia mengalami dampak buruknya berupa kehilangan semangat
mengerjakan tugas akhir, bahkan ia khawatir terhadap stres yang sering
menghantuinya. Dia mengalami sekitar tiga bulan kehilangan semangat penelitian.
Pada awalnya, dia mengira mungkin saja itu kemalasan dirinya yang wajar, tapi
dia baru sadar ketika dia malas mengerjakan tugas akhir, ia mampu menulis karya
tulis lain tidak kurang dari lima lembar hampir setiap hari.
Cerita mahasiswa di atas sebaiknya menjadi bahan perubahan sikap seorang
dosen dengan pertimbangan:
a.
Seorang dosen bukan hanya menghargai hasil
penelitian tapi harus menghargai perjuangan mahasiswa. Hal ini disebabkan ada
mahasiswa yang tugas akhirnya banyak dibantu oleh orang lain, tapi bisa lulus
lebih dulu. Kalau dosen tidak memperhatikan mahasiswa yang kerja sendiri, berarti
keaslian karya tulis itu tidak ada harganya.
b.
Seorang dosen harus punya kemauan keras agar
mahasiswanya bisa lulus tepat waktu. Tidak ada lagi lulus “karbitan”. Kalau
mahasiswa sudah menjalani masa studi normal (misalnya 4 tahun), itu bukan karbitan lagi tapi memang sudah
seharusnya lulus, kecuali mahasiswa yang memang tidak mau melakukan penelitian
atau masih tidak lulus dalam matakuliahnya. Pemikiran ini yang masih seringkali
tidak disadari seorang dosen. Padahal kita ingat, hambatan kelulusan akan
berpengaruh terhadap jenjang karir mahasiswa, nasib hidupnya, bahkan keberadaan
keluarganya yang harus bertambah pengeluarannya untuk kuliah anaknya. Lulus
tidak tepat waktu juga akan berpengaruh terhadap mental mahasiswa, seperti
kecewa berat, malu bertemu teman, malu bertemu keluarga (termasuk orangtua),
dan sikap negatif lainnya. Tidak menutup kemungkinan ada keinginan untuk bunuh
diri atau hidup seperti preman-preman jalanan, ia putus asa karena perjuangan
hidupnya selama ini tidak dihargai. Untung-untung kalau pola pikir mahasiswanya
positif seperti banyaknya mahasiswa DO yang sukses di bidang lain.
4.
Faktor Kampus
Faktor keempat ini biasanya terkait pelayanan kampus yang kurang ramah
dan suka berlama-lama mengurus administrasi. Saya pikir, meskipun ini ada
pengaruhnya terhadap semangat belajar mahasiswa, tapi tidak terlalu besar.
Itulah empat faktor yang mempangaruhi semangat belajar mahasiswa. Keempat
hal tersebut perlu menjadi perhatian berbagai pihak terutama oleh mahasiswa dan
dosen. Harus diingat bahwa menunda kelulusan mahasiswa itu bukan langkah
terbaik karena masih banyak tugas yang harus mahasiswa kerjakan. Sebenarnya,
yang lebih miris, dosen juga jarang berlapang dada mengakui ketidakmampuan di
bidang penelitian mahasiswanya, yang ada “itu salah ini salah”, dengan alasan
itu kan bimbingan mental bagi mahasiswa. Saya katakan bahwa bimbingan mental
itu bisa dilakukan oleh dosen sejak awal perkuliahan, sehingga tidak perlu lagi
mahasiswa harus menambah masa studinya. Kasihan mereka…!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment