JANGAN SO
TAHU DI HADAPAN ALLAH
Langkah awal
orang sukses dan orang gagal memang beda-beda tipis. Langkah awal orang cerdas
dan orang bodoh beda tipis juga. Contohnya: mau berubah atau enggak, mau sukses
atau enggak, mau mencoba atau enggak. Hanya begitu, bukan?
Untuk langkah
selanjutnya semakin jauh, semakin berbeda langkahnya, dan semakin berbeda pula
hasilnya. Tapi tentang langkah tersebut tidak akan dibahas di sini, biarlah
artikel lain yang menuangkannya.
Di sini saya
hanya ingin berbagi tentang “Jangan So Tahu di Hadapan Allah”. Memang pengalaman
ini akan memunculkan beberapa pendapat, sesuai dengan pemahaman dan latar
belakang kehidupan masing-masing.
Saya pernah
berpikiran: seandainya saya ditawari satu pilihan dari tiga hal, maka saya akan
memilih satu. Yaitu apabila saya ditawari karir atau PNS atau kuliah? Jawabannya
saya akan memilih KULIAH. Alasannya dengan kuliah, saya akan bisa menjadi PNS
dan karir pun akan bagus. Lebih dari itu, dengan kuliah saya akan mendapatkan
ilmu yang banyak yang mana kemungkinan besar banyak bermanfaat kepada orang
banyak juga. Pemikiran ini cukup lama bersemayam di kepala, sehingga semakin
lama, doa saya semakin terfokus ingin kuliah.
Benarkah pemikiran
di atas? Wallahu ‘alam.
Setelah saya
diberikan Allah untuk kuliah S2, ternyata apa yang dibayangkan semula tidak
terjadi. Yang ada dan menjadi realita adalah karir terputus karena harus
kuliah, PNS juga demikian karena tidak ikut daftar, bahkan kuliahpun tidak
kunjung lulus padahal sudah akhir semester 5. Semua ide menulis tugas akhir
hilaaang entah kemana. Doa terus dipanjatkan, tapi terasa tidak ada jawaban. Saya
sendiri juga aneh dengan kejadian ini. Besar kemungkinan orang yang tidak
mengalaminya tidak akan percaya atas kejadian ini. Mungkin saja mereka dengan
mudah berkata: itu malas saja, itu kurang baca saja, itu kurang strategi saja,
dan seterusnya. Akan tetapi, bagi yang pernah mengalaminya kemungkinan besar
akan merasakan betapa sakitnya hati ini, bingung….! Tidak mengerti dengan yang
menimpa pada diri sendiri.
Dengan kejadian
di atas, berbulan-bulan sambil jengkel, sering-sering merenung juga. Akhirnya,
saya menduga ini sebuah teguran dari Allah karena saya so tahu di hadapan-Nya. Saya
menganggap kuliah itu langkah terbaik, padahal belum tentu di hadapan Allah. Buktinya,
saat ini tampak hilang semua yang sudah direncanakan.
Kini, saya
lebih setuju berdoa itu jangan maksa. Berdoa penuh harap itu bukan berarti
harus maksa. Penuh harap itu berarti berdoa dengan sungguh-sungguh agar doa
kita dikabulkan, tapi dilakukan dengan cara yang terbaik. Sedangkan berdoa
dengan memaksa berarti meminta kepada Allah dengan sungguh-sungguh, penuh
harap, penuh keinginan, sehingga ketika tidak terkabul muncul perasaan jengkel
atau marah. Saya lebih nyaman ketika berdoa tidak terkabul atau belum terkabul,
seyogyanya kita sangat bersyukur atas keputusan Allah, karena dapat dipastikan
Allah punya rencana lain yang terbaik buat kita.
Apakah yang
dimaksud rencana terbaik Allah? Apakah doa kita ingin kaya akan dikabulkan
dengan cara menunda waktunya saja? Apakah doa kita ingin cerdas akan dikabulkan
suatu saat nanti?
Jawabannya
belum tentu YA. Boleh jadi kita meminta kaya, Allah memberi kita miskin. Kita
meminta cerdas, Allah memberi kita bodoh. Kenapa demikian? Karena boleh jadi
kemiskinan dan kebodohan merupakan langkah terbaik untuk kita agar semakin
dekat dengan Allah.
Mari berusaha
terus untuk kaya dan cerdas! Tapi ketika diberi kemiskinan dan kebodohan,
segeralah kita bersyukur juga, karena semuanya titipan Allah yang harus kita
syukuri.***
Tulisan ini
diambil dari pengalaman seorang mahasiswa S2. Semoga menjadi bahan renungan
kita dalam menyikapi liku-liku hidup ini!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment