MENGATASI MASALAH DENGAN SYUKUR
Setelah
hampir setengah tahun saya belajar menghadapi masalah, ujung-ujungnya sampai
pada keinginan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang sudah ada. Pagi-pagi di
saat jari-jari sudah terasa letih karena harus mengetik dari subuh untuk
mendapatkan uang recehan di Internet, saya sempatkan membuka-buka lagi kumpulan
tabloid Islami Manajemen Qalbu yang sudah diikat tali rapia sejak beberapa
tahun yang lalu.
Karena mata
juga sudah terasa lelah, mungkin karena sudah beberapa jam duduk di depan
komputer, saya hanya bisa membaca judul-judul yang ada di tabloid tersebut,
kadang-kadang membaca juga sekilas isinya apabila dirasa menarik.
Dalam salah
satu edisinya, kira-kira di hampir halaman akhir tabloid ditemukan pembahasan
tentang Hamdalah yang ditulis oleh Mas Amri. Pada intinya kita harus bersyukur
dalam segala keadaan, minimal dengan mengucapkan alhamdulillah (segala puji
bagi Allah).
Saya juga
jadi merenung dan berkeinginan untuk mempraktekkannya. Apalagi yang harus kita
lakukan, selain bersyukur saja? Kita terus mengejar cita-cita, kalau tanpa izin
Allah tentu tidak akan tercapai. Kenapa kita harus lupa atas nikmat yang ada?
Cita-cita
ingin lulus kuliah tepat waktu, tidak tercapai? Kita masih punya nikmat yang
lain seperti punya pekerjaan. Pekerjaan hilang karena harus kuliah? Tidak
masalah, kita masih punya sisa-sisa pekerjaan yang bisa dilakukan seperti
membuat tulisan di Internet untuk mendapatkan uang.
Uang dari
Internet tidak tercapai? Tidak masalah, kita masih punya harapan tulisan kita
dapat dibaca orang lain semoga saja jadi pahala. Sudah tidak bisa lagi
Internetan karena modal untuk beli pulsa habis? Tidak masalah, kita masih punya
komputer sehingga bisa mengumpulkan tulisan sebanyak-banyaknya di komputer agar
suatu saat bisa dipublikasikan lagi.
Komputer
juga rusak? Tenang, kita masih menulis di kertas bekas. Kertas bekas habis?
Tenang, kita masih bisa bercerita dengan orang yang bertemu kita. Kita sudah
tidak mampu bicara karena sakit-sakitan disebabkan kurang makan alias
kelaparan? Tenang, kita masih bisa mengumpulkan ide-ide kita di kepala. Kepala
kita sudah tidak mampu lagi menampung ide-ide yang banyak? Tenang saja, kita
masih bisa mengucapkan Alhamdulillah sebagai tanda syukur kepada Allah karena
kita sudah diselamatkan dari berkata dan berpikir yang tidak bermanfaat.
Itulah
rangkaian syukur yang sedang saya pelajari. Awalnya saya seringkali merasa malu
di hadapan orang lain karena khawatir termasuk kategori pemalas, tidak mau
bekerja keras, lalai dan sejenisnya. Akan tetapi, saat ini saya memahami bahwa
yang tahu tentang masalah sebenarnya hanya saya dan Allah. Jadi, cemoohan dan
hinaan dari orang lain tidaklah perlu diindahkan kalau hanya membuat kita
stres. Tapi apabila kritikan orang lain dapat memotivasi kita menjadi lebih
baik, bolehlah kritikan tersebut ditampung di kepala kita.
Dulu, saya
agak sering memberikan masukan kepada para siswa yang takut tidak lulus seleksi
masuk perguruan tinggi. Saya menyarankan mereka agar dapat menerimanya dengan
lapang dada. Nah ketika saya dihadapkan dengan kelulusan kuliah yang tak
kunjung selesai, kenapa saya tidak mempraktekkan rumus lapang dada tersebut?
Ketika saya dihadapkan dengan karir yang hancur, kenapa saya tidak menerimanya
dengan lapang dada? Lapang dada adalah lambang kita bersyukur. Bersyukurlah
dalam segala keadaan.
“Nikmat mana
lagi yang kamu dustakan?” Allah yang punya diri kita, kenapa kita harus
khawatir yang berlebihan atas diri kita. Allah Yang Maha Memiliki diri kita
akan selalu menjaganya. Maka tugas makhluk adalah bersyukur atas apa yang ada,
karena inilah yang Dia perintahkan.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment