MENYIKAPI
TAKDIR TIDAK PERLU REWEL
Bicara
takdir buruk (takdir yang tidak diinginkan) pada saat kehidupan kita senang itu
hal-hal biasa saja. Bahkan seringkali mengatakan bahwa orang yang miskin itu
miskin karena dirinya sendiri; orang yang bodoh itu bodoh karena dirinya
sendiri.
Lain halnya
ketika kita sendiri yang mengalami kemiskinan dan kebodohan itu. Besar
kemungkinan kita tidak menerima orang lain yang mengatakan bahwa kita bodoh
karena diri kita sendiri. Kita menolak tuduhan tersebut karena merasa sudah
berusaha semaksimal mungkin.
Nah, saya
berpendapat bahwa orang akan lebih bijak berbicara tentang kebodohan apabila
orang tersebut “bodoh” juga. Orang akan lebih bijak berbicara tentang
kemiskinan apabila orang tersebut “miskin” juga. Kenapa demikian? Karena orang
tersebut merasakan sendiri bagaimana penderitaannya di saat mengalami miskin
dan bodoh.
Orang miskin
sering berkata bahwa nasib miskinnya itu adalah takdir yang harus dijalaninya.
Namun sebagian orang kaya mencibir pendapat tersebut karena menilai orang itu
sendiri yang memilih cara-cara hidup miskin. Tapi, sudahlah biarkan kedua
pendapat tersebut berjalan bersama-sama, toh dunia ini selalu
berpasang-pasangan, bukan?
Saya
menyoroti orang yang miskin atau bodoh. Di saat seseorang sering mengalami
kegagalan dalam mencapai targetnya, di saat itulah banyak orang yang kecewa.
Kita kecewa atas kegagalan kuliah kita; kecewa atas kegagalan bisnis kita;
kecewa atas kegagalan karir kita. Padahal kalau kita sadari kekecewaan itu
tidaklah akan mengubah kita menjadi sukses, tidak juga akan membuat kita banyak
uang.
Dengan
demikian, mari kita tidak rewel dengan takdir yang membuat kita menderita.
Kecewa, sakit hati, dan protes terhadap takdir Tuhan tidak akan mengubah
keputusan-Nya atas diri kita.
Kita sebagai
makhluk hanya melakukan usaha menuju sukses semaksimal mungkin, sesuai ilmu
yang dimiliki kita. Hasilnya biar Allah yang menentukan. Gagal atau sukses,
banyak uang atau malah uang yang ada juga hilang, semuanya bukan urusan manusia
semata. Tidak perlu jengkel dengan hidup yang penuh derita; tidak perlu
menyalahkan Tuhan karena hidup kita terasa menyakitkan. Bersyukurlah apa yang
ada, baik di kala miskin ataupun menderita.
Sehebat
apapun kita protes kepada Tuhan, tidak akan mengubah nasib kita, yang ada malah
berdosa. Sehebat apapun kita stres ingin sukses, kalau Tuhan berkehendak semua
kemampuan kita Dia cabut dengan seketika, sehingga kita sama sekali tidak
berdaya. Ingat Tuhan Maha Mengetahui yang terbaik buat makhluk-Nya, maka tidak
perlu protes atas apa yang menimpa pada diri kita walaupun menurut kita sangat
tidak pantas. Lakukan yang terbaik, hasilnya lupakanlah!
Tulisan ini
terinspirasi dari tausiyah K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), juga dari
perjalanan hidup sehari-hari seorang mahasiswa. Tentu saja, Aa Gym menggunakan
bahasanya lebih baik lagi dibandingkan tulisan ini.
Semoga
bermanfaat!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment