TARGET ITU PENTING, TAPI TIDAK HARUS
TERCAPAI
Di saat para
motivator menggemakan bahwa hidup ini harus punya target, di saat itulah orang
berbondong-bondong memasang target hidup masing-masing. Untuk lebih tepatnya
membuat target, mereka rela membayar seminar-seminar yang disampaikan oleh para
motivator atau nara sumber lainnya.
Dengan hanya
satu kata “TARGET”, banyak orang bersemangat hidup dan menggebu-gebu ingin
menjadi orang sukses. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin; Di dunia ini
tidak benar kalau hidup terus miskin; Di dunia ini harus cerdas. Itulah beberapa
kalimat yang tertanam dalam dada orang-orang yang sedang rindu atas kesuksesan.
Perlu ditekankan, sukses di sini cenderung tidak terlepas dari UANG dan ILMU.
Namun demikian,
saya punya pendapat sendiri bahwa “target itu penting, tapi tidak harus
tercapai”. Inilah yang seringkali mengundang penentangan dari teman-teman saya
sendiri. Berbagai alasan saya sampaikan, tapi tetap saja ada yang tidak setuju.
Tapi saya tidak akan memaksa orang lain untuk menyetujui pendapat saya tadi. Pendapat
tersebut hanya mengingatkan saja seandainya ada orang yang mengalami kegagalan
dalam mencapai targetnya, sehingga tidak berdaya sama sekali untuk menjalankan
ikhtiar selanjutnya, mungkin pendapat saya tadi bisa dijadikan renungan agar
kita tidak terus dirundung kekecewaan, bertanya-tanya atas nasib yang sedang
dialami.
Sebagai contoh
nyata, saya punya beberapa pengalaman, antara lain:
1.
Saya punya target kuliah lulus tepat waktu,
hasilnya gagal.
2.
Saya punya target membangun ekonomi dan
pendidikan skala kecil sekali untuk membantu orang miskin dan bodoh, hasilnya
gagal.
3.
Saya punya target belajar suatu pelajaran (baik
terkait agama ataupun umum), hasilnya gagal.
4.
Saya punya target karir/pekerjaan, hasilnya
gagal.
Yang
dilakukan saya adalah berikhtiar dan berdoa. Namun hasilnya tetap gagal. Maksud
gagal di sini adalah hasil tidak seseuai target minimal alias tidak sesuai yang
diharapkan.
Puncak
kegagalan adalah di saat saya tidak berdaya untuk melakukan sesuatu, misalnya:
kehilangan ide menulis untuk tugas kuliah, kehilangan strategi untuk membenahi
kembali karir, kehilangan strategi belajar untuk memahami agama, dan
sebagainya. Yang ada hanyalah kekecewaan dan pikiran tidak mengerti kenapa saya
bisa seperti mayat kaya gini? Fisik normal, tapi pikiran tidak normal. Makan
masih normal, tapi energi tidak normal. Inilah penyakit yang membahayakan.
Dengan kejadian
di atas, saya semakin kuat meyakini bahwa “target itu penting, tapi tidak harus
tercapai”. Apapun hasilnya harus kita syukuri. Dipecat dari pekerjaan, dipecat
dari status mahasiswa, kehilangan peluang mendapatkan uang, dan apapun yang
membuat saya tidak berdaya, tidak perlu dijadikan kekecewaan. Semuanya pasti
tidak terlepas dari campur tangan Tuhan, maka solusinya hanya kembali kepada
Tuhan dalam keadaan apapun.
Artikel ini
ditulis berdasarkan pengalaman/curhat seorang teman.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment