Pemimpinku Berhentilah Bermain
Sudah lama rakyatmu ini hidup
Sudah tua usiaku sampai saat ini
Berpuluh-puluh tahun bersama negeri
Tidak sedikit yang tertangkap panca
indera.
Ku terpikir pada ulah para pemimpin
Kenapa semakin hari semakin tidak
bisa dipahami
Apakah mereka itu pemimpin?
Ataukah mereka penjajah?
Aku tidak tahu
Aku tidak paham dengan semua itu.
Kenapa ….kenapa….kenapa…?
Banyak rakyat yang hidup dipinggiran
kali,
Itu juga sering terkena penggusuran
pihak keamanan
Sementara para pemimpin tinggal di
gedung-gedung mewah berkursikan empuk yang cukup nyaman dijadikan tempat tidur
Banyak rakyat kelaparan
Sementara para pemimpin bisa asik
berjalan-jalan, bahkan sampai ke luar negeri.
Aku tidak paham
Mungkin karena kebodohan
Mungkin juga karena ketololan
Kenapa orang berjas, berdasi rapi,
dan bersepatu mengkilat dikatakan mereka disiplin
Apakah akan timbul bencana kalau
anggota dewan mengenakan pakaian murah?
Apakah akan timbul masalah besar
kalau para menteri mengenakan kaos murah?
Aku khawatir
Orang miskin yang seringkali nyawa
saudaranya tergeletak di tengah jalan
Mereka jangankan hidup senyaman
pemimpinnya, mereka tidak mampu walau sekedar membeli makanan seharga dasi para
pemimpinnya.
Benarkah memakai dasi itu lebih
berharga daripada memberi fakir miskin?
Benarkah kursi empuk itu lebih tepat
daripada memberi sesudut kecil tempat tinggal orang melarat?
Kalau pemimpin sudah demikian,
Lalau apa untungnya aku punya
pemimpin?
Wahai pemimpinku yang baik hati
Sudah…sudah…sudahlah
Berhentilah engkau bermain
Lebih tepatnya
Berhentilah engkau mempermainkan
kami
Kami ini sudah hidup susah
Kami ini sudah menderita
Tanpa engkau permainkan juga
Kami sudah bisa hidup menderita
Tanpa engkau jajah juga
Kami sudah biasa hidup terjajah.
Sudahlah para pemimpinku
Tak perlu ajak kami dalam pemilu
Kalau engkau hanya berbaik-baik
selama kampanye
Tak perlu akan kami memikirkan
kehidupan berbangsa dan bernegara
Kalau engkau hanya ingin menipu.
Sebenarnya aku ingin bersamamu
Memberikan secuil manfaat untuk
negeri tercinta ini
Tapi aku tak kuasa
Taku tak mampu melakukan
Terhalang benteng pertahanan
pakaianmu yang rapi-rapi
Terhalang tameng gedungmu yang besar
dan menjulang tinggi
Sementara aku
Menembus lereng sungai pun hampir
tak kuasa
Seringkali hampir hanyut terbawa
gelombang sungai yang kian garang.
Wahai pemimpinku yang baik
Masih adakah waktu
Untuk berhenti mempermainkan diriku
yang bodoh ini
Ku tunggu jawaban dari Yang
Terhormat pemimpinku
Ku tunggu dirimu di lorong-lorong
jembatan sungai
Ku tunggu kehadiranmu di alam
penderitaan
Ku tunggu kepemimpinanmu di dunia
kemelaratan
Terima kasih….
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment