Membaca dan
menulis itu ibarat adik dan kakak. Susah sekali dipisahkan, dan selalu saling
mempengaruhi di antara keduanya.
Baca-baca-baca itulah kunci untuk menjadi penulis. Tulis-tulis-tulis,
lalu baca lagi, lalu tulis lagi, lalu baca lagi, lalu tulis lagi, dan
seterusnya.
Terus
menulis tanpa membaca, hasilnya tidak akan bagus. Menulis itu berperan sebagai
output, dan membaca sebagai input. Kita ingat juga ketika pengeluaran lebih
besar dari pendapatan akan berakibat buruk bagi seorang manusia.
Di sekolah,
anak-anak biasa mengenal empat keterampilan, yaitu mendengar, berbicara,
membaca, dan menulis. Walaupun jarang dari keempat keterampilan (skill)
tersebut diurutkan, dapat ditetapkan bahwa menulis memiliki tingkat kesulitan
paling tinggi.
Apabila
keempat keterampilan di atas dipasang-pasangkan maka mendengar-berbicara dan
membaca-menulis. Artinya, dengan mendengar yang baik, maka seseorang akan dapat
berbicara yang baik; dan dengan membaca yang baik, maka seseorang akan dapat
menulis yang baik.
Sejauh mana
budaya menulis mengantarkan suatu bangsa menuju peradaban yang sangat maju?
Saya mulai mengingatnya sejak pembukuan al-Quran. Dari berbagai media yang
masih terpisah-pisah, disusun menjadi Mushaf Utsmani.
Apanya yang
hebat dari penulisan al-Quran di atas? Sampai saat ini, umat Islam menggunakan
mushaf Utsmani tersebut. Dan al-Quran yang sudah dibukukan tersebut terus diyakini
sebagai sumber utama Islam yang mana apabila manusia mau mengkajinya secara mendalam,
maka hasilnya akan luar biasa. Hal ini sudah dibuktikan bahkan oleh sebagian
non-Muslim yang mengkajinya.
Kedua, masa
keemasan di jaman Abbasiyyah. Pada jaman itu proses penerjemahan dari bahasa
Yunani ke dalam bahasa Arab menjadi perhatian serius kekhalifahan (pemerintah).
Maka tumbuhlah Islam sebagai pusat peradaban dunia hingga pecahnya perang
Salib.
Ketiga,
saling bergantinya peradaban hebat antara China dan Eropa di jaman dulu.
Kemajuan kedua negara tersebut ternyata dipengaruhi oleh penemuan mesin cetak.
Ketika mesin cetak yang lebih modern ditemukan di Eropa, maka peradaban hebat
terjadi di Eropa, dan sebaliknya.
Yang
terakhir, Amerika saat ini. Meskipun China sudah mulai sering menerobos dinding
kekuatan Amerika Serikat, terutama di bidang ekonomi, namun Amerika masih
diakui sebagai negara adidaya dengan kekuatan sekutunya yang tidak bisa
dianggap enteng oleh negara lain.
Amerika
dikenal sangat rajin mengumpulkan informasi dan ilmu pengetahuan dari berbagai
negara, sehingga sumber lengkap tentang Islam pun sering dikatakan dapat
ditemukan di Amerika.
Bahkan saat
ini, muncul isu penyadapan beberapa negara oleh Amerika, Australia, dan negara
lainnya. Di balik pandangan negatif, terdapat bukti bahwa Amerika memiliki
tekad kuat untuk mengumpulkan informasi.
Mengumpulkan
informasi itu tidak cukup dengan membaca, tapi sudah pasti menuliskannya
walaupun tidak semua yang diibaca dan didengar dapat dituliskan. Ini juga yang
merupakan salah satu bukti bahwa budaya menulis itu akan membuat suatu negara
menjadi raja dunia.
Jadi,
apabila ingin mengetahui seberapa besar negeri ini di kancah internasional?
Jawabannya adalah seberapa besar bangsa ini mampu menorehkan ide-idenya dalam
bentuk tulisan?
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
saya masih ingat waktu lagi sakit menulis, ternyata bisa jadi obat kang, depresi bisa sembuh, asalkan isinya mendukung. ketika menulis seseorang bisa merasakan kebahagiaan dalam hatinya. dengan menulis hidayah Allah bisa turun sebagai cahaya yang menerangi hati. apalagi tulisan-tulisan yang ditujukan untuk mencari hakikat diri. Di sana Allah hadir membimbing kita, mengarahkan ahti untuk melihat cahaya_nya yang terang benderang.
ReplyDeleteKalau begitu, Kang Dens mirip saya dong. Kang Dens, meskipun sakit, kalau nulis bisa terasa sembuth.
DeleteBedanya sedikit dengan saya, kalau sakit, lalu bicara, rasanya sembuh. he..he..
Serius kang, memang begitu sih, saya sukanya bicara, tapi sekarang dicoba mengurangi bicara agar artikel tidak tersendat. hiks..hikss
he he, oke kang, lanjut perjuangnnya
ReplyDelete