Beberapa waktu yang lalu saya melihat di kantor sekolah tampaknya menggunakan printer infus. Printer infus itu yang tintanya di luar, sehingga tintanya terlihat baik di saat penuh ataupun habis.
Maklum saja, selama ini saya belum memiliki printer jenis tersebut. Kata penjual printer, kalau beli printer biasa kemudian ingin diubah jadi printer infus, maka nambah bayaranya kira Rp 50.000 (kalau enggak salah).
Memang beberapa orang berpendapat bahwa printer infus relatif lebih aman, karena tintanya tidak mudah kering. Akan tetapi, tetap saja kadang-kadang tinta jalan di selangnya yang mengakibatkan tinta tersebut tidak terdeteksi cardtridge.
Untuk pemakaian pribadi di rumah yang dijarang menggunakan printer, printer biasa juga tampaknya sudah cukup. Printer merk tua dan bekas bisa bertahan lebih dari setahun, padahal pemeliharaannya jarang dilakukan seperti jarangnya melakukan printing secara rutin tiap hari. Hal ini pernah dialami sendiri.
Jadi, manakah yang harus dipilih? Silahkan dicoba saja. Sekali lagi, untuk sementara pendapat orang lain, printer infus relatif lebih jarang kering tintanya. Masalah kering tinta merupakan masalah yang sering terjadi pada printer.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment