Di Maluku, ada pejuang adat yang
sangat tangguh, pantang menyerah, dan mantap untuk melindungi sumber daya alam
sekitar.
Beberapa yang dilestarikannya adalah
ikan Lompa tidak boleh ditangkap ketika berada di suatu wilayah.
Melihat perjuangan Si Bapak di atas,
saya jadi bermimpi: “Seandainya para pelestari lingkungan se-Indonesia mau
berbagi dalam satu blog, mungkin akan mudah dijumpai oleh para pembaca.”
Begini maksudnya, kan blog yang
ramai pengunjung itu biasanya yang memuat topik-topik tertentu. Sehingga ada topik-topik
yang kemungkinan akan sepi pengunjung. Fenomena ini kurang pas, menurut saya.
Idealnya, apapun topiknya, para
penulis harus menerima pendapatan, walaupun tidak sama besarnya. Dengan begini,
maka orang-orang akan fokus pada keahlian masing-masing.
Yang suka membahas blog, silahkan
menulis artikel tentang blog. Yang suka membahas cara beternak lele, silahkan
menulis artikel tentang lele. Yang suka jalan-jalan, silahkan membuat artikel
tentang jalan-jalan.
Yang suka menulis tentang agama,
boleh. Yang menulis tentang bebatuan, silahkan. Semua orang yang mau menulis
diblog tampaknya akan mantap apabila mereka diberi kesempatan untuk mendapatkan
bayaran, minimal untuk membantu kebutuhan sehari-harinya.
Dari sinilah, akan muncul para
ilmuwan hebat-hebat karena mereka masih bisa makan meskipun dengan membuat
artikel tentang membuat sambal di blog.
Kenapa ini tidak dilakukan oleh blog
besar? Saya menduga karena aspek komersial. Apabila pemilik blog hanya
mengelola blog dengan prinsip bisnis secara umum, maka keuntungan besar akan
masuk ke saku pemiliknya.
Akan tetapi, kalau blog tersebut
dikelola secara sosial, maka keuntungan akan dibagi kepada semua pihak yang
berkontribusi pada blog tersebut. Besarnya Wikipedia mendapatkan tanda setuju
dari saya.
Yang berbeda antara saya dengan
Wikipedia adalah konsep monetisasi blog dan cara berbagi penghasilan yang tidak
tampak di Wikipedia.
Harapan saya: kalau ada orang
menanam cabai, maka dia harus menuliskan pengalamannya di blog. Kalau ada orang
membuat bala-bala unik, maka dia harus menuliskan ceritanya di blog. Dan mereka
tetap mempunyai kesempatan untuk memperoleh bayaran dari tulisannya. Mungkinkah?
Sumber:
travel.kompas.com/read/2014/02/23/1049251/Melihat.Kearifan.Lokal.di.Pulau.Haruku
No comments:
Post a Comment