Ada sedikit pengalaman ketika
belajar bahasa Inggris. Walaupun sampai saat ini bahasa Inggris saya belum
bagus, tapi setidaknya ada beberapa yang membuat saya tersenyum syukur.
Pertama, nilai matakuliah bahasa
Inggris biasanya bagus. Walaupun levelnya hanya percakapan, tapi banyak
teman-teman yang nilainya tidak mampu mencapai ‘A’. Jadi, buat saya ini sangat
menggembirakan.
Kedua, nilai TOEFL institusional
memperoleh AB (atau sekitar 450an). TOEFL ini seringkali dibutuhkan untuk
mahasiswa, apalagi jenjang S2 ke atas. Kalau tidak lulus TOEFL, ada universitas
yang mengharuskan mahasiswanya ikut kuliah bahasa Inggris satu semester atau
setahun. Jadi, ketika teman-teman yang lain kuliah bahasa Inggris, saya enggak
ikut. Setahun lho…! J
Kelemahan saya yang sangat besar
dalam bahasa Inggris adalah Listening skill. Dalam TOEFL pun, paling jelek
nilai bagian Listening. Mungkin karena saya jarang sekali, bahkan hampir tidak
pernah mendengarkan orang barat berbicara atau menyanyi. Sukanya sih nontoh
film Mak Lampir dan Si Kabayan. Kalau musik favorit, pastinya Dangdut Bang
Rhoma Irama. He…he…
Ketiga, alhamdulillah seringkali
bisa memahami materi-materi kuliah, baik milik sendiri atau orang lain, hingga
jenjang pascasarjana (S2), terutama buku/jurnal yang berkaitan dengan Sistem
Informasi Komputer dan Ilmu Pendidikan.
Itulah tiga, yang sangat saya
syukuri setelah belajar bahasa Inggris bertahun-tahun mulai kelas 1 SLTP.
Walaupun prestasinya masih sedikit, tapi banyak juga orang-orang yang lebih
bengong daripada saya ketika berhadapan dengan referensi dalam bahasa Inggris.
Jadi, apa yang dilakukan saya?
Yang saya ingat antara lain:
1. Saya
menargetkan setiap hari belajar bahasa Inggris secara otodidak. Targetnya 15
menit tiap hari. Kalau ada gangguan atau malas, minimal 1 kata per hari. Kalau
sama sekali tidak menghapal 1 kata, maka hari berikutnya harus ditebus. Misal,
biasanya mempelajari 1 kata per hari, karena kemarin bolos, maka sekarang harus
2 kata.
2. Minta izin
kepada dosen untuk praktek bahasa Inggris (percakapan). Jadi, kalau terlihat
dosen bahasa Inggris saya sedang tidak sibuk di kantor, biasanya saya
menghampiri beliau untuk berbicara dalam bahasa Inggris, minimal beberapa
pertanyaan saja. Ini dilakukan selama sekitar 3 tahun.
3. Saya
menghilangkan alasan bahwa belajar bahasa Inggris itu harus selalu ada
teman/partner (manusia). Bahkan saya lebih asik belajar bahasa Inggris dengan
cara berlatih menterjemahkan. Tidak hanya buku-buku untuk mahasiswa, saya
sempat meminta buku-buku Sekolah Dasar (SD) yang mau dibakar tetangga, saya
ambil untuk diterjemahkan.
Nah, itu dulu curhatnya. Bagaimana
pengalaman belajar bahasa Inggris teman-teman? Mungkin kalau yang ikut kursus
bisa lebih bagus tipsnya…
No comments:
Post a Comment