Panggung politik tanah air yang sangat memuakkan karena para
elit politik terlalu asik dengan intrik, sehingga tampak melupakan nasib rakyat.
Mulai perang isu-isu kampanye SARA yang hampir saja meluluh-lantahkan
kampanye Jokowi-JK.
Gugatan Prabowo atas Pilpres 2014 juga tidak kalah sengit.
Dari bahasa kegarangan yang disampaikan dengan meluap-luap hingga bahasa
hiperbola seperti akan mendatangkan bukti kecurangan pemilu sebanyak 10 truk.
Sapu bersih kursi DPR dan MPR oleh koalisi KMP pun
mempertontonkan bahwa para elit tidak suka bermusyawarah yang mufakat.
Hingga baru-baru ini muncul isu kemungkinan penjegalan
pelantikan Jokowi sebagai presiden terpilih yang dibantah langsung oleh ketua
MPR terpilih, Zulkifli Hasan.
Performa para elit yang tidak elitis dan etis di atas besar
kemungkinan membuat banyak rakyat kecewa. Sebagian masyarakat bisa saja
memutuskan untuk tidak berharap lagi kepada pemimpin negeri ini.
Kecewa memang tidak bisa ditolak. Namun jangan sampai berhenti
memperhatikan para elit politik, baik di legislatif maupun di eksekutif.
Jika benar-benar parlemen ingin menghambat pemerintahan
Jokowi-JK, maka kekuatan rakyat (people power) sangat diperlukan.
Pembuatan Undang-Undang memang harus melibatkan DPR. Pemecatan
Jokowi yang bisa berujung Prabowo menggantikannya sebagai presiden seperti yang
terjadi saat Gusdur digantikan Megawati memang bukanlah hal mustahil dilakukan
MPR nakal.
Akan tetapi, kalau rakyat marah, Undang-Undang bisa diubah
dan MPR-DPR pun bisa dibubarkan!
Jadi, rakyat yang masih sempat tidak perlu berhenti
memikirkan panggung politik tanah air. Kita kawal negeri tercinta ini sesuai
kemampuan masing-masing, jangan ditinggalkan!
Politik makin memanas
ReplyDeleteHore Hore... Makin Panas mas. Presiden kita ada 2. he he..