Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Tuesday, May 26, 2015

Syiah itu 'Islam' Gadungan, Halal Disiksa?



Intisari voa-islam.com (Syiah itu 'Islam' Gadungan, Halal untuk Disiksa dan Dibubarkan Majelisnya/syahid):

Menurut ustadz Agung, “Jika ada ‘Islam’ gadungan seperti Syiah, Ahmadiyah, maka halal untuk disiksa.”

Ustadz dari FPI tersebut meminta masyarakat untuk melaporkan pengajian-pengajian atau majelis-majelis sesat kepada aparat agar dibubarkan.

“Jika aparat tidak mau atau tidak bisa membubarkannya, maka kita harus siap membubarkannya berdasarkan syariat Islam,” ujarnya.


Ustadz Agung menambahkan lagi:
“Jika TNI atau Polisi diinjak-injak harga diri dan kehormatannya pasti akan marah, nah bagaimana kalau ada orang yang menginjak-injak, melecehkan Allah, Rosul, Al-Quran dan Islam? Jadi sangat wajar kalau umat Islam marah ketika Allah, Rosul, Al-Quran dan Islam diinjak-injak oleh kelompok sesat seperti Syiah.”.
**

Kalau mendengar kata-kata Ustadz di atas, kemungkinan hadirin akan berteriak sambil memekikan “Allahu Akbar!” Serasa saat itulah saat yang tepat untuk perang atas nama jihad. Heroik sekali kayaknya…

Saya juga setuju untuk pembubabaran aliran sesat, namun langkah-langkahnya harus lebih dewasa, tidak umbar kemarahan.

Kita marah sekali saat Syiah dan Ahmadiyah muncul dengan pemikiran ‘sesat’, tapi kita tidak marah ketika ada tokoh agama yang hidup mewah, bolak-balik haji, saudara-saudara kita hanya bisa membaca Quran sebagai ‘mantra’ (Bahkan terjemahan Quran pun tidak punya).

Selanjutnya, apakah sudah disosialisasikan kepada umat Islam yang awam tentang perlakukan kita kepada keluarga Syiah dan Ahmadiyah? Apakah kita harus membabat habis keluarganya juga? Setahu saya, keluarga orang kafir jahat pun masih harus diperhatikan kemanusiaannya.

Satu lagi, kenapa kurang terdengar gaungnya: “Debat akbar kita dengan Syiah?” Kita bujuk Syiah dan Ahmadiyyah untuk terbuka mengenai pemikirannya. Jangan langsung dimarahi! Namanya juga pemikiran, sangat mungkin berbeda pemikiran dalam Islam karena jarak waktu yang jauh, referensi Islam yang tersebar di seluruh dunia, dalam berbagai bahasa yang berbeda lagi.

Quran sih sama Quran, tapi tafsir Qurannya itu yang banyak. Bahkan kemampuan kita untuk memahami tafsir Quran juga sangat mungkin berbeda-beda. Belum lagi ada unsur Hidayah Tuhan. Masa iya kita mau asal siksa saja?

Saya sendiri suka merenung: “Bagaimana kalau ada keluarga saya yang masuk Syiah? Bagaimana kalau pengikut Ahmadiyyah itu salah satunya orang yang saya cintai? Apakah saya tega akan menyiksa mereka tanpa memaksimalkan dialog terlebih dahulu? A’udzu billah

Memang saya adalah salah seorang yang benci untuk mengumbar “Aliran Sesat Halal untuk Disiksa! Orang Kafir itu Halal Darahnya!” Bagaimana kalau kita sendiri yang menjadi sesat? Bagaimana kalau kita sendiri yang menjadi orang kafir? Apakah kita mau disiksa dan dibunuh orang lain. Sekali lagi, diplomasi masih menjadi pilihan saya.

Melihat NU, Muhammadiyyah, FPI dan HTI saja sudah bingung membedakan mana yang paling sesuai dengan Islam? Mana berani menyiksa orang Syiah dan Ahmadiyyah atas nama pembubaran kesesatan.

Saya berharap, semakin banyak para ustadz yang mendengungkan kajian Islam yang lebih mendalam daripada sekedar teriak “serang sana, serang sini”, tapi membuat channel TV Islami saja belum mampu. Program Kajian bahasa Arab di TVRI pun, entah bagaimana nasibnya saat ini? Katanya, mau dakwah di negeri Islam mayoritas…hmmm

Masa program bahasa Arab di TV kita tidak mampu, sementara program siaran bahasa Mandarin di Metro TV mampu. Kan aneh?

Masa iya Muslim Indonesia banyak yang tidak suka bahasa Arab, sementara bahasa Korea banyak disukai hanya dengan belajar otodidak di Internet. Kalau pesantren sih memang benar belajar bahasa Arab, tapi bukankah anak-anak di luar pesantren juga banyak yang Islam. Bahkan orang pesantren juga banyak yang tidak bisa bahasa Arab tuh? Silahkan cek…! (Koreksi saya jika salah!)

Kalau mau idealis, jangan pernah mencap orang lain Islam gadungan tanpa kemampuan bahasa Arab yang mumpuni. Bahkan kemampuan bahasa Arab saja tidak cukup, ilmu Islam, wawasan Islam dan pendekatan ilahiyah yang tercermin dalam akhlak menjadi modal utama untuk ikut menentukan label “Islam Gadungan atau Bukan?” Tidak cukup bermodalkan jenggot dan sorban…! Maaf… J


Kamus Kecil Bahasa Inggris
jika: if
menyiksa: torture
membubarkan: disperse
gadungan: fake
marah: angry
Example:
Ustadz Agung wants to disperse “Islam fake” like Syiah.
(Ustadz Agung ingin membubarkan “Islam Gadungan” seperti Syiah)

Kamus Kecil Bahasa Arab
jika: اِنْ
menyiksa: عَذَّبَ
membubarkan: فَضَّ
gadungan: زَائِفٌ
marah:غَضِبَ
مثال:
الأُسْتَاذُ أَكُونْج يُرِيْدُ اَنْ يَفُضَّ الْاِسْلَامَ الزَّائِفَ
(Ustadz Agung ingin membubarkan “Islam Gadungan”)

"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

5 comments:

  1. Saya termasuk salah seorang yang sampai detik ini mengidolakan kang jalaludin rakhmat, kang jalal itu kan syiah tapi kenapa ya kang komar, rasanya saya sulit dan tidak bisa mengatakan bahwa kang jalal itu sesat,

    Semakin ingin membuktikan pada diri sendiri bahwa kang jalal itu sesat malah saya semakin mengagumi beliau, apalagi dengan anak - anak ruhani (buku) yang dilahirkannya, membacanya bikin hati sejuk dan tenang. jika teringat kang jalal saya sering teringat gagasan beliau tentang dahulukan ahlak diatas fiqih.

    Tidak bikin takut seperti mendengar dakwahnya FPI yang banyak kata - kata siksa, sweeping, sesat dan kata - kata menakutkan lainnya. Atau membaca selembaran - selembaran yang sering dibagikan HTI di mesjid - mesjid sehabis jumatan yang kadang saya merasa isinya sering bernada memecah belah masyarakat negeri ini dengan pembagian dua kelompok pro dan anti barat. selalu tentang politik.

    ReplyDelete
  2. Menilai seseorang sesat dengan mengikuti pendapat MUI atau para ustadz kita memang mudah, tapi menilai sesat orang lain dengan hati kita memang bisa saja berbeda.

    Boleh jadi Allah membekali pemikiran dan keyakinan kita yang sejalan dengan Kang Jalal, maka kemungkinan besar kita akan menerima pemikiran Kang Jalal walaupun berbeda organisasi atau aliran. Ini tidak aneh, yang penting kita terus belajar saja dan jangan meresahkan masyarakat sekitar, kitu pan? :)

    Bahkan setahu saya, tidak semua ajaran Syiah itu sesat ya Kang Opik?

    Saya sendiri suka terpesona dengan pendapat-pendapat tokoh yang dicibir orang lain, misal:
    1. Komarudin Hidayat, orang lain menganggapnya terlalu bebas
    2. Nurcholish Majid (Cak Nur), pendiri Universitas Paramadina yang dianggap terlalu liberal
    3. Bahkan Ulil Abshar tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL), saya suka untuk sebagian pemikirannya.

    Padahal saya praktek ibadah mirip NU dan Muhammadiyyah. Rasanya enggak masalah kok, toh pemikiran saya yang sering nyeleneh juga bukan sengaja saya buat, tapi Tuhan yang ngasih. he..he..

    ReplyDelete
  3. komarudin hidayat, cak nur, bahkan ulil yang selalu habis - habisan di bully (kadang dengan nada rasis) oleh sebagian ormas islam, mereka termasuk yang saya kagumi, dan prof quraish shihab yang sering dituduh syiah oleh sebagian ormas islam juga saya kagumi kang komar hehe

    saya juga praktek ibadah seperti NU dan Muhammadiyah, meskipun mengagumi orang - orang yang kadang dianggap sesat oleh MUI, tapi saya tidak setuju hanya karena beda pemikiran selalu golok (kekerasan) yang berbicara.

    lagipula mereka yang sering dianggap sesat itu, sumbangan tenaga dan pikirannya untuk masyarakat rasanya lebih terasa dibanding orang - orang berpenampilan mirip masyarakat arab saudi yang suka nunjuk nunjuk sesat orang - orang disekitarnya itu, dan menganggap hanya dirinya dan golongannya saja yang ahli surga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata ada juga teman yang seselera dengan saya. :)
      Semoga kita tidak ikut-ikutan cinta buta ke idola kita dan benci ke idola orang lain.

      Saya memang mengagumi Pak Quraish, Komarudin Hidayat, dkk, tapi tetap kadang-kadang mengkritisinya, namun bukan melabeli sesat.

      Toh, saya suka juga ke Aa Gym, Mamah Dedeh, Ustadz Maulana, Alm Gusdur, Mustofa Bisri, dll. Walaupun mereka berbeda, tapi tetap ada kesamaannya.

      Delete
    2. itu dia kang komar, tidak cinta buta, setuju dah, hehe, o iya satu lagi, pemikiran prof. komarudin tasdik juga saya kagumi

      Delete