Intisari
voa-islam.com (Syiah itu 'Islam' Gadungan, Halal untuk Disiksa dan Dibubarkan
Majelisnya/syahid):
Menurut ustadz
Agung, “Jika ada ‘Islam’ gadungan seperti Syiah, Ahmadiyah, maka halal untuk
disiksa.”
Ustadz dari FPI
tersebut meminta masyarakat untuk melaporkan pengajian-pengajian atau
majelis-majelis sesat kepada aparat agar dibubarkan.
“Jika aparat
tidak mau atau tidak bisa membubarkannya, maka kita harus siap membubarkannya
berdasarkan syariat Islam,” ujarnya.
Ustadz Agung menambahkan lagi:
“Jika TNI atau
Polisi diinjak-injak harga diri dan kehormatannya pasti akan marah, nah
bagaimana kalau ada orang yang menginjak-injak, melecehkan Allah, Rosul,
Al-Quran dan Islam? Jadi sangat wajar kalau umat Islam marah ketika Allah,
Rosul, Al-Quran dan Islam diinjak-injak oleh kelompok sesat seperti Syiah.”.
**
Kalau mendengar
kata-kata Ustadz di atas, kemungkinan hadirin akan berteriak sambil memekikan
“Allahu Akbar!” Serasa saat itulah saat yang tepat untuk perang atas nama
jihad. Heroik sekali kayaknya…
Saya juga setuju
untuk pembubabaran aliran sesat, namun langkah-langkahnya harus lebih dewasa,
tidak umbar kemarahan.
Kita marah
sekali saat Syiah dan Ahmadiyah muncul dengan pemikiran ‘sesat’, tapi kita tidak
marah ketika ada tokoh agama yang hidup mewah, bolak-balik haji,
saudara-saudara kita hanya bisa membaca Quran sebagai ‘mantra’ (Bahkan
terjemahan Quran pun tidak punya).
Selanjutnya,
apakah sudah disosialisasikan kepada umat Islam yang awam tentang perlakukan
kita kepada keluarga Syiah dan Ahmadiyah? Apakah kita harus membabat habis
keluarganya juga? Setahu saya, keluarga orang kafir jahat pun masih harus
diperhatikan kemanusiaannya.
Satu lagi,
kenapa kurang terdengar gaungnya: “Debat akbar kita dengan Syiah?” Kita bujuk
Syiah dan Ahmadiyyah untuk terbuka mengenai pemikirannya. Jangan langsung
dimarahi! Namanya juga pemikiran, sangat mungkin berbeda pemikiran dalam Islam
karena jarak waktu yang jauh, referensi Islam yang tersebar di seluruh dunia, dalam
berbagai bahasa yang berbeda lagi.
Quran sih sama
Quran, tapi tafsir Qurannya itu yang banyak. Bahkan kemampuan kita untuk
memahami tafsir Quran juga sangat mungkin berbeda-beda. Belum lagi ada unsur
Hidayah Tuhan. Masa iya kita mau asal siksa saja?
Saya sendiri
suka merenung: “Bagaimana kalau ada keluarga saya yang masuk Syiah? Bagaimana
kalau pengikut Ahmadiyyah itu salah satunya orang yang saya cintai? Apakah saya
tega akan menyiksa mereka tanpa memaksimalkan dialog terlebih dahulu? A’udzu
billah
Memang saya
adalah salah seorang yang benci untuk mengumbar “Aliran Sesat Halal untuk
Disiksa! Orang Kafir itu Halal Darahnya!” Bagaimana kalau kita sendiri yang
menjadi sesat? Bagaimana kalau kita sendiri yang menjadi orang kafir? Apakah
kita mau disiksa dan dibunuh orang lain. Sekali lagi, diplomasi masih menjadi
pilihan saya.
Melihat NU,
Muhammadiyyah, FPI dan HTI saja sudah bingung membedakan mana yang paling
sesuai dengan Islam? Mana berani menyiksa orang Syiah dan Ahmadiyyah atas nama
pembubaran kesesatan.
Saya berharap,
semakin banyak para ustadz yang mendengungkan kajian Islam yang lebih mendalam
daripada sekedar teriak “serang sana, serang sini”, tapi membuat channel TV
Islami saja belum mampu. Program Kajian bahasa Arab di TVRI pun, entah bagaimana
nasibnya saat ini? Katanya, mau dakwah di negeri Islam mayoritas…hmmm
Masa program
bahasa Arab di TV kita tidak mampu, sementara program siaran bahasa Mandarin di
Metro TV mampu. Kan aneh?
Masa iya Muslim
Indonesia banyak yang tidak suka bahasa Arab, sementara bahasa Korea banyak
disukai hanya dengan belajar otodidak di Internet. Kalau pesantren sih memang
benar belajar bahasa Arab, tapi bukankah anak-anak di luar pesantren juga
banyak yang Islam. Bahkan orang pesantren juga banyak yang tidak bisa bahasa
Arab tuh? Silahkan cek…! (Koreksi saya jika salah!)
Kalau mau
idealis, jangan pernah mencap orang lain Islam gadungan tanpa kemampuan bahasa
Arab yang mumpuni. Bahkan kemampuan bahasa Arab saja tidak cukup, ilmu Islam,
wawasan Islam dan pendekatan ilahiyah yang tercermin dalam akhlak menjadi modal
utama untuk ikut menentukan label “Islam Gadungan atau Bukan?” Tidak cukup
bermodalkan jenggot dan sorban…! Maaf… J
Kamus Kecil Bahasa Inggris
jika: if
menyiksa: torture
membubarkan: disperse
gadungan: fake
marah: angry
Example:
Ustadz Agung wants to disperse “Islam
fake” like Syiah.
(Ustadz Agung ingin membubarkan “Islam
Gadungan” seperti Syiah)
Kamus Kecil Bahasa Arab
jika: اِنْ
menyiksa: عَذَّبَ
membubarkan: فَضَّ
gadungan: زَائِفٌ
marah:غَضِبَ
مثال:
الأُسْتَاذُ أَكُونْج يُرِيْدُ اَنْ يَفُضَّ الْاِسْلَامَ الزَّائِفَ
(Ustadz Agung ingin membubarkan “Islam
Gadungan”)
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
Saya termasuk salah seorang yang sampai detik ini mengidolakan kang jalaludin rakhmat, kang jalal itu kan syiah tapi kenapa ya kang komar, rasanya saya sulit dan tidak bisa mengatakan bahwa kang jalal itu sesat,
ReplyDeleteSemakin ingin membuktikan pada diri sendiri bahwa kang jalal itu sesat malah saya semakin mengagumi beliau, apalagi dengan anak - anak ruhani (buku) yang dilahirkannya, membacanya bikin hati sejuk dan tenang. jika teringat kang jalal saya sering teringat gagasan beliau tentang dahulukan ahlak diatas fiqih.
Tidak bikin takut seperti mendengar dakwahnya FPI yang banyak kata - kata siksa, sweeping, sesat dan kata - kata menakutkan lainnya. Atau membaca selembaran - selembaran yang sering dibagikan HTI di mesjid - mesjid sehabis jumatan yang kadang saya merasa isinya sering bernada memecah belah masyarakat negeri ini dengan pembagian dua kelompok pro dan anti barat. selalu tentang politik.
Menilai seseorang sesat dengan mengikuti pendapat MUI atau para ustadz kita memang mudah, tapi menilai sesat orang lain dengan hati kita memang bisa saja berbeda.
ReplyDeleteBoleh jadi Allah membekali pemikiran dan keyakinan kita yang sejalan dengan Kang Jalal, maka kemungkinan besar kita akan menerima pemikiran Kang Jalal walaupun berbeda organisasi atau aliran. Ini tidak aneh, yang penting kita terus belajar saja dan jangan meresahkan masyarakat sekitar, kitu pan? :)
Bahkan setahu saya, tidak semua ajaran Syiah itu sesat ya Kang Opik?
Saya sendiri suka terpesona dengan pendapat-pendapat tokoh yang dicibir orang lain, misal:
1. Komarudin Hidayat, orang lain menganggapnya terlalu bebas
2. Nurcholish Majid (Cak Nur), pendiri Universitas Paramadina yang dianggap terlalu liberal
3. Bahkan Ulil Abshar tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL), saya suka untuk sebagian pemikirannya.
Padahal saya praktek ibadah mirip NU dan Muhammadiyyah. Rasanya enggak masalah kok, toh pemikiran saya yang sering nyeleneh juga bukan sengaja saya buat, tapi Tuhan yang ngasih. he..he..
komarudin hidayat, cak nur, bahkan ulil yang selalu habis - habisan di bully (kadang dengan nada rasis) oleh sebagian ormas islam, mereka termasuk yang saya kagumi, dan prof quraish shihab yang sering dituduh syiah oleh sebagian ormas islam juga saya kagumi kang komar hehe
ReplyDeletesaya juga praktek ibadah seperti NU dan Muhammadiyah, meskipun mengagumi orang - orang yang kadang dianggap sesat oleh MUI, tapi saya tidak setuju hanya karena beda pemikiran selalu golok (kekerasan) yang berbicara.
lagipula mereka yang sering dianggap sesat itu, sumbangan tenaga dan pikirannya untuk masyarakat rasanya lebih terasa dibanding orang - orang berpenampilan mirip masyarakat arab saudi yang suka nunjuk nunjuk sesat orang - orang disekitarnya itu, dan menganggap hanya dirinya dan golongannya saja yang ahli surga.
Ternyata ada juga teman yang seselera dengan saya. :)
DeleteSemoga kita tidak ikut-ikutan cinta buta ke idola kita dan benci ke idola orang lain.
Saya memang mengagumi Pak Quraish, Komarudin Hidayat, dkk, tapi tetap kadang-kadang mengkritisinya, namun bukan melabeli sesat.
Toh, saya suka juga ke Aa Gym, Mamah Dedeh, Ustadz Maulana, Alm Gusdur, Mustofa Bisri, dll. Walaupun mereka berbeda, tapi tetap ada kesamaannya.
itu dia kang komar, tidak cinta buta, setuju dah, hehe, o iya satu lagi, pemikiran prof. komarudin tasdik juga saya kagumi
Delete