Hello Katabah!
Beberapa waktu yang
lalu, saya mendapatkan informasi bahwa ada seorang putera petani kebun cengkeh
ikut lomba tahfidh Quran hingga ke Garut. Ia masih kelas 2 SD, padahal para
peserta lainnya di Cisewu rata-rata sudah sekolah tingkat SMP atau MTs.
Ini dia jagoan Abah yang
berhasil mengikuti jejak ayahnya. Dulu ketika masih usia SD, sang ayah juga
ikut lomba tahfidh ke Garut. Sekarang puteranya yang lomba tahfidh.
Namanya: Cendikia Nagara.
Para peserta lain di desa Cisewu tidak jarang tampak mengasuh karena merasa
kepada adiknya sendiri. “Aduh…masih kecil sudah pintar….!” Begitulah reaksi
orang-orang yang bertemu di lokasi perlombaan.
Kalau di TV memang ada
anak-anak yang belum masuk SD sudah mengikuti lomba tahfidh Quran. Namun, untuk
kampung kami, Cisewu, usia kelas 2 SD sudah banyak hapalan Qurannya itu sangat
menakjubkan. Apalagi anak tersebut tidak diplot untuk menjadi penghapal Quran
seperti di pesantren.
Kia – begitulah nama panggilannya,
seringkali bermain bersama sang adik di kebun cengkeh milik ayahnya. Sang ayah
yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris MAN Cisewu termasuk ayah yang rajin
mengenalkan suatu pelajaran di rumahnya, termasuk dengan melibatkan media
komputer sebagai media pembelajarannya.
Yang lebih salut lagi
bagi Abah, Kia ke Garut tidak diantar oleh ayah atau ibunya. “Biarkan saja,
agar mandiri.” Begitulah pesan yang tersirat dari sang ayah.
Sayang sekali Abah belum
sempat ke rumahnya, padahal sudah banyak piala yang mau diperlihatkan jagoan
Abah sebagai buah dari prestasinya selama tidak bertemu dengan Abah.
Tenang saja ya my boy,
nanti kalau ke Cisewu, Abah usahakan untuk main ke rumah dan melihat piala yang
pastinya keren-keren. Abah bangga sekali…!
Baca juga:
No comments:
Post a Comment