Diterjemahkan dari:
Introduction to education. psychology.wikia.com. Diakses 4 September 2012
Pendidikan dalam pengertian yang sangat luas merupakan semua tindakan atau pengalaman yang memiliki efek formatif pada pikiran, karakter, atau kemampuan fisik individu (contoh, kesadaran bayi yang dididik oleh lingkungan melalui interaksi dengan lingkungannya); dan dalam pengertian teknis, pendidikan merupakan proses di mana masyarakat dengan bebas menyebarkan pengetahuan, nilai, dan skill yang sudah terkumpul dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui lembaga. Guru dalam lembaga tersebut mengarahkan pendidikan siswa dan memberikan gambaran tentang berbagai mata pelajaran, meliputi membaca, menulis, matematik, sains dan sejarah. Proses teknis ini kadang-kadang disebut bersekolah (schooling) ketika dikaitkan dengan pendidikan wajib usia dini. Guru merupakan profesi khusus seperti psikologi, yang memungkinkan mengajarkan hanya satu mata pelajaran tertentu, biasanya seperti para profesor di institusi-institusi pendidikan tinggi. Ada juga pelajaran bagi yang menginginkan skill kejuruan khusus, seperti yang dibutuhkan pilot. Sebagai tambahan, ada serangkaian pendidikan yang mungkin diselenggarakan di level informal, contohnya museum dan perpustakaan, dengan Internet, dan dalam pengalaman hidup.
Hak pendidikan telah ditetapkan sebagai hak asasi manusia: sejak tahun 1952, Pasal 2 Protokol pertama European Convention on Human Rights mewajibkan semua pihak penandatangan menjamin hak pendidikan. Di level dunia, United Nations' International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights of 1966 menjamin hak tersebut pada Pasal 13.
Sistem Pendidikan Formal
Pendidikan dalam konsep luas, berkaitan dengan sedikit banyaknya pengalaman siswa dapat mempelajari sesuatu:
• Pelajaran mengacu pada pemberian fasilitas pendidikan intensional terhadap sasaran-sasaran yang sudah diketahui, disampaikan oleh seorang instruktur atau bentuk-bentuk lain.
• Pengajaran mengacu pada tindakan-tindakan instruktur real live yang didesain untuk memberikan pembelajaran kepada siswa.
• Pengajaran mengacu pada pembelajaran yang mempersiapkan siswa untuk memperoleh pengetahuan, skill, atau kemampuan-kemampuan khusus yang dapat diterapkan segera setelah pembelajaran selesai.
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar (atau SD) terdiri atas beberapa tahun pertama pendidikan formal dan terstruktur. Pada umumnya, pendidikan utama terdiri atas enam atau delapan tahun lama sekolah mulai usia lima atau enam, walaupun kadang-kadan berbeda-beda antara satu negara dengan yang lainnya. Secara global, sekitar 70% anak-anak usia dini didaftarkan pada sekolah dasar, dan proporsi ini meningkat. Melalui program “Pendidikan untuk Semua” yang dimotori oleh UNESCO, banyak sekali negara telah berkomitmen agar berhasil mendaftarkan anak di sekolah dasar pada tahun 2015, dan di beberapa negara, sudah menjadi kewajiban anak untuk menerima pendidikan dasar. Pembagian antara pendidikan dasar dan menengah agak sedikit berbeda, tapi umumnya terjadi kira-kira pada usia 11 atau 12 tahun. Banyak sistem pendidikan telah memiliki sekolah-sekolah menengah terpisah, dengan penyelesaian lama pendidikan menengah sekitar usia 14 tahun. Sekolah-sekolah yang menyediakan pendidikan dasar, biasanya disebut Sekolah Dasar. Sekolah Dasar di berbagai negara seringkali dibagi lagi ke dalam infant schools dan junior schools.
Pendidikan Menengah
Dalam kebanyakan sistem pendidikan kontemporer dunia, pendidikan menengah terdiri atas dua tahun pendidikan formal yang terjadi selama usia remaja. Dicirikan dengan transisi dari kewajiban mengikuti pendidikan dasar komprehensif bagi orang yang belum dewasa menjadi pilihan, pendidikan tersier, “pasca-menengah”, atau pendidikan “yang lebih tinggi” (contohnya universitas, sekolah kejuruan) untuk orang dewasa. Tergantung sistemnya, sekolah untuk periode ini, atau bagian darinya, bisa disebut sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas, gymnasium, kuliah, sekolah menengah, perguruan tinggi, atau sekolah kejuruan. Arti yang sesungguhnya dari semua istilah ini berbeda-beda dari satu sistem dengan yang lainnya. Batasan yang jelas antara pendidikan dasar dan menengah juga berbeda-beda antara satu negara dengan yang lainnya bahkan yang ada di dalamnya berbeda pula, tapi umumnya sekitar usia 7 sampai 10 tahun. Pendidikan menengah berlangsung kebanyakan selama usia remaja (belasan tahun). Di Amerika Serikat dan Kanada, pendidikan dasar dan menengah kadang-kadang disebut pendidikan K-12, dan di New Zealand membutuhkan waktu antara 1-13. Tujuan pendidikan menengah itu adalah dapat memberikan pengetahuan umum, persiapan untuk pendidikan tinggi atau melatih untuk menjadi profesional secara langsung.
Kemunculan pendidikan menengah di Amerika Serikat belum ada sebelum tahun 1910, ia muncul karena adanya perkembangan bisnis besar dan kemajuan teknologi di pabrik-pabrik (yakni kemunculan elektrifikasi), yang membutuhkan para pekerja berskill. Untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan baru ini, pendidikan tinggi didirikan dan kurikulumnya difokuskan pada skill pekerjaan praktis agar mempersiapkan mahasiswa dengan lebih baik untuk pekerjaan kantor dan lapangan. Ini sebagai bukti pentingnya peran atasan dan bawahan, karena perbaikan sumber daya manusia ini telah menjadikan karyawan lebih efisien, yang mengurangi biaya atasan, dan karyawan berskill relatif menerima upah lebih tinggi daripada karyawan lulusan pendidikan dasar. Di Eropa, sekolah rakyat (grammar school) atau akademik telah berdiri sejak tahun 1500, sekolah umum atau sekolah berbayar, atau dasar-dasar sekolah sukarelawan telah memiliki sejarah cukup panjang.
Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi, disebut juga pendidikan tersier, tahap ketiga, atau pasca pendidikan menengah, merupakan tingkat pendidikan tidak wajib yang merupakan kelanjutan pendidikan menengah, seperti sekolah tinggi. Pendidikan tersier biasanya mencakup pendidikan sarjana dan pascasarjana, juga pendidikan kejuruan dan pelatihan. Akademik dan universitas merupakan lembaga utama yang menyediakan pendidikan tersier. Secara bersamaan, keduanya kadang-kadang dikenal sebagai lembaga tersier. Pendidikan tersier umumnya berakhir dengan perolehan sertifikat, ijazah, atau gelar akademik.
Pendidikan tinggi mencakup aktivitas pengajaran, penelitian dan layanan sosial universitas, dan dalam bidang pengajaran, ia mencakup tingkat prasarjana (kadang-kadang diistilahkah sebagai pendidikan tersier) dan tingkat sarjana (atau pascasarjana) (kadang-kadang diistilahkan sebagai sekolah sarjana). Pendidikan tinggi di negara itu umumnya mencakup aktivitas menuju kualifikasi degree-level atau tingkat dasar. Di kebanyakan negara-negara berkembang dengan proporsi populasi tinggi (hingga 50%) sekarang memasuki pendidikan tinggi dalam hidupnya. Jadi, pendidikan tinggi itu sangat penting untuk ekonomi nasional, sebagai pendukung faktor industri, dan sebagai sumber daya manusia yang terampil dan terdidik sebagai andalan ekonominya.
Pendidikan Dewasa
Pendidikan dewasa telah menjadi biasa di banyak negara. Ia bisa terselenggara dalam berbagai bentuk, mulai pembelajaran berbasis kelas formal sampai pembelajaran otodidak (self-directed learning).
Pendidikan Alternatif
Pendidikan alternatif, dikenal juga sebagai pendidikan non-tradisional atau alternatif pendidikan, merupakan istilah luas yang bisa digunakan untuk semua bentuk pendidikan di luar pendidikan tradisional (untuk semua kelompok dan tingkat pendidikan). Ini bisa mencakup tidak hanya bentuk pendidikan yang didesain untuk para siswa dengan kebutuhan khusus (berkisar dari yang hamil usia remaja sampai ketidakmampuan intelektual), tapi juga bentuk pendidikan yang didesain untuk audience umum dan menggunakan filosofis dan metode pendidikan alternatif.
Alternatif-alternatif jenis baru sering menghasilkan reformasi pendidikan dan berakar pada filosofis-filosofis yang umumnya secara fundamental berbeda dari pendidikan wajib tradisional. Ada yang berorientasi kuat pada politik, keilmiahan, atau filosofis, banyak juga perkumpulan-perkumpulan guru dan siswa yang tidak puasa dengan aspek-aspek tertentu dari pendidikan tradisional. Alternatif-alternatif ini, dengan cakupan sekolah resmi, sekolah alternatif, sekolah independen, dan pembelajaran berbasis rumah itu sangat berbeda-beda, tapi sering menekankan nilai pada ukuran kelas kecil, hubungan kuat antara siswa dan guru, dan berorientasi komunitas.
Pendidikan Pribumi
Terus meningkat, termasuk model-model pendidikan pribumi (metode dan konten) sebagai alternatif dalam skup sistem pendidikan formal dan non-formal, telah merepresentasikan faktor penting yang berkontribusi terhadap kesuksesan para anggota komunitas-komunitas pribumi yang memilih untuk mengakses sistem-sistem ini, sebagai siswa/pelajar dan sebagai guru/instruktur.
Sebagai sebuah metode pendidikan, cara-cara pribumi mengenal, belajar, memberikan tutor, mengajar dan melatih, telah dipandang oleh banyak sarjana kritis dan pascamodern penting untuk memastikan bahwa siswa/pelajar dan guru/instruktur (apakah pribumi ataun non-pribumi) mampu mengambil manfaat dari sikap sensitif kultural yang menggambarkan, memanfaatkan, mendukung dan meningkatkan kesadaran tradisi-tradisi pribumi.
Untuk para siswa/pelajar pribumi, dan guru atau instruktur pribumi, keberadaan metode-metode ini sering meningkatkan efektivitas pendidikan, kesuksesan dan hasil pembelajaran dengan menyediakan pendidikan yang mengikuti perspektif inheren mereka, pengalaman dan pandangan luasnya. Untuk para siswa dan guru non-pribumi, pendidikan yang menggunakan metode seperti ini sering memiliki efek penumbuhan kesadaran tradisi-tradisi individu dan pengalaman kolektif komunitas dan masyarakat pribumi yang ada di sekitarnya, dengan cara demikian dapat meningkatkan perhatian dan apresisasi lebih besar terhadap realitas-realitas kultural komunitas-komunitas dan masyarakat ini.
Terkait konten pendidikan, cakupan pengetahuan, tradisi, perspektif, pandangan dan konsep pribumi dalam kurikulum, materi pengajaran, buku pelajaran dan coursebooks memiliki efek sangat besar sebagaimana cakupan metode pribumi dalam pendidikan. Para siswa dan guru pribumi mengambil manfaat dari efektifvitas akademik, kesuksesan dan hasil pembelajaran yang meningkat, sedangkan para siswa/pelajar dan guru non-pribumi seringkali memiliki kesadaran, respek, dan apresiasi yang besar terhadap komunitas dan masyarakat pribumi disebabkan dengan berbagi konten selama mengikuti pendidikan.
Contoh utama tentang bagaimana metode dan konten pribumi dapat digunakan untuk mendukung hasil di atas didemonstrasikan dalam pendidikan tinggi di Kanada. Dengan fokus yurusdiksi khusus pada peningkatan keberhasilan akademis bagi para pelajar asli dan mendukung nilai-nilai multikulturisme di masyarakat, cakupan metode dan konteks pribumi dalam pendidikan seringkali dipandang sebagai kewajiban dan hak penting para otoritas pemerintah dan pendidikan.
PROSES
Kurikulum
Disiplin akademik merupakan salah satu cabang pengetahuan yang diajarkan secara formal, baik di universitas, maupun melalui suatu metode lain. Secara fungsional, disiplin biasanya ditetapkan dan dikenal dalam jurnal-jurnal akademik tentang penelitian yang dipublikasikan, dan masyarakat terpelajar di bawah bimbingan para praktisinya. Para profesor mengatakan sekolah itu 80% usaha psikologis, 20% usaha fisik.
Tiap disiplin biasanya memiliki beberapa sub-disiplin atau cabang, dan garis pembedanya seringkali arbitrer (berubah-ubah) dan ambigu. Contoh bidang disiplin akademik yang luas mencakup ilmu alam, matematika, ilmu komputer, ilmu sosial, humaniora dan ilmu terapan.
Modalitas Pembelajaran
Ada banyak gaya pembelajaran selama dua dekade yang lalu. Dunn and Dunn fokus pada identifikasi stimulus relevan yang dapat mempengaruh pembelajaran dan memanipulasi lingkungan sekolah, pada waktu yang sama Joseph Renzulli merekomendasikan berbagai strategi pengajaran. Howard Gardner mengidentifikasi individu berbakat atau cerdas dalam teori-teori multi kecerdasannya. Berdasarkan karya Jung, Myers-Briggs Type Indicator dan Keirsey Temperament Sorter fokus pada pemahaman bagaimana kepribadian manusia mempengaruhi cara mereka berinteraksi secara personal, dan bagaimana ini mempengaruhi cara-cara individu saling merespon dalam lingkungan pembelajaran. David Kolb dan Anthony Gregorc's Type Delineator berpandangan serupa tapi dengan pendekatan yang lebih mudah.
Akhir-akhir ini pendidikan dibagi ke dalam “mode-mode” pembelajaran yang berbeda. Modalitas pembelajaran yang mungkin sangat umum:
• Visual: pembelajaran berbasis observasi dan melihat apa yang dipelajari.
• Audio: pembelajaran berbasis pendengaran untuk instruksi/informasi.
• Kinestetik: pembelajaran berbasis praktek dan pelibatan diri pada aktivitas.
Diklaim bahwa, tergantung kesukaannya, modalitas pembelajaran, teknik pengajaran yang berbeda memiliki tingkat efektivitas yang berbeda. Konsekuensi teori ini adalah bahwa pengajaran yang efektif harus mempresentasikan berbagai metode pengajaran yang mencakup semua tiga modalitas pembelajaran agar para siswa yang berbeda memiliki peluang yang sama untuk belajar dengan cara yang efektif untuk mereka. Guy Claxton mempertanyakan gaya belajar seperti manfaat VAK tersebut, pengelompokan tersebut dapat melabeli anak-anak dan membatasi pembelajarannya.
Pengajaran
Para guru harus memahami sebuah pelajaran dengan cukup baik untuk menyampaikan esensinya kepada para siswa. Tujuannya adalah untuk membangun pengetahuan sesuai kemampuan mahasiswa seperti yang diungkapkan pada pengalaman-pengalaman hidup yang berbeda. Menyampaikan pengetahuan dari generasi ke generasi memungkinkan para siswa tumbuh menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat. Guru yang baik dapat menterjemahkan informasi, keputusan yang baik, pengalaman dan kebijaksanaan ke dalam pengetahuan yang relevan bahwa siswa dapat memahami, menguasai dan melewati semuanya. Kajian-kajian dari AS menyarankan bahwa kualitas guru merupakan faktor tunggal yang sangat penting yang mempengaruhi prestasi siswa, dan bahwa negara-negara yang memiliki skor tinggi dalam ujian-ujian internasional memiliki berbagai kebijakan untuk meyakinkan bahwa para guru harus bekerja seefektif mungkin.
Teknologi (Teknologi Pendidikan)
Teknologi merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pendidikan. Komputer dan mobile phone digunakan di negara-negara berkembang untuk menyempurnakan praktek-praktek pendidikan yang telah ditetapkan dan mengembangkan cara-cara pembelajaran baru seperti pendidikan online (jenis pendidikan jarak jauh). Ini memberikan siswa kesempatan memilih apa yang ingin mereka kaji. Perkembangan komputer juga merambah pada peningkatan pemrograman dan blogging. Teknologi menawarkan tool pembelajaran handal yang membutuhkan skill baru dan pemahaman siswa, termasuk multimedia, dan menyediakan cara-cara baru untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran, seperti Virtual learning environments. Teknologi digunakan tidak hanya dalam pekerjaan administrasi pendidikan tapi juga dalam pengajaran siswa. Penggunaan teknologi seperti PowerPoint dan interactive whiteboard menangkap perhatian siswa di kelas. Teknologi juga digunakan dalam penilaian siswa. Satu contoh adalah Audience Response System (ARS), yang memungkinkan uji feedback dan diskusi kelas yang cepat.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) merupakan ragam tool dan sumber daya yang digunakan untuk berkomunikasi, menciptakan, menyebarkan, menyimpan, dan memanage informasi. Teknologi-teknologi ini meliputi komputer, Internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi), dan telepon. Ada daya tarik yang meningkat pada bagaimana komputer dan Internet dapat memperbaiki pendidikan pada semua level, dalam forum formal dan non-formal. Teknologi ICT atau TIK lama, seperti radio dan televisi, selama empat puluh tahun telah digunakan untuk pembelajaran terbuka dan jarak jauh, walaupun buku cetak tetap sangat murah, sangat mudah diakses, dan sangat dominan digunakan dalam mekanisme penyampaian informasi di negara-negara maju dan sedang berkembang.
Penggunaan komputer dan Internet dalam masa perkembangannya di negara-negara berkembang, jika ini digunakan secara menyeluruh, ini tidak terlepas dari infrastruktur yang terbatas dan membutuhkan biaya akses yang tinggi. Biasanya, berbagai teknologi yang digunakan dalam kombinasi lebih baik daripada mekanisme penyampaian tunggal. Sebagai contoh, Kothmale Community Radio Internet menggunakan teknologi siaran radio dan komputer serta Internet untuk memfasilitasi berbagi informasi dan menyediakan kesempatan-kesempatan pendidikan dalam sebuah komunitas pedesaan di Sri Lanka. The Open University of the United Kingdom (UKOU), yang didirikan tahun 1969 sebagai institusi pendidikan pertama di dunia yang secara menyeluruh berdedikasi terhadap pembelajaran terbuka dan jarak jauh, masih sangat tergantung pada materi-materi berbasis cetak yang didukung oleh radio, televisi dan, tahun-tahun ini, pemrograman online. Dengan cara yang sama, Indira Gandhi National Open University di India menggabungkan penggunaan cetakan, rekaman audio dan video, siaran radio dan televisi, serta teknologi telekonfereni audio.
Istilah "computer-assisted learning" (CAL) terus digunakan untuk mendukung penggunaan teknolgi dalam pengajaran.
Teori Pendidikan
Teori pendidikan merupakan teori tentang tujuan, aplikasi dan interpretasi pendidikan dan pembelajaran. Sejarahnya dimulai dengan para pendidik dan sophists Yunani kuno dan termasuk, sejak abad 18, pedagogi dan andragogy. Pada abad ke 20, “teori” telah menjadi payung berbagai pendekatan ilmiah untuk pengajaran, penilaian dan hukum pendidikan, kebijakan yang diinformasikan oleh berbagai bidang akademis, yang mana dapat dilihat pada bagian-bagian di bawah ini.
Ekonomi (Ekonomi Pendidikan)
Telah menjadi perdebatan, bahwa rate tinggi pendidikan itu penting untuk negara-negara yang mampu mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Analisis-analisis empiris cenderung mendukung prediksi teoritis bahwa negara-negara miskin harus tumbuh lebih cepat daripada negara-negara kaya karena dapat mengadopsi pemangkasan teknologi yang sudah dicoba dan diuji oleh negara-negara kaya. Walaupun demikian, transfer teknologi membutuhkan manager dan insinyur berpengetahuan luas yang mampu mengoperasikan mesin-mesin baru atau praktek-praktek produksi yang dipinjam dari pemimpinnya agar menutup gap imitasi. Dengan demikian, kemampuan sebuah negara untuk belajar membentuk seorang pemimpin itu sebagai stok “sumber daya manusia”-nya. Kajian terbaru tentang penentu seluruh pertumbuhan ekonomi telah menekankan pentingnya institusi ekonomi fundamental dan peran skill kognitif.
Pada level individu, terdapat banyak literatur, umumnya dihubungkan kembali ke karya Jacob Mincer, tentang bagaimana pendapatan dihubungkan pada sekolah dan sumber daya manusia individual lainnya. Karya ini telah memotivasi sejumlah besar studi, tapi juga kontroversial. Kontroversi besar berputar sekitar bagaimana menginterpretasikan dampak sekolah.
Pakar ekonomi Samuel Bowles dan Herbert Ginits dengan sangat baik memperlihatkan bahwa pada tahun 1976 ada konflik fundamental di sekolah Amerika antara tujuan partisipasi demokratik egalitarian dan ketidaksamaan yang disiratkan dengan profitabilitas produksi kapitalis berkelanjutan.
Sejarah (Sejarah Pendidikan)
Sejarah pendidikan menurut Dieter Lenzen, presiden Freie Universität Berlin 1994 " baik mulai jutaan tahun yang lalu maupun di akhir tahun 1770". Pendidikan sebagai sebuah sains tidak dapat dipisahkan dari tradisi pendidikan yang sudah ada sebelumnya. Orang dewasa telah melatih anak muda masyarakatnya dalam pengetahuan dan skill yang mereka harus kuasai dan lewati secepatnya. Evolusi budaya, dan manusia sebagai sebuah spesies tergantung pada praktek transmisi pengetahuan ini. Dalam masyarakat pra-baca, ini dicapai secara lisan dan melalui imitasi. Story-telling berlanjut dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Bahasa lisan telah dikembangkan ke dalam simbol-simbol dan huruf-huruf tertulis. Kedalaman dan keluasan pengetahuan dapat dijaga dan dilewati secara cepat dengan peningkatan secara eksponensial. Ketika budaya-budaya mulai menyampaikan pengetahuannya melebihi skill komunikasi dasar, perdagangan, pengumpulan makanan, praktek-praktek agama, dll, pendidikan formal, dan sekolah, secepatnya diikuti. Sekolah dalam pengertian ini sudah muncul di Mesir antara tahun 3000 dan 500SM.
Filsafat
Filsafat pendidikan merupakan kajian filosofis tentang tujuan, proses, sifat dan cita-cita pendidikan. Filsafat pendidikan secara natural dapat dianggap sebagai cabang filsafat dan pendidikan. Filsafat pendidikan biasanya dipelajari di akademik dan jurusan-jurusan pendidikan, juga filsafat terapan, gambaran dari bidang filsafat tradisional (ontologi, etika, epistemology, dll.) dan pendekatan-pendekatan (spekulatif, prescriptif, dan/atau analitik) untuk mengarahkan pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan pendidikan, perkembangan manusia, metodologi penelitian pendidikan, dan teori kurikulum, pada nama-nama yang lebih spesifik.
Psikologi (Psikologi Pendidikan)
Psikologi pendidikan merupakan kajian bagaimana manusia belajar dalam forum pendidikan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial sekolah sebagai organisasi. Walaupun istilah “psikologi pendidikan” dan “psikologi sekolah” sering digunakan dengan cara dipertukarkan, para peneliti dan teoritikus kemungkinan besar dikenal sebagai para psikologist pendidikan, sedangkan para praktisi di sekolah atau forum yang berkaitan dengan sekolah dikenal sebagai para psikologist sekolah. Psikologi pendidikan terkait dengan proses-proses pencapaian pendidikan dalam populasi umum dan dalam sub-populasi seperti anak-anak berbakat dan yang memiliki ketidakmampuan khusus.
Psikologi pendidikan dapat dipahami melalui hubungannya dengan disiplin lain. Terkait pembahasan psikolgi, ia menegaskan sebuah hubungan terhadap disiplin tersebut dapat disamakan dengan hubungan antara ilmu kedokteran dan biologi. Psikologi pendidikan kemudian menginformasikan range besar spesialisasi dalam kajian-kajian pendidikan, meliputi desain pengajaran, teknologi pendidikan, pengembangan kurikulum, pembelajaran organisasi, pendidikan khusus dan manajemen kelas. Psikologi pendidikan digambarkan dari dan berkontribusi pada ilmu kognitif dan ilmu pembelajaran. dalam jurusan-jurusan psikologi pendidikan universitas biasanya diselenggarakan pada fakultas pendidikan, mungkin laporan untuk kelemahan representasi konten psikologi pendidikan dapat dilihat dalam buku pengantar psikologi (Lucas, Blazek, & Raley, 2006).
Sosiologi (Sosiologi Pendidikan)
Gelandangan di sekitar rumah merupakan jangkauan pendidikan baru.
Sosiologi pendidikan merupakan kajian bagaimana institusi-institusi dan forum sosial mempengaruhi proses-proses dan hasil-hasil pendidikan, dan sebaliknya. Pendidikan banyak dipahami untuk menanggulangi rintangan, mencapai kesamaan yang besar dan memperoleh kesejahteraan serta status untuk semua orang (Sargent 1994). Para pelajar dapat dimotivasi dengan aspirasi-aspirasi kemajuan dan perbaikan. Pendidikan dirasakan sebagai tempat di mana anak-anak dapat berkembang menurut kebutuhan dan potensi uniknya. Tujuan pendidikan dapat berupa pengembangan setiap individu menuju potensi sepenuhnya. Pemahaman tujuan dan makna proses sosialisasi pendidikan berbeda-beda sesuai paradigma sosiologi yang digunakannya.
Perkembangan Pendidikan
Di beberapa negara berkembang, jumlah dan keseriusan permasalahan yang dihadapi secara natural lebih besar. Masyarakat di daerah-daerah terpencil dan agraria kadang-kadang tidak menyadari pentingnya pendidikan. Walaupun demikian, banyak negara memiliki Kementerian Pendidikan aktif, dan dalam banyak pelajaran, seperti pembelajaran bahasa asing, gelar pendidikan benar-benar lebih tinggi daripada di negara-negara industri; contohnya, tidak semua siswa di banyak negara-negara berkembang cukup fasih dalam berbagai bahasa asing, padahal ini jarang diduga terjadi di negara-negara “yang lebih terpelajar” di mana banyak sekali populasi yang faktanya monolingual.
Ada juga tekanan ekonomi dari orangtua yang lebih menyukai anaknya menghasilkan uang dalam jangka waktu singkat daripada berlama-lama mengikuti pendidikan. Kajian terbaru pada tenaga kerja anak dan kemiskinan telah menyarankan bahwa ketika keluarga-keluarga miskin mencapai threshold ekonomi tertentu di mana keluarganya mampu menyediakan kebutuhan dasarnya, para orangtua mengembalikan anak-anaknya ke sekolah. Ini benar ditemukan, setelah threshold diterobos, bahkan jika nilai ekonomi potensial, anak-anak telah meningkat kembali lagi ke sekolah. Para guru sering kali dibayar lebih rendah daripada profesi serupa lainnya.
Kelemahan universitas-universitas yang baik, dan rate penerimaan rendah terhadap universitas-universitas yang baik, merupakan fakta di negara-negara dengan kepadatan populasi yang relatif tinggi. Di beberapa negara, terdapat program sentralistik yang seragam, over terstruktur, tidak fleksibel dari sebuah lembaga pusat yang mengatur semua aspek pendidikan.
• Terkait globalisasi, meningkatkan penekanan pada para siswa dalam aktivitas-aktivitas kurikuler.
• Penghabisan persentase siswa tertentu untuk improvisasi akademik (biasanya dipraktekkan di sekolah, setelah kelas 10)
Sekarang, India sedang mengembangkan teknologi-teknologi yang akan meloncati dasar-dasar yang berbasis telpon dan internet lines. Malahan, India sudah meluncurkan EDUSAT, sebuah satelit pendidikan yang dapat mencapai lebih besar reduksi biaya di banyak negara. Ada juga sebuah inisiatif yang dimulai oleh sebuah kelompok dari MIT dan didukung oleh berbagai badan hukum besar mengembangkan laptop $100. Laptop tersebut harus tersedia paling lambat tahun 2006 atau 2007. Laptop tersebut, dijual murah, akan memungkinkan negara-negara berkembang dapat memberikan anak-anaknya pendidikan digital, dan menutup kesenjangan digital lintas dunia.
Di Afrika, NEPAD telah meluncurkan "e-school programme" untuk menyediakan 600,000 sekolah dasar dan tinggi dengan perlengkapan komputer, materi pembelajaran dan akses internet di dalam 10 tahun. Kelompok privat, seperti The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, bekerja untuk memberikan lebih banyak peluang-peluang individu untuk menerima pendidikan di negara-negara berkembang melalui program seperti Perpetual Education Fund. Proyek International Development Agency yang disebut nabuur.com, dimulai dengan dukungan American President Bill Clinton, menggunakan Internet untuk memungkinkan kerjasama individu pada isu-isu perkembangan sosial.
Internasionalisasi
Pendidikan itu semakin mendunia. Tidak hanya materi-materi yang lebih dipengaruhi oleh lingkungan internasional yang kaya, tapi pertukaran antar pelajar pada semua level juga memainkan peran yang sangat penting. Di Eropa, misalnya, Socrates-Erasmus Programme menstimulasi pertukaran lintas universitas Eropa. Juga, Soros Foundation menyediakan banyak peluang untuk para siswa dari Asia tengah dan Eropa timur. Beberapa sarjana berpendapat bahwa, tanpa menghiraukan apakah satu sistem dianggap lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya, mengalami cara pendidikan yang berbeda seringkali dapat dianggap sangat penting, memperkaya elemen pengalaman pembelajaran internasional.
Referensi
1. George F. Kneller, Introduction to the Philosophy of Education (New York: John Wiley and Sons, 1971). pp.20-21.
2. For example, Samuel Bowles and Herbert Gintis, Schooling in Capitalist America: Educational Reform and the Contradictions of Economic Life (Basic Books, 1977), or the terms "homeschooling" or "unschooling".
3. UNESCO, education For All Monitoring Report 2008, Net Enrollment Rate in primary education
4. See Merriam et al. Learning in Adulthood: A Comprehensive Guide (San Francisco: Jossey-Bass, 2007). Sharan Merriam, Rosemary Caffarella and Lisa Baumgartner write that “we need only look more closely inside our own borders, to Native Americans, for example… to find major systems of thought and beliefs embedded in entirely different cultural values and epistemological systems that can be drawn upon to enlarge our understanding of adult learning” (p. 218). Merriam et al. then go on to explain that another purpose in becoming familiar with other knowledge systems is the benefit this knowledge will have in affecting our practice with learners having other than Western worldviews. Antone and Gamlin (2004) for example, argue that to be effective, literacy programs with Aboriginal people (a term they use to refer to First Nations, Inuit, and Metis persons and collectivities) must be more than ‘reading, numeracy and writing which is typically geared towards gaining access to mainstream employment’ (p. 26). Rather Aboriginal literacy is about sustaining a particular worldview and about the survival of a distinct and vital culture. Being literate is about resymbolizing and reinterpreting past experience, while at the same time honouring traditional values. Being literate is about "living" these values in contemporary times. Being literate is about "visioning" a future in which an Aboriginal "way of being" will continue to thrive. Meaningful Aboriginal literacy will develop and find expression in everything that is done. Consequently, Aboriginal literacy programs must reflect a broad approach that recognizes the unique ways that Aboriginal people represent their experience and knowledge. [p. 26; italics in original] Frequently, Merriam et al. also return to this need “to enlarge our understanding of adult learning” through the lens of cultural sensitivity by focusing on theories related to the intimate connection between learning and social context– often framed in terms of inclusiveness and respect for differing values, beliefs, experiences, perspectives and environments as strongly correlated with the traditional ways and methods inherent in both individual and collective notions of culture. For instance, in their discussion of experiential learning, the authors comment that “in acknowledging cognition and learning from experience as a cultural phenomenon, the perspectives of critical… and postmodern thinkers become crucial. Among the major results of thinking about cognition from a cultural frame are the critiques that have been fostered about traditional educational theory and practice… Foremost among these critiques is a challenge to the fundamental notion that learning is something that occurs within the individual. Rather, learning encompasses the interaction of learners and the social environments in which they function” (p. 180).
5. See generally R. A. Malatest et al. Best Practices in Increasing Aboriginal Postsecondary Enrolment Rates (Canada: Council of Ministers of Education, Canada, 2002)[1]and Dr. Pamela Toulouse, Supporting Aboriginal Student Success: Self-Esteem and Identity, A Living Teachings Approach (Presentation delivered at the 2007 Ontario Education Research Symposium)[2]
6. In the Canadian province of Manitoba for instance, collaborative efforts between the government and post-secondary institutions (both universities and colleges) has resulted in the implementation of 13 Access Programs (spanning several disciplines and program focus areas). These Access programs often place emphasis on indigenous methods and content in the delivery of post-secondary education and training, while also providing students with a variety of other culturally sensitive supports (such as elders and mentors) in order to enhance their success in higher education. Advocates of such programs will often highlight the fact that, between 2001/02 and 2005/06 (most recent available data) a total of 800 students successfully graduated from these programs with postsecondary credentials, while an average of 70.8 per cent of all students enrolled during these same years were Aboriginal. Statistics cited according to pp. 141-143 of the Manitoba Council on Post-Secondary Education Statistical Compendium For the Academic Years Ending in 2006[3] According to these advocates, the inclusion of indigenous models of education in those Access Programs that are intended for Aboriginal learners, is an important factor contributing to the completion of postsecondary education for the estimated 566 Aboriginal students who would not otherwise have been likely to achieve this same level of success.
7. Examples of subjects. Curriculumonline.gov.uk. URL accessed on 2009-04-20.
8. Dunn and Dunn. Learningstyles.net. URL accessed on 2009-04-20.
9. Biographer of Renzulli. Indiana.edu. URL accessed on 2009-04-20.
10. Thomas Armstrong's website detailing Multiple Intelligences
11. Keirsey web-site. Keirsey.com. URL accessed on 2009-04-20.
12. Type Delineator description. Algonquincollege.com. URL accessed on 2009-04-20.
13. Swassing, R. H., Barbe, W. B., & Milone, M. N. (1979). The Swassing-Barbe Modality Index: Zaner-Bloser Modality Kit. Columbus, OH: Zaner-Bloser.
14. Priscilla Theroux. Varied Learning Modes. Members.shaw.ca. URL accessed on 2009-04-20.
15. Barbe, W. B., & Swassing, R. H., with M. N. Milone. (1979). Teaching through modality strengths: Concepts and practices. Columbus, OH: Zaner-Bloser.
16. Learning modality description from the Learning Curve website
17. Guy Claxton speaking on What's The Point of School?. dystalk.com. URL accessed on 2009-04-23.
18. How the world's best school systems come out topg
19. Blurton, Craig New Directions of ICT-Use in Education. (PDF) URL accessed on 2007-02-06.
20. ICT in Education
21. Potashnik, M. and Capper, J. Distance Education:Growth and Diversity. (PDF) URL accessed on 2007-02-06.
22. Taghioff, Daniel Seeds of Consensus—The Potential Role for Information and Communication Technologies in Development.. URL accessed on 2003-10-12.
23. Open University of the United Kingdom Official website
24. Indira Gandhi National Open University Official website
25. Hanushek, Economic Outcomes and School Quality
26. UCLA Economics 183 Lecture from Professor Boustan
27. Daron Acemoglu, Simon Johnson, and James A. Robinson, "The Colonial Origins of Comparative Development: An Empirical Investigation." American Economic Review 91,no.5 (December 2001):1369-1401.
28. Eric A. Hanushek, and Ludger Woessmann, "The role of cognitive skills in economic development." Journal of Economic Literature 46,no.3 (September 2008):607-608.
29. Jacob Mincer, "The distribution of labor incomes: a survey with special reference to the human capital approach." Journal of Economic Literature 8,no.1 (March 1970):1-26.
30. See, for example, David Card, "Causal effect of education on earnings," in Handbook of labor economics, edited by Orley Ashenfelter and David Card. Amsterdam: North-Holland, 1999:1801-1863; James J. Heckman, Lance J. Lochner, and Petra E. Todd., "Earnings functions, rates of return and treatment effects: The Mincer equation and beyond," in Handbook of the Economics of Education, edited by Eric A. Hanushek and Finis Welch. Amsterdam: North Holland, 2006:307-458.
31. Samuel Bowles and Herbert Gintis, Schooling in Capitalist America: Educational Reform and the Contradictions of Economic Life (Basic Books, 1976)
32. Finn, J. D., Gerber, S. B., Boyd-Zaharias, J. (2005). Small classes in the early grades, academic achievement, and graduating from high school. Journal of Educational Psychology, 97, 214-233.
33. Schofield, K. (1999). "The Purposes of Education", Queensland State Education: 2010, [Online] URL: www.aspa.asn.au/Papers/eqfinalc.PDF [Accessed 2002, Oct 28]
34. Dubois, H.F.W., Padovano, G., & Stew, G. (2006) Improving international nurse training: an American–Italian case study. International Nursing Review, 53(2): 110–116.
***
[Arsip 2012]
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment