Beberapa orang
pernah memberikan saran bahwa untuk menjadi penerjemah itu:
1. Harus fokus
pada satu bidang, misal: pendidikan saja, sejarah Islam saja, dll.
Fokus di sini
mirip dengan konsentrasi suatu jurusan, misal: spesialis dokter gigi, spesialis
penyakit dalam, dll.
2. Harus membaca
buku yang ditulis dalam bahasa sumber dan bahasa target (bahasa sasaran).
Misalnya, kita
akan menterjemahkan buku berbahasa Inggris (bahasa sumber terjemahan), maka
sebaiknya kita pernah membaca topik yang ada pada buku tersebut dalam bahasa
Indonesia (bahasa target terjemahan)
Meskipun banyak
sekali motivasi untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit, namun tetap
saja prakteknya kita harus realistis. Kalau kecerdasan kita normal (bukan jenius),
maka pengakuan ini mungkin bisa menjadi pengontrol ambisi kita:
“Seorang
penerjemah yang sudah banyak dikenal di Internet, ia tidak berani menerima
proyek terjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, padahal ia sudah
biasa menterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.”
Pengakuan di
atas benar-benar menjadi introspeksi bagi saya yang baru belajar terjemahan.
Orang yang sudah jadi penterjemah saja sudah ‘enggak sanggup’ menterjemahkan
bolak-balik, apalagi saya. J
Saya pikir
pengakuan di atas harus menjadi kontrol bagi para pelajar bidang terjemahan
agar tidak terlalu banyak menghadapi kesulitan di belantara penerjemahan.
Ini saya berikan
contoh kerumitan dalam terjemahan. Mari terjemahkan kalimat di bawah ini:
1. In the name
of God, Most Gracious, Most Merciful.
2. Praise be to
God, the Cherisher and Sustainer of the worlds.
Saya menduga,
kalau tanpa membaca referensi kalimat di atas dalam bahasa Indonesia, rasanya
sangat mustahil penerjemah pemula mampu menterjemahkannya dengan tepat (layak).
Kalau kita sudah
pernah membaca dalam bahasa Indonesia, mungkin tanpa berpikir panjang langsung
saja menterjemahkannya sepert ini:
1. Dengan nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji
bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
Namun terjemahan
di atas tidak akan muncul begitu saja kalau kita sama sekali belum pernah
membaca terjemahan al-Fatihah dalam bahasa Indonesia, bukan?
Mari terjemahkan
dua kalimat di atas hanya dengan kemampuan bahasa, tanpa wawasan:
1. In the name
of God, Most Gracious, Most Merciful.
Mungkin bisa
diterjemahkan seperti ini:
Dalam nama
Tuhan, Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.
2. Praise be to
God, the Cherisher and Sustainer of the worlds.
Ini juga mungkin
diterjemahkan seperti ini:
Puji kepada
Tuhan, Yang Maha Terhormat dan Maha Kuasa atas alam-alam.
Silahkan
bandingkan terjemahan terakhir ini dengan sebelumnya. Tentu kita kurang nikmat
membacanya. J
Padahal bahasa itu tidak hanya harus benar, tapi harus nikmat dibaca sehingga
menimbulkan pembaca ketagihan.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment