Balaghah secara
etimologi berarti “sampai ke puncak”, sedangkan secara terminologi Balaghah
adalah menyampaikan suatu gagasan melalui ungkapan yang benar, fasih, dan
menyentuh jiwa serta sesuai denga tuntutan keadaan (kontekstual).
Untuk lebih
mudahnya, kita bisa meminjam kebiasaan orang Arab ketika menyebut Balaghah,
yaitu: “Kehebatan berbahasa”. Contoh yang mudah diingat dari penerapan balaghah
adalah Quran di mana kita dengan mudah dapat menemukan syair-syair indah di dalamnya.
Ilmu Balaghah
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Ilmu Ma’any (Bicara
sesuai dengan situasi dan kondisi)
Ilmu Ma’any
menuntun kita agar dapat berbicara sesuai keadaan. Misal, kita berbicara lebih
halus kepada orangtua daripada kepada seusia kita; kita berbicara lebih
hati-hati dan halus kepada yang sedang emosi daripada kepada yang sedang tidak
emosi.
Contoh:
وَأَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ
“Dirikanlah
shalat.” (QS. An-Nur: 56)
Mari kita
bandingkan dengan kalimat berikut:
حَيَّ عَلىَ الصَّلَاةِ
“Mari melaksanakan
sahalat.”
Kedua kalimat di
atas bermakna perintah, namun gaya bahasanya yang berbeda. Mungkin saja kita
bisa menilai (walaupun tanpa ilmu balaghah) bahwa kalimat kedua lebih halus
dari kalimat pertama apabila kita (manusia) yang mengucapkannya.
Namun kalimat
pertama tidak bisa juga dikatakan kasar dan terlarang karena itu bisa bermakna
lebih tegas sehingga orang yang mendengar ajakan shalat akan semakin yakin
bahwa shalat itu penting.
2. Ilmu Bayan
(Cara-cara menyampaikan makna)
Dengan Ilmu Bayan,
kita dapat menyampaikan makna dalam berbagai cara, yaitu: perbandingan, majaz
dan kiasan.
Contoh:
أَنْتَ كَالشَّمْسِ
فِى الضِّيَاءِ
“Engkau terang bagai
mentari.”
Dalam bahasa
Indonesia, kita mungkin mengenal ungakapan seperti ini:
“Engkau cantik
laksana bidadari turun dari langit.”
3. Ilmu Badi’ (Merias
kata dan makna)
Adalah ilmu yang
mempelajari aspek-aspek yang berkaitan dengan keindahan bahasa, baik dari segi
lafaz maupun makna.
Contoh:
اَلْحَمْدُ لِلهِ اْلأَحَدِ، الْفَرْدِ الصَّمَدِ
“Segala puji
bagi Allah Yang Maha Esa, Tunggal dan menjadi tempat bernaung.”
Pada penggalan
khutbah di atas, kita menemukan di ujung kalimat yang berakhir ‘di’ (ahadi dan
shamadi). Gaya seperti ini, orang Indonesia juga mengenalnya dalam puisi atau
pantun.
Isim Dlamir (Kata Ganti) Dalam Bahasa Arab Pada Wazan Fi’il Madli
Isim Dlamir (Kata Ganti) Dalam Bahasa Arab
Tata Bahasa Arab Lengkap
Percakapan Bahasa Arab Lengkap
Cara Membaca Arab Gundul
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment