Orang-orang yang belajar bahasa Arab biasanya sering
mendengar huruf Nida. Memang huruf Nida itulah yang mempengaruhi suatu kalimat.
Contoh huruf Nida: Hai, Wahai, dll.
Huruf Nida juga menjadi salah satu karakteristika budaya
orang Arab yang terbiasa memanggil orang dengan didahului kata “Wahai” atau
“Hai”, misal:
Ya Ahmad!
Ya Tuhan!
Mari kita lihat contoh-contohnya dalam bahasa Arab berikut
ini:
1. Munada Dinashabkan
يَا رَسُوْلَ اللهِ
(Wahai utusan Allah)
Namun kalimat di atas biasanya tidak diterjemahkan sehingga
orang Indonesia sudah terbiasa mengucapkan “Ya Rasulullah”.
Karena didahului huruf Nida ‘Ya’, maka kata ‘rasul’ dibaca
‘rasula’, padahal asalnya ‘rasulun’ atau ‘rasulu’. Ini berarti penerapan huruf
Nida pada konteks Mudhaf.
Ciri Mudhafnya, ‘Rasulullahi’ tidak dibaca ‘Rasulullaha’ atau
‘Rasulullahu’ karena bermakna ‘rasulun minallahi’ (utusan dari Allah). Dibaca ‘minallahi’
karena lafadh Allah didahului huruf jar (min) yang biasanya mengkasrahkan
harakat kata setelahnya.
Kalau tidak didahului huruf ‘Ya’, maka dibaca ‘Rasulullahi’.
يَا كَرِيْمًا قَوْلُهُ
(Wahai orang yang mulia ucapannya)
Dibaca ‘kariman’ karena didahului huruf Nida ‘Ya’. Jika tidak
ada huruf Nida, maka akan dibaca ‘karimun’.
يَا عَالِمًا، إِقْرَأْ كِتَابًا
Dibaca ‘aliman’ karena didahului huruf Nida ‘Ya’. Jika tanpa
huruf Nida, maka akan dibaca ‘alimun’. Dan kalimat ini tidak ditujukan pada
maksud tertentu (Entah buku apa yang harus dibacanya)
2. Munada Mabni
يَا زَيْدٌ
(Wahai Zaid)
Dibaca ‘Zaidun’ karena ini isim alam (nama orang), bukan
Mudhaf.
يَا تِلْمِيْذُ، اُكْتُبْ هَذَا
الْدَرْسَ!
(Wahai siswa, bacalah pelajar ini!)
Dibaca ‘tilmidzun’ karena isim nakirah ini ditujukan pada
maksud tertentu, yakni harus membaca pelajaran tertentu. Adanya alifdan lam
pada kata ‘darsun’ menunjukkan maksudnya sudah tertentu.
يَا اللهُ
(Wahai Allah)
Dibaca ‘Allahu” karena ada alif lam setelah huruf Nida ‘Ya’.
يَا اَيُّهَا النَّاسُ
Dibaca ‘nasu’ karena ada alif lam setleah huruf Nida.
Saya suka mengatakan bahwa bahasa Arab itu penuh kejutan
karena seringkali salah membaca harakat/sakal (fathah, kasarah, dlammah atau
sukun) karena tidak ada kata yang berpengaruh sebelumnya (amil). Misalnya:
رَبَّنَا
Kalau kita tidak sadar atas adanya huruf Nida yang bisa
dilesapkan (disembunyikan), maka bisa saja kita membacanya ‘rabbuna’, bukan
‘rabbana’. Ternyata tetap harus dibaca ‘rabbana’ karena asalnya begini (يَا
رَبَّنَا).
رَبِّ
Kata ini juga berasal dari (يَا رَبِّى). Kenapa tidak dibaca
‘rabba’? Karena disatukan dengan akhiran –ku.
اللَّهُمَّ
Ini juga berasal dari (يَا اللهُ)
Cukup dulu ya pembahasannya. Sebagai pelengkap, ini
huruf-huruf Nida selengkapnya:
أ، يَا، أّيَّا، هَيَّا، وَا، أَيُّ،
أَيُّهَا، أَيَّتُهَا
KAMUS KECIL BAHASA INGGRIS DAN ARAB
Hai (hey): يَا
Rasul (apostle): رَسُوْلٌ
Tuhan (god): اِلَهٌ
Membaca (read): يَقْرَأُ
Buku (book):كِتَابٌ
KAMUS KECIL HANZI BAHASA MANDARIN
Tuhan: 上帝:
shangdi
Membaca: 诵读:
songdu
Buku: 本子:
benzi
KAMUS KECIL KANJI BAHASA JEPANG
Rasul: 使途: shito
Tuhan: 神: kami
Membaca: 読む: yomu
Buku:本: hon
KAMUS KECIL HIRAGANA DAN KATAKANA JEPANG
Hai (moshimoshi): もしもし(モシモシ)
Rasul:しと(シト)
Tuhan: かみ(カミ)
Membaca: よむ(ヨム)
Buku: ほん(ホン)
Related Posts:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment