Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Monday, March 2, 2015

Jangan Jadi Penerjemah Tak Tahu Syukur!

Bagi Anda yang ingin menjadi penerjemah mungkin mencari informasi tentang prospek seorang penerjemah menjadi salah satu yang pernah dilakukan, bahkan bisa jadi dilakukan berkali-kali, untuk memastikan apakah penerjemah itu akan menjadi profesi Anda atau bukan?

Di samping pendapat yang memotivasi kita untuk menjadi penerjemah, ada juga yang mengeluhkan nasib seorang penerjemah.

Apa yang dikeluhkan sebagian penerjemah?

Mereka kecewa karena bayaran penerjemah di Indonesia lebih murah dibandingkan penerjemah di luar negeri.

Bahkan ada penerjemah lepas yang sudah jago, ia tampak tidak mau menerima proyek terjemahan karena merasa bayarannya terlalu murah.

Namun saya sendiri memiliki pendapat:
1. Kalau kita memiliki pekerjaan yang lebih bagus dari penerjemahan, baik dilihat dari sisi finansial maupun minat, silahkan ganti profesi!

2. Bayaran penerjemah dalam negeri memang lebih murah dari luar negeri. Namun ini bukan berarti kita harus kecewa dan menunggu bayaran segede penerjemah luar negeri yang belum datang dalam hidup kita. Bersyukurlah dengan bayaran yang sudah diperoleh karena masih banyak profesi lain yang bayarannya jauh lebih kecil.

Ini salah satu alasan yang suka mereka kemukakan: “Kan menerjemahkan itu butuh kecerdasan, ketekunan, waktu yang tak sebentar, duduk di depan komputer hampir seharian. Aku belajar terjemahan selama bertahun-tahun, masa bayarannya kecil?” Kekecewaan ini cenderung dipelihara oleh para penerjemah yang malas saja. wkwkwk

Jadi, berbahagialah bagi seorang penerjemah. Kita bisa bekerja di rumah atau di tempat yang kita inginkan tanpa perlu terjebak kemacetan dan kenaikan BBM. Kegembiraan juga harus dirasakan seorang penerjemah karena ilmunya senantiasa bertambah dengan banyak karena setiap hari harus membaca, juga karyanya dibaca oleh orang lain.

Aku penerjemah lepas yang namanya tidak dicantumkan pada tulisan yang dipublikasikan, rugi dong?
Kita sih maunya narsis melulu….nebeng beken di sampul buku…

Padahal tanpa narsis di buku orang lain pun, kita bisa unjuk gigi dengan kelihaian penerjemahan melalui berbagai media, seperti blog, profil penulis pada saat mengirim artikel, profil media sosial, dll. Semua media ini menjadi peluang personal branding kita sebagai penerjemah profesional.


Lalu, kenapa kita harus menjadi penerjemah yang merengek-rengek dan cengeng????! J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment