Hello Katabah!
Mungkin kita masih ingat
ada istilah mubtada mu`awwal dan mubtada mu`akhar. Memang betul, mubtada bisa
berada sebelum khabar, bisa juga terletak setelah khabar.
Contoh:
اَحْمَدُ فِى السَّيَارَةِ
(Ahmad di dalam mobil)
فِى السَّيَارَةِ اَحْمَدُ
(Di dalam mobil, Ahmad)
اَيْنَ اَحْمَدُ؟
(Di mana Ahmad?)
Dari ketiga contoh di
atas, kata “Ahmad” (اَحْمَدُ) disebut Mubtada, sedangkan yang lainnya
adalah khabar.
Melihat contoh di atas, kita
juga mendapatkan penegasan yang lebih jelas bahwa Mubtada adalah kata yang
diterangkan oleh Khabar, tanpa memperhatikan posisinya (Apakah di awal kalimat
atau di akhir kalimat).
Bahkan sakal akhirnya
pun tidak berbeda (antara mubtada awal dan akhir). Iya kan? Untuk contoh nomor
dua, sengaja saja yang buatkan terjemahannya sedikit berbeda agar kita lebih
paham terjemahan secara harfiah. Namun ketika ingin menejermahkan ke dalam
sebuah buku, maka harus mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang benar, yaitu: Ahmad di dalam mobil (bukan “Di dalam mobil,
Ahmad”).
Artikel Terkait:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment