Hello Katabah!
Pada posting ini, saya
belajar dari dalil hadits yang memberikan pesan bahwa kita harus menyeimbangkan
kehidupan dunia dan akhirat. Ini bunyinya:
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ اَبَدًا وَاعْمَلْ لِاَخِرَتِكَ كَأَنَّكَ
تَمُوْتُ غَدًا
Artinya:
“Bekerjalah untuk urusan
dunia seperti akan hidup selama-lamanya. Bekerjalah untuk amal akhirat seperti
akan meninggal besok. (HR. Ibnu ‘Asakir)
Kalau kita menerapkan
dalil di atas, maka tidak ada lagi keinginan untuk mengumpulkan kekayaan hanya
untuk kepentingan sendiri. Tidak mungkin kita berani belanja ke mall setiap
hari, padahal anak tetangga tidak mampu sekolah atau makan hanya dengan kerupuk
setiap hari.
Begitu juga, kita tidak
mungkin hanya “bertapa” di mesjid atau hanya keluyuran bersama komunitas dengan
alasan dakwah, tapi anak dan isteri harus makan tanpa nafkah ayah/suaminya.
Belajar Bahasa Arab
Kita bandingkan dua kata
di bawah ini yuk….
لِدُنْيَاكَ
dan
لِاَخِرَتِكَ
Kata “lidunya” (لِدُنْيَا)
berasal dari (لِ) + (دُنْيَا). Kata “li” (لِ) adalah huruf jar
yang mengharuskan isim setelahnya berharokat kasrah. Kenapa ini tidak kasrah?
Karena bahasa Arab “dunia” memang دُنْيَا. Jadi, tidak bisa dikasrahkan. Ini
termasuk isim alam, seperti “Cibatu” tidak dibaca “Cibati”. Hi..hi..
Sedangkan kata “lil
akhirati” (لِاَخِرَتِ)
berasal dari (لِ) + (اَخِرَتِ). Nah, kalau ini jelas bahwa dibaca
“akhirati” karena didahului huruf jar “li” (لِ).
OK. Cukup dulu
pembahasan bahasa Arabnya. Walaupun sederhana, semoga masih ada manfaatnya. :D
Artikel Terkait:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment