Hello Katabah!
Salah satu dalil
keutamaan orang yang berilmu adalah Q.S. al-Mujaadalah 58: 11:
وَإِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ
Artinya:
Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.
Bagi yang tidak suka
ngulik belajar tata bahasa Arab, sekilas cara baca (sakal) pada penggalan ayat
di atas tidak ada yang aneh. Tapi yang suka belajar Ilmu Nahwu mungkin akan
bertanya:
Mengapa dibaca yarfa’i (يَرْفَعِ)?
Mengapa dibaca
“yarfa’i"? Padahal kata “yarfa’i" termasuk fi’il mudhari dan harokat
akhir pada fi’il mudhari biasanya hanya ada dua kemungkinan, yaitu dlammah atau
sukun. Kenapa ini malah kasrah?
Karena sakal akhir pada kata
“yarfa’i" (يَرْفَعِ) itu sebenarnya berharokat sukun (يَرْفَعْ)
karena “jawab-syarat” (jawab untuk kata انْشُزُوْا).
Agar mudah diucapkan
ketika disambungkan dengan lafadh Allah (اللهُ), maka dibacalah
“yarfa’i" (يَرْفَعِ). Mungkin kita ingat kaidah bahwa fi'il jawab itu dikasrahkan karena
bersambung dengan hamzah washal, misal:
مَنْ + الَّذِيْ
dibaca
مَنِ الَّذِيْ
Tidak hanya berubah
kasrah, tapi ada yang awalnya sukun, kemudian dibaca fathah hanya karena
disambungkan dengan hamzah (alif) washal seperti contoh berikut ini:
مِنْ + الْمَسْجِدِ
dibaca
مِنْ + الْمَسْجِدِ
Sumber:
arkib.al-fikrah.net
Artikel Terkait:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
mengapa di baca jazm?itulah pertanyaannya
ReplyDelete