Hello Katabah!
Allah mendatangkan
Rezeki dari sumber yang tidak disangka-sangka. Dulu, saya menyebut dalil
tersebut dalil favorit da’i Kondang Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) karena beliau seringkali
mengungkapkannya.
Dalil di atas tertulis
pada Q.S. ath-Thalaaq 65: 3 sebagai berikut:
وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Artinya:
“Dan memberinya rezeki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
Dalil di atas biasa
digunakan untuk penyemangat bahwa walaupun kita tidak mengetahui sumber rezeki yang
akan datang secara pasti, tapi yakinlah Allah SWT akan menurunkan rezekinya
apabila kita sudah berikhtiar dengan maksimal.
Belajar Bahasa Arab
Saya belajar bahasa Arab
dari kata “yarzuqhu”. Kata tersebut terdiri atas 3 komponen utama suatu
kalimat, yakni Subyek + Predikat + Obyek.
“ya-rzuk-hu”:
Ya: menunjukkan subyek
“huwa” (هو)
Rzuq (dari kata
“razaqa”) menunjukkan predikat berupa fi’il mudhari’
Hu: menunjukkan dlammir
“huwa” pada saat menjadi obyek.
Dengan demikian, saya
bisa menuliskan satu teks di atas dengan memunculkan subyek dan obyeknya
seperti ini:
اللهُ يَرْزُقْهُ
(Allah akan memberikan rezeki
kepadanya)
Atau
(Allah akan merezekiinya)
Akhiran –nya pada
kalimat di atas ditujukan kepada manusia, maka bisa saja diubah seperti ini
agar lebih saya pahami:
اللهُ يَرْزُقُ الْاْنْسَ
(Allah akan memberikan rezeki kepada
manusia)
Atau
(Allah akan merezekii manusia)
Kata “يَرْزُقُ” berarti:
“Akan memberikan rezeki”
Alias:
“Merezekii”
Karena kata “merezekii”
tidak biasa digunakan dalam bahasa Indonesia, maka sebaiknya gunakanlah
“memberikan rezeki”.
Akan tetapi, saya
mempunyai pertanyaan:
Mengapa teks “مِنْ حَيْثُ”
dibaca “min haitsu”, bukan “min haitsi”. Apakah “haitsu” itu termasuk haraf? Dharaf
makan? Atau ada alasan lain ya…?
Artikel Terkait:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment