Hello Katabah!
Dalil Quran yang menyatakan Allah tidak membebani seseorang,
melainkan sesuai dengan kemampuan masing-masing sangat sering terdengar terucap
dari para penceramah. Namun herannya, ada saja manusia yang merasa tidak mampu
menghadapi masalah hidup sehingga tak sedikit yang bunuh diri. Lalu, bagaimana
keterkaitannya dalil ini dengan orang-orang yang bunuh diri dan putus asa?
Saya menyimak dulu penggalannya. Pertama, firman Allah SWT
dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 233 sebagai berikut:
لَا تُكَلِّفُ
نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya:
“Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”
Dalil pada ayat di atas
merupakan penggalan dari ayat yang membahas tentang mampu atau tidak seorang
ibu menyusui anaknya.
Apakah dalil di atas cocok digunakan untuk dalil semua
urusan? Misal: ketika ada seseorang merasa sulit menghadapi sesuatu (urusan
ekonomi), kita beri dalil di atas, apakah cocok? Jawabannya adalah kita harus
membaca tafsir ayat di atas karena kalau ditinjau secara tekstual tentu tidak
cocok karena berbeda masalahnya.
Kedua, Allah SWT juga berfirman dalam Q.S. al-Baqarah [2]:
286 ini:
لَا يُكَلِّفُ
اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya:
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Dalil kedua ini tampaknya tidak ditujukan pada urusan
tertentu. Dengan demikian, cocok dijadikan motivasi bagi orang-orang yang
sedang merasa beban hidupnya terlalu berat.
Namun saya sedikit berbeda pendapat dengan beberapa teman
ketika ngobrol ringan tentang dalil di atas. Beberapa teman memahaminya bahwa
ayat di atas memberikan pesan:
“Kalau kita punya utang, maka berusahalah terus. Niscaya kita
akan mampu membayar utang tersebut.”
“Kalau kita berada dalam kemiskinan, maka berusahalah dan
berdoalah lebih sungguh-sungguh. Niscaya kita akan terhindar dari kemiskinan.”
Akan tetapi, saya melihat beberapa fakta:
“Ada orang yang sudah berusaha keras untuk terhindar dari
kemiskinan, tapi tetap saja miskin, bahkan sampai meninggal dunia.”
Lalu, apa nasibnya dalil di atas ya…? Bukankah beban itu
sesuai kesanggupan manusia? Ada yang mau menjawab, silahkan!
Bagi saya, dalil di atas hanya sebagai motivasi saja agar
kita lebih ikhlas menghadapi apapun cobaan yang diberikan Tuhan. Kita tidak
perlu protes karena selalu gagal. Kita tidak boleh marah kepada Tuhan karena
miskin terus. Kenapa? Karena protes atau kemarahan kita tidak mempengaruhi
keputusan Allah SWT.
Berusaha saja semampunya. Mati karena kelaparan atau mati
karena terlilit utang bukan sebuah masalah yang sebenarnya apabila kita sudah
berusaha yang terbaik untuk mengatasinya. Pasrah saja….! :D
Belajar Bahasa Arab
Kata “ßيُكَلِّفُ” termasuk fi’il
mudhari yang mana perubahannya dapat mengacu pada tashrif wazan:
فَرَّحَ - كَلَّفَ
يُفَرِّحُ - يُكَلِّفُ
Melihat wazan “فَرَّحَ” sangat penting bagi saya agar tidak salah
memahami arti harfiah dari kata “ßيُكَلِّفُ” karena sekilas
tampak seperti kata pasif, padahal kata aktif (fi’il mudhari’ aktif).
Seandainya kata “ßيُكَلِّفُ” dianggap pasif, maka
artinya menjadi “dibebani”. Sedangkan jika kata “ßيُكَلِّفُ”
dianggap aktif, maka artinya “akan/sedang membebani”.
Artikel Terkait:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment