Hello Katabah!
Dalil hadits tentang
kewajiban menuntut ilmu ini termasuk kategori difavoritkan oleh banyak orang,
termasuk saya pada saat dulu sekolah. Ketika disuruh berdalil tentang “mencari
ilmu”, maka hadits inilah salah satu yang biasanya langsung teringat:
طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ وَ
مُسْلِمَةٍ
Artinya:
"Menuntut ilmu itu adalah
wajib bagi setiap Muslim dan Muslimat". (H.R. Ibn Abdul Bari).
Catatan:
Muslim: sebutan untuk
orang Islam laki-laki.
Muslimat: sebutan untuk
orang Islam perempuan.
Ada juga referensi
online yang menyebutkan bahwa hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Jadi, sebaiknya saya mencari referensinya lebih lengkap lagi ya…
Belajar bahasa Arab
Ketika sekolah MTs (SMP
Islam), saya pernah mendengar obrolan dari teman-teman santri tentang cara
membaca dalil di atas dengan dalil ini:
اُطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Artinya:
“Tuntutlah ilmu walaupun
sampai ke negeri China.”
Mereka berdiskusi:
Apakah “طَلَبُ اْلعِلْمِ” dibaca “thalabul ilma” atau “thalabul ilmi”?
Ujungnya “a” atau “i"?
Apakah “اُطْلُبُوْا
الْعِلْمَ” dibaca “uthlubul ‘ilma” atau “uthlubul ‘ilmi”?
Karena kedua penggalan
di atas sangat mirip, maka seringkali terbolak-balik. Maklum kita kan orang
Indonesia, bukan orang Arab. Hi..hi..
Akan tetapi, kesalahan
membaca penggalan hadits Kewajiban Menuntut Ilmu di atas kadang-kadang terasa
lucu bagi orang yang suka belajar tata bahasa Arab (Ilmu Nahwu), makanya mereka
suka mengoreksi seperti ini:
Frase “طَلَبُ
اْلعِلْمِ” dibaca “thalabul ilmi” karena ini termasuk bab Idhafah (mudhaf
dan mudhaf ilaih). Ketika belajar bahasa Arab, kita biasa membuatnya dengan
mufradat sederhana, misal:
بَابُ الْبَيْتِ
(pintu rumah)
مَكْتَبُ الْمَدْرَسَةِ
(kantor sekolah)
Kenapa harokat akhir
pada kedua contoh di atas dibaca kasrah?
Karena keduanya termasuk
contoh Idhafah. Secara sederhana, Idhafah itu biasanya menyembunyikan huruf jar
di antara dua isim. Jadi, kedua contoh di atas juga mempunyai makna huruf jar (لِ)
seperti ini:
بَابٌ لِلْبَيْتِ
(pintu milik rumah)
مَكْتَبُ لِلْمَدْرَسَةِ
(kantor milik sekolah)
Sedangkan “اُطْلُبُوْا
الْعِلْمَ” dibaca “uthlubul ‘ilma” karena kata “الْعِلْمَ” sedang berada pada
posisi maf’ul bih (obyek). Saya biasanya sangat mudah mengingat contoh maf’ul
bih dengan kalimat ini:
اَنَا أَكُلَ رُزَ
(Saya makan nasi)
Mungkin karena pertama
kali saya mendengarnya “ana akulu ruza”, maka tidak perlu berpikir lagi untuk
membaca “ruzi” atau “ruzu”. Ternyata menurut kajian Ilmu Nahwu juga memang
benar dibaca “ruza” karena maf’ul bih.
Adapaun “اُطْلُبُوْا”
termasuk fi’il amar (kata kerja perintah) untuk dlammir “antum” (انتم).
Artikel Terkait:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment