Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Monday, January 2, 2012

BAHASA ARAB ITU TERJAGA

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Selain pertimbangan dari segi bahasa dan fungsinya sebagai alat komunikasi, yang membuatnya bertahan adalah karena bahasa Arab menjadi bahasa yang digunakan dalam sumber-sumber ajaran Islam, seperti al-Quran dan al-Hadits. Keharuman Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw telah membuat banyak bangsa di dunia terpesona sejak masa kepemimpinan beliau sampai saat ini.


Bagi umat Islam belajar bahasa Arab menjadi sebuah keharusan, karena hanya mengandalkan referensi-referensi terjemahan tentunya kurang afdhal. Di Indonesia, proses pembelajarannya sudah dilakukan di berbagai lembaga, seperti pesantren, sekolah formal, kursus, dan kelompok-kelompok kreatif lainnya.
Penulis sempat terpesona dengan berbagai bahasa dengan bayangan dibenak: “Seandainya saya mampu memahami berbagai bahasa, saya akan memperoleh kesempatan lebih besar untuk berkarya.” Ternyata setelah dicoba-coba, ternyata satu bahasa saja sudah kewalahan, mungkin karena tingkat kecerdasannya biasa alias rata-rata, bahkan seringkali lupa he..he...

Dengan pertimbangan bahasa sebagai jendela dunia dan kemampuan yang dimiliki, sedikit menengok kesuksesan Rasulullah. Ternyata beliau dengan kemampuan bahasa Arab saja sudah mampu memberikan manfaat yang sangat besar bagi umat manusia di seluruh jagad. Sampai saat ini, belum terdengar Rasulullah dapat menguasai bermacam-macam bahasa (kalau kalimat ini salah, mohon referensinya!).

Mari simak kata-kata “emas” ini:
“Bahasa itu jendela dunia”
“Barang siapa memahami bahasa suatu kaum, maka ia akan terhindar dari kedzaliman (kejahatan) kaum tersebut.”

Memperhatikan kedua pernyataan di atas, pertama kali yang ada dibenak adalah harus memahami banyak bahasa. Tapi setelah direnungkan lagi, betapa rumitnya hidup ini kalau harus demikian, apalagi bagi orang-orang yang tidak memiliki waktu banyak untuk mempelajarinya karena habis untuk mencari sesuap nasi. Belum lagi harus belajar tafsir dan ilmu-ilmu lainnya.

Kemudian, dari segi akademik juga cukup rumit, karena banyak siswa atau mahasiswa, bahkan santri sudah belajar bertahun-tahun masih juga belum mampu memahami bahasa Arab dengan baik, padahal hanya satu bahasa, bagaimana kalau banyak? Belum terbayangkan hasilnya.

Sebagai salah satu solusi kerumitan di atas, akan lebih baik kalau kita kerja tim. Jadi manusia di dunia cukup memahami dua bahasa saja, yang satu untuk bahasa tujuan dan yang keduanya sebagai bahasa transfer. Bahasa tujuan semua orang harus paham, sedangkan bahasa transfer tidak perlu semua orang paham. Sebagai contoh, Mr. “X” memahami bahasa Arab dan Indonesia, maka dia dapat mengenalkan bahasa Arab dan Esensi Islam kepada orang-orang yang masih belajar bahasa Arab, tapi sudah memahami bahasa Indonesia. Contoh kedua, Mr. “Y” memahami bahasa Arab dan Inggris, maka dia dapat mengenalkan bahasa Arab dan referensi berbahasa Inggris kepada orang-orang yang masih belajar bahasa Arab, tapi sudah memahami bahasa Inggris.

Pilihan “dua bahasa” ini menjadi satu pilihan dengan alasan bahwa bahasa tujuan (bahasa Arab) adalah untuk mempercepat pemahaman manusia tentang makna hidup sebenarnya. Sedangkan bahasa transfer (bisa dikatakan bahasa bangsa masing-masing) adalah untuk menjaga kultur masing-masing bangsa, sehingga kekayaan budaya tidak punah, yang mana menjadi kekhawatiran para pemerhati bahasa.

Untuk mewujudkan pilihan “dua bahasa” ini, perlu ada kerja sama antara negara yang bahasa resminya menggunakan bahasa tujuan, misalnya mempersiapkan bangsanya untuk mempelajari satu bahasa transfer untuk menjembatani komunikasi antara negara bahasa tujuan dan negara bahasa transfer.

Tentang kerja sama ini, saya lebih khusus menyoroti negara-negara Arab yang menjadikan Islam sebagai landasannya. Sudah selayaknya memberikan perhatian kepada bangsa lain yang ingin belajar bahasa Arab. Bukankah muslim satu dan muslim lainnya bersaudara? Bukankah Islam tidak terhalang dengan batas-batas kewilayahan suatu negara? Jadi, apabila bangsa Arab melupakan pecinta bahasa Arab dari negara lainnya, maka keharmonisan rumah tangga Islam akan dipertanyakan kembali.

Pemberian beasiswa yang sudah banyak diberikan kepada orang-orang berprestasi oleh negara-negara Arab itu belum cukup, karena kemungkinan besar masih banyak orang-orang yang belum memenuhi syarat beasiswa, tapi sudah ingin belajar bahasa Arab dan Islam. Ini tidak baik kalau sampai terlupakan. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengadakan komunikasi lebih intensif lagi, seperti memberikan referensi-referensi kepada orang-orang yang memiliki kesempatan tersebut, walaupun sampai ke pelosok Indonesia, baik berupa e-book ataupun buku fisik.

Demikian tulisan ini, semoga menjadi salah satu solusi akselerasi pemahaman Islam di seluruh penjuru dunia. Besar harapan, umat Islam tidak hanya bangga dengan kemegahan bangunan-bangunan mesjid dan tempat sakral lainnya yang sudah mampu dibangun oleh orang-orang Islam saat ini, tapi intelektualitas Muslim-lah yang harus menjadi prioritas dakwah kita semua. Salam hangat!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment