Bahasa
Arab merupakan salah satu bahasa yang tersebar luas ke seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Selain pertimbangan dari segi bahasa dan fungsinya
sebagai alat komunikasi, yang membuatnya bertahan adalah karena bahasa
Arab menjadi bahasa yang digunakan dalam sumber-sumber ajaran Islam,
seperti al-Quran dan al-Hadits. Keharuman Islam di bawah kepemimpinan
Nabi Muhammad saw telah membuat banyak bangsa di dunia terpesona sejak
masa kepemimpinan beliau sampai saat ini.
Bagi
umat Islam belajar bahasa Arab menjadi sebuah keharusan, karena hanya
mengandalkan referensi-referensi terjemahan tentunya kurang afdhal.
Di Indonesia, proses pembelajarannya sudah dilakukan di berbagai
lembaga, seperti pesantren, sekolah formal, kursus, dan
kelompok-kelompok kreatif lainnya.
Penulis
sempat terpesona dengan berbagai bahasa dengan bayangan dibenak:
“Seandainya saya mampu memahami berbagai bahasa, saya akan memperoleh
kesempatan lebih besar untuk berkarya.” Ternyata setelah dicoba-coba,
ternyata satu bahasa saja sudah kewalahan, mungkin karena tingkat
kecerdasannya biasa alias rata-rata, bahkan seringkali lupa he..he...
Dengan
pertimbangan bahasa sebagai jendela dunia dan kemampuan yang dimiliki,
sedikit menengok kesuksesan Rasulullah. Ternyata beliau dengan kemampuan
bahasa Arab saja sudah mampu memberikan manfaat yang sangat besar bagi
umat manusia di seluruh jagad. Sampai saat ini, belum terdengar
Rasulullah dapat menguasai bermacam-macam bahasa (kalau kalimat ini
salah, mohon referensinya!).
Mari simak kata-kata “emas” ini:
“Bahasa itu jendela dunia”
“Barang siapa memahami bahasa suatu kaum, maka ia akan terhindar dari kedzaliman (kejahatan) kaum tersebut.”
Memperhatikan
kedua pernyataan di atas, pertama kali yang ada dibenak adalah harus
memahami banyak bahasa. Tapi setelah direnungkan lagi, betapa rumitnya
hidup ini kalau harus demikian, apalagi bagi orang-orang yang tidak
memiliki waktu banyak untuk mempelajarinya karena habis untuk mencari
sesuap nasi. Belum lagi harus belajar tafsir dan ilmu-ilmu lainnya.
Kemudian,
dari segi akademik juga cukup rumit, karena banyak siswa atau
mahasiswa, bahkan santri sudah belajar bertahun-tahun masih juga belum
mampu memahami bahasa Arab dengan baik, padahal hanya satu bahasa,
bagaimana kalau banyak? Belum terbayangkan hasilnya.
Sebagai
salah satu solusi kerumitan di atas, akan lebih baik kalau kita kerja
tim. Jadi manusia di dunia cukup memahami dua bahasa saja, yang satu
untuk bahasa tujuan dan yang keduanya sebagai bahasa transfer. Bahasa
tujuan semua orang harus paham, sedangkan bahasa transfer tidak perlu
semua orang paham. Sebagai contoh, Mr. “X” memahami bahasa Arab dan
Indonesia, maka dia dapat mengenalkan bahasa Arab dan Esensi Islam
kepada orang-orang yang masih belajar bahasa Arab, tapi sudah memahami
bahasa Indonesia. Contoh kedua, Mr. “Y” memahami bahasa Arab dan
Inggris, maka dia dapat mengenalkan bahasa Arab dan referensi berbahasa
Inggris kepada orang-orang yang masih belajar bahasa Arab, tapi sudah
memahami bahasa Inggris.
Pilihan
“dua bahasa” ini menjadi satu pilihan dengan alasan bahwa bahasa tujuan
(bahasa Arab) adalah untuk mempercepat pemahaman manusia tentang makna
hidup sebenarnya. Sedangkan bahasa transfer (bisa dikatakan bahasa
bangsa masing-masing) adalah untuk menjaga kultur masing-masing bangsa,
sehingga kekayaan budaya tidak punah, yang mana menjadi kekhawatiran
para pemerhati bahasa.
Untuk
mewujudkan pilihan “dua bahasa” ini, perlu ada kerja sama antara negara
yang bahasa resminya menggunakan bahasa tujuan, misalnya mempersiapkan
bangsanya untuk mempelajari satu bahasa transfer untuk menjembatani
komunikasi antara negara bahasa tujuan dan negara bahasa transfer.
Tentang
kerja sama ini, saya lebih khusus menyoroti negara-negara Arab yang
menjadikan Islam sebagai landasannya. Sudah selayaknya memberikan
perhatian kepada bangsa lain yang ingin belajar bahasa Arab. Bukankah
muslim satu dan muslim lainnya bersaudara? Bukankah Islam tidak
terhalang dengan batas-batas kewilayahan suatu negara? Jadi, apabila
bangsa Arab melupakan pecinta bahasa Arab dari negara lainnya, maka
keharmonisan rumah tangga Islam akan dipertanyakan kembali.
Pemberian
beasiswa yang sudah banyak diberikan kepada orang-orang berprestasi
oleh negara-negara Arab itu belum cukup, karena kemungkinan besar masih
banyak orang-orang yang belum memenuhi syarat beasiswa, tapi sudah ingin
belajar bahasa Arab dan Islam. Ini tidak baik kalau sampai terlupakan.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengadakan komunikasi lebih
intensif lagi, seperti memberikan referensi-referensi kepada orang-orang
yang memiliki kesempatan tersebut, walaupun sampai ke pelosok
Indonesia, baik berupa e-book ataupun buku fisik.
Demikian
tulisan ini, semoga menjadi salah satu solusi akselerasi pemahaman
Islam di seluruh penjuru dunia. Besar harapan, umat Islam tidak hanya
bangga dengan kemegahan bangunan-bangunan mesjid dan tempat sakral
lainnya yang sudah mampu dibangun oleh orang-orang Islam saat ini, tapi
intelektualitas Muslim-lah yang harus menjadi prioritas dakwah kita
semua. Salam hangat!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment