Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Sunday, January 1, 2012

PERANG GLOBAL TERHADAP TERORISME DAN PERANG INFORMASI

Para pakar menilai bahwa website yang dikelola oleh berbagai ekstremis Islam telah meningkat hingga ratusan beberapa tahun ini. Kemampuan operasional inovatif didukung oleh teknologi Internet yang merupakan tantangan nyata bagi usaha-usaha anti-terorisme A.S. Bagaimanapun, perhatian yang lebih besar harus diberikan kepada organisasi-organisasi Islam yang mendanai kampanye informasi, terus-menerus membenci dan mendiskreditkan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Sedang situs-situs ini tidak mungkin secara terbuka menyerukan kekerasan, berbagi kasus umum dan tujuan bersama organisasi ekstremis adalah kerisauan (worrisome). Penyangkalan sistem Barat dan Islamisasi global di bawah sistem Syariah sering menjadi tema transparan.


Al Qaeda dan organisasi teroris lain terinspirasi oleh ektremisme Islam benar-benar merupakan salah satu ancaman yang paling serius bagi keamanan Amerika Serikat saat ini. Penggunaan pesawat terbang komersial sebagai alat menyerang target sipil di tanah Amerika sangat tidak terbayangkan sebelum 11 September 2001. Yang membedakan Al Qaeda dari teroris-teroris anti-Amerika dekade sebelumnya adalah keberanian dan kecakapannya dalam mendanai kampanye informasi melawan Amerika Serikat. New York Times, misalnya, mendeskripsikan Bin Laden sebagai “…master manipulasi dan lawan propaganda hebat, telah menghabiskan bertahun-tahun memenangkan banyak hati dan pikiran dunia Muslim” (New York Times 11 November 2001). Walaupun serangan hebat diarahkan pada kemampuan operasinya dari pembalasan A.S., tahun-tahun propaganda Bin Laden telah melahirkan buah sebagai tentara perekrutan yang terinspirasi untuk mewarisi Al Qaeda menjadi siap panen di seluruh dunia (Hegland 2004, p.1399). Lebih jauh lagi, Amerika Serikat belum mengembangkan strategi hebat untuk meniadakan kampanye informasi keras musuh dan penyebaran ideologinya.

Kelemahan dari kemajuan ini ironis terjadi ketika “Perang/Operasi Informasi” dan “kekuasaan pengetahuan” muncul sebagai tema besar militer Amerika selama 10 tahun yang lalu. Walaupun tantangan-tantangan dalam konseptualisasi dan operasionalisasi strateginya, Amerika Serikat telah berada di garis terdepan dalam persiapan era perang informasi. Prospek memenangkan perang tanpa pertumpahan darah dengan menargetkan sistem pengetahuan dan kepercayaan musuh dengan teknologi informasi yang semakin canggih terlihat dapat dicapai dengan bergantung pada web sistem informasi. Dengan menaruh ini dalam kepala, respon A.S., dideskripsikan oleh seorang penulis sebagai berikut “sedikit demi sedikit, taktis, dan reaktif malahan strategis, komprehensif dan anticipatory itu lebih membingungkan (Waller 2002, p. 2).
Sedangkan teknologi baru merupakan aspek penting dari perang informasi yang harus dipertimbangkan lebih jauh. Sebagaimana George J. Stein nyatakan dengan fasih, “Cyberspace bisa menjadi ‘battlespace’ baru, tapi peperangan itu berupa perang pemikiran. Tidak ada yang harus bingung terkait battlespace karena peperang itu” (Stein 1996, p. 176). Sedangkan komponen psikologis dari konflik itu bukan hal yang baru, spektrum konflik sudah meluas, melintasi sistem sosial, ekonomi, dan politik di masa yang akan datang (Arquilla and Ronfeldt 1997, p.28). Dengan demikian, mempersiapkan “pertempuran yang terintegrasi” membentuk konteks politis konflik di level strategis (Stein, p. 177) muncul sebagai tugas kritis.

Douglas H. Dearth menegaskan bahwa “perang akan dilakukan terhadap atribut manusia yang sangat intim: identitas…konflik akan terjadi karena pemikiran manusia(Dearth 2000, p. 11). Ancaman ektremisme Islam benar-benar merupakan manifestasi klaim ramalannya. Terorisme secara fundamental adalah “usaha mengubah pemikiran manusia” (Tugwell 1992, p. 2). Sedangkan ancaman kekuatan kinetis dan perusakan fisik diajukan oleh kelompok-kelompok teroris tidak pernah hilang, peperangan kritik juga terjadi dalam domain persepsi. Dengan demikian, perhatian serius harus diberikan pada bagaimana globalisasi teknologi modern memungkinkan musuh mencapai target yang sangat menguntungkan—pemikiran populasi target.

Fakta yang mengganggu adalah adanya indikasi jelas bahwa musuh dalam GWOT memahami dan mengkapitalisasikan keuntungan teknologi informasi, terutama Internet. Dalam artikel 2002-nya, John Stanton mengekspresikan keprihatinannya atas teroris dan eksploitasi Internet oleh mereka, menyatakan:
Saya yakin bahwa dekonstruksi berkelanjutan  abad 20 melanda pemikiran dan institusi, evisceration skup kekuasaan dan legitimasi pemerintah, redefinisi warga negara, dan menaruh kepercayaan besar pada Internet membuat peluang teroris tumbuh subur. Faktor-faktor ini dengan cakap akan dieksploitasi oleh para teroris yang cerdas dan melek teknologi, yang akan mampu memanipulasi persepsi publik dengan menggunakan Internet memanfaatkan tendensi sumber daya informasi sehingga sektor publik dan swasta sulit untuk menentang propaganda dan tindakan teroris itu. (Stanton 2002, p. 1018)

Terdapat bukti nyata bahwa banyak organisasi keagamaan pro-Jihad atau berafiliasi teroris mengambil keuntungan besar dari komunikasi berbasis Internet dan web. Kepercayaan A.S. pada teknologi informasi modern, sebagaimana dinamika sosial dan politiknya, membuat negara tersebut mudah terserang pengaruh berbasis web dari organisasi-organisasi ini. 


Sumber:
Dikutip dan diterjemahkan oleh Komarudin Tasdik (2011) dari Daniels (2004).
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment