GUNCANGAN HATI ORANG MURTAD
Pada suatu hari saya bertemu dengan seseorang, dia curhat tentang
berbagai kesulitan yang tak kunjung berhenti. Kalau saya amati
kendala-kendalanya, banyak juga menimpa orang lain. Tapi orang lain
menyikapinya dengan “enteng”, sedangkan dia sangat serius. Dalam keadaan
seperti ini saya berusaha menjadi pendengar setia saja. Apa saja
masalah-masalah hidupnya itu? Inilah di antaranya:
1.
Dia merasa miskin
Dalam hal kemiskinan, dia menginginkan hidup
lebih layak karena ingin membantu ekonomi keluarganya. Dia sudah lama mengalami
kesedihan setiap kali melihat saudara-saudaranya hidup miskin, tanpa rumah yang
layak untuk dihuni, bahkan ada juga yang jatuh bangkrut dan belum pulih sampai
saat itu. Memang dia menginginkan memulihkan keluarganya agar tidak
berlama-lama hidup dalam kemiskinan, apalagi harapannya yang tidak ingin
membiarkan tetangganya hidup miskin pula.
2.
Dia merasa gagal kuliah
Setelah dia bertahun-tahun kuliah dengan
harapan bisa mudah mencari rizki, ternyata belum tercapai juga. Bahkan saat
itu, kuliahnya terancam gagal (tidak lulus). Padahal motivasinya, ingin
membantu saudara dan tetangganya mengenal pendidikan perguruan tinggi agar
tidak kerepotan menata masa depannya masing-masing.
Dua kendala itulah yang saya lihat sangat dominan mendera hatinya. Saya
sarankan untuk terus berdoa dan berikhtiar, malah dia menangis karena merasa
sudah kebingungan melakukan kedua hal tersebut. Dalam ikhtiar, ikhtiar mana
yang harus dia lakukan lagi? Dalam berdoa, doa mana yang cocok dia panjatkan?
Memang setelah mendengar cerita tentang ikhtiarnya, dia sudah cukup
maksimal, walaupun batas maksimal itu sangat relatif. Tapi saya bisa menduga
orang ini bukan orang malas, karena banyak orang/mahasiswa lain yang malas bisa
hidup lebih beruntung baik dalam kuliah maupun hartanya. Dari sisi doa,
ternyata dia seringkali ingin melepaskan atribut Islam karena kekecewaannya
terhadap hidup yang sedang dialaminya. Pendeknya: dia ingin keluar Islam saja.
Karena berkaitan dengan keyakinan, saya lebih terperanjat. Kenapa bisa
keluar Islam segala, emang mau masuk agama mana? Ternyata dia menduga sebaiknya
atheis saja alias tak bergama. Saya bertanya penuh penasaran, memang kenapa mau
keluar Islam? Begini jawaban singkatnya:
“Saya bingung, harus berdoa apa? Saat-saat ini saya tidak merasakan
adanya jawaban dari setiap doa. Jangankan solusi untuk terhindar dari
kemiskinan dan kegagalan kuliah, saya minta diberikan ketenangan saja tidak ada
efek doa sama sekali. Ngaji terus dijalankan, amalan sunnat lain terus dijalankan,
tapi kegelisahan hati ini terus kian menjadi-jadi. Saya muak dengan kemiskinan,
karena tidak bisa membantu saudara yang miskin. Saya muak dengan kegagalan
kuliah karena tidak punya bekal untuk membantu orang lain. Jangankan membantu
orang lain, hidup sendiri saja sudah susah.”
Dia melanjutkan lagi curhatnya: “karena doa tak kunjung ada jawaban,
jadi saya seringkali merasakan ketidak-adilan Tuhan, sehingga seringkali
menyalahkan Tuhan. Dalam ajaran Islam sangat dilarang menyalahkan Tuhan. Nah,
daripada Tuhan terus-terusan menjadi kambing hitam, daripada terus berdoa tapi
tidak ada jawaban mendingan hidup tak ber-Tuhan saja. Kalau tidak bertuhan,
minimal saya tidak akan menyalahkan Tuhan terus. Kenapa tidak milih agama
selain Islam saja? Karena jangankan belajar agama yang lain, ilmu Islam saja
belum begitu banyak dipahami, padahal keinginan sudah besar untuk
mempelajarinya. Seandainya bunuh diri itu tidak sakit, mungkin itu akan dicoba.
Sebenarnya saya tidak mau murtad, tapi saya tak tahu lagi harus melangkah.”
Itulah dua penggal isi curhatan seseorang yang tengah dilanda guncangan
keimanan. Ternyata dengan masalah yang umum terjadi, bagi seseorang bisa jadi
masalah serius yang bisa merenggut keimanan dan semangat hidupnya. Solusi dari
saya hanya berupa doa dan gambaran orang lain yang juga banyak dilanda
kesulitan, tapi mereka tetap tabah. Satu lagi, saya sarankan dia untuk
menghapus semua cita-citanya untuk sementara waktu, meskipun cita-cita itu
sangat baik. Biarlah dia hidup miskin seperti umumnya orang miskin, biarlah dia
gagal kuliah seperti umumnya orang yang gagal kuliah. Saya berusaha untuk terus
menjadi teman curhatnya, semoga saja ada jalan menuju rahmat-Nya.
Selain hal di atas, kita juga harus waspada dalam bertindak.
Jangan-jangan banyak mahasiswa yang mengalami kejadian seperti di atas karena
kesulitan tugas yang kita berikan. Jangan-jangan kita membiarkan orang di
sekitar yang mengalami kesulitan seperti di atas. Kita terlalu asik dengan
rencana sendiri, kita terlalu asik dengan cita-cita sendiri, padahal di samping
kita ada orang yang “lebih shaleh” yang hidupnya terus diterpa derita. Mari
berikan kasih sayang kita kepada mereka!
Orang murtad bukan untuk dipertanyakan, tapi harus disayang. Orang kafir
bukan untuk direndahkan, tapi harus diajak dalam kebersamaan. Mereka mungkin
saja tidak menginginkannya. Hanya hidayah yang belum tertanam dalam hatinya.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment