KAJIAN KURIKULUM MENURUT WILLIAM
PINAR
Sore-sore
saya menemukan sebuah buku tentang kurikulum, tebal sekali, bahasa bule lagi,
waduuuuh! Tapi setelah melihat cover dan beberapa lembar tampaknya menarik juga
bahasannya. Sampai saat ini ketika mendengar kata kurikulum yang terbayang
adalah silabus dan RPP. Akan tetapi, setelah mengetahui ada jurusan Kurikulum
hingga jenjang S3, saya jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya yang dikaji dalam
kurikulum itu?
Kajian
kurikulum itu pernah dikaji oleh William Pinar. Beliau membandingkan
kajian-kajian kurikulum tertentu (mulai dari yang berorientasi tradisional dan
empiris konseptual hingga mencakup pendekatan-pendekatan yang lebih kritis, dan
sosiologis) dengan hal-hal serius tentang apa yang terjadi dalam dunia pendidikan
yang lebih luas (Moore 2006: 15). Inilah kira-kira butiran emas yang tersimpan
dalam buku Moore tersebut.
Walaupun saya
bukan pakar Kurikulum, tapi saya cukup tertarik juga dengan bidang ini karena
aktivitas mengajar sudah menjadi kegiatan rutin saya. Kesan pertama terkait
buku tersebut, sungguh menyilaukan mata juga, betapa kompleksnya kajian
kurikulum itu (entah karena bahasanya yang bikin rambut keriting he..he..).
Pantas saja, ada seorang mahasiswa S2 jurusan kurikulum yang menceritakan
dosennya ketika di kelas. Dosen tersebut menyampaikan materi kurikulumnya
seringkali diawali dengan berbagai cerita yang sangat luas, seperti bercerita
tentang perkembangan pesantren dulu, lalu mengaitkannya dengan kurikulum.
Memang kurikulum tidak sesederhana yang dibayangkan!
Dalam
artikel ini saya tertarik dengan kata “berorientasi tradisional, konseptual,
pendekatan yang kritis dan sosiologis”. Kata-kata ini cukup mengilhami saya
untuk melanjutkan tulisan ini berdasarkan sudut pandang saya sendiri.
Pembahasan
kurikulum itu bisa berorientasi tradisional. Saat ini, tradisi suatu daerah
sudah menjadi perhatian serius agar tidak hilang digerus jaman. Dengan
demikian, banyak pemerintahan daerah yang menggembor-gemborkan untuk memelihara
tradisi lokal, baik dalam bentuk seni maupun bahasa. Mungkin dari sinilah pijakannya.
Pembahasan
kurikulum itu berorientasi konseptual. Sudah jelas bahwa negeri ini memiliki
tim khusus perancang kurikulum nasional sebagai acuan kurikulum satuan
pendidikan masing-masing. Apa yang dikembangkan di masing-masing sekolah harus
mengacu pada konsep yang sudah disepakati di pusat. Dengan langkah ini
kurikulum dalam tataran praktis harus disesuaikan dengan kurikulum dalam
tataran konseptualnya. Hal ini bermanfaat, selain untuk memelihara kualitas
pelaksanaan kurikulum dalam proses pembelajaran, juga akan mampu menyatukan
semua lembaga pendidikan dalam satu visi nasional yang telah ditetapkan.
Pendekatan
kritis diperlukan dalam pengembangan kurikulum. Kenapa? Karena sebagai evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum yang ada. Sebagai contoh, dengan hadirnya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) seolah-olah para pemangku kebijakan
merasa puas karena sudah memberikan otonomi sekolah. Padahal pada
pelaksanaannya masih bermasalah juga, karena proses pembelajaran di sekolah
mengacu pada KTSP sekolah masing-masing, sementara kelulusan ditentukan dengan
ujian nasional yang tentunya KTSP masing-masing sekolah berbeda-beda. Di
sinilah letak pendekatan kritis berperan.
Pendekatan
Sosiologis itu diperlukan dalam kajian kurikulum. Tidak mungkin sebuah
kurikulum ditetapkan begitu saja tanpa memperhatikan aspek sosial. Standar
kurikulum yang dirancang baik konsep maupun praktis harus memperhatikan aspek
sosiologis, karena faktor sosiologis satu negara dengan negara yang lainnya
berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa tidak baik apabila proses pembelajaran
di Indoneisa menggunakan kurikulum Amerika, misalnya. Bahkan kita ketahui bahwa
pendidikan-pendidikan tinggi di Amerika dan Eropa itu berbeda, Amerika lebih berorientasi
perkuliahan sedangkan Eropa lebih berorientasi penelitian. Manakah yang lebih
cocok dengan pendidikan Indonesia? Jawabannya sesuaikan dengan aspek sosiologis
bangsa ini.
Demikianlah
sedikit tulisan yang terinspirasi dari buku Kurikulum di atas. Semoga
bermanfaat!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment