Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Tuesday, October 30, 2012

KAJIAN KURIKULUM MENURUT WILLIAM PINAR


KAJIAN KURIKULUM MENURUT WILLIAM PINAR

Sore-sore saya menemukan sebuah buku tentang kurikulum, tebal sekali, bahasa bule lagi, waduuuuh! Tapi setelah melihat cover dan beberapa lembar tampaknya menarik juga bahasannya. Sampai saat ini ketika mendengar kata kurikulum yang terbayang adalah silabus dan RPP. Akan tetapi, setelah mengetahui ada jurusan Kurikulum hingga jenjang S3, saya jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya yang dikaji dalam kurikulum itu?

Kajian kurikulum itu pernah dikaji oleh William Pinar. Beliau membandingkan kajian-kajian kurikulum tertentu (mulai dari yang berorientasi tradisional dan empiris konseptual hingga mencakup pendekatan-pendekatan yang lebih kritis, dan sosiologis) dengan hal-hal serius tentang apa yang terjadi dalam dunia pendidikan yang lebih luas (Moore 2006: 15). Inilah kira-kira butiran emas yang tersimpan dalam buku Moore tersebut.

Walaupun saya bukan pakar Kurikulum, tapi saya cukup tertarik juga dengan bidang ini karena aktivitas mengajar sudah menjadi kegiatan rutin saya. Kesan pertama terkait buku tersebut, sungguh menyilaukan mata juga, betapa kompleksnya kajian kurikulum itu (entah karena bahasanya yang bikin rambut keriting he..he..). Pantas saja, ada seorang mahasiswa S2 jurusan kurikulum yang menceritakan dosennya ketika di kelas. Dosen tersebut menyampaikan materi kurikulumnya seringkali diawali dengan berbagai cerita yang sangat luas, seperti bercerita tentang perkembangan pesantren dulu, lalu mengaitkannya dengan kurikulum. Memang kurikulum tidak sesederhana yang dibayangkan!

Dalam artikel ini saya tertarik dengan kata “berorientasi tradisional, konseptual, pendekatan yang kritis dan sosiologis”. Kata-kata ini cukup mengilhami saya untuk melanjutkan tulisan ini berdasarkan sudut pandang saya sendiri.

Pembahasan kurikulum itu bisa berorientasi tradisional. Saat ini, tradisi suatu daerah sudah menjadi perhatian serius agar tidak hilang digerus jaman. Dengan demikian, banyak pemerintahan daerah yang menggembor-gemborkan untuk memelihara tradisi lokal, baik dalam bentuk seni maupun bahasa. Mungkin dari sinilah pijakannya.

Pembahasan kurikulum itu berorientasi konseptual. Sudah jelas bahwa negeri ini memiliki tim khusus perancang kurikulum nasional sebagai acuan kurikulum satuan pendidikan masing-masing. Apa yang dikembangkan di masing-masing sekolah harus mengacu pada konsep yang sudah disepakati di pusat. Dengan langkah ini kurikulum dalam tataran praktis harus disesuaikan dengan kurikulum dalam tataran konseptualnya. Hal ini bermanfaat, selain untuk memelihara kualitas pelaksanaan kurikulum dalam proses pembelajaran, juga akan mampu menyatukan semua lembaga pendidikan dalam satu visi nasional yang telah ditetapkan.

Pendekatan kritis diperlukan dalam pengembangan kurikulum. Kenapa? Karena sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum yang ada. Sebagai contoh, dengan hadirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) seolah-olah para pemangku kebijakan merasa puas karena sudah memberikan otonomi sekolah. Padahal pada pelaksanaannya masih bermasalah juga, karena proses pembelajaran di sekolah mengacu pada KTSP sekolah masing-masing, sementara kelulusan ditentukan dengan ujian nasional yang tentunya KTSP masing-masing sekolah berbeda-beda. Di sinilah letak pendekatan kritis berperan.

Pendekatan Sosiologis itu diperlukan dalam kajian kurikulum. Tidak mungkin sebuah kurikulum ditetapkan begitu saja tanpa memperhatikan aspek sosial. Standar kurikulum yang dirancang baik konsep maupun praktis harus memperhatikan aspek sosiologis, karena faktor sosiologis satu negara dengan negara yang lainnya berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa tidak baik apabila proses pembelajaran di Indoneisa menggunakan kurikulum Amerika, misalnya. Bahkan kita ketahui bahwa pendidikan-pendidikan tinggi di Amerika dan Eropa itu berbeda, Amerika lebih berorientasi perkuliahan sedangkan Eropa lebih berorientasi penelitian. Manakah yang lebih cocok dengan pendidikan Indonesia? Jawabannya sesuaikan dengan aspek sosiologis bangsa ini.

Demikianlah sedikit tulisan yang terinspirasi dari buku Kurikulum di atas. Semoga bermanfaat!

"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment