Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Tuesday, October 9, 2012

WASPADA DIPANGGIL SHALEH


WASPADA DIPANGGIL SHALEH

Dalam berbagai lingkungan, biasanya ada seseorang yang dianggap relatif paling shaleh dibanding yang lainnya, bahkan kadang-kadang orang di sekitar seringkali melontarkan panggilan shaleh kepadanya, misalnya: anak shaleh, teman shaleh, dosen shaleh, orang shaleh, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.
Bagaimana sikap apabila orang lain melabeli shaleh pada diri ini? Tentunya, merasa malu karena takut tidak seshaleh yang mereka duga, berusaha untuk berkata yang dapat menghindarkan diri dari “keinginan dipuji” seperti: ah sama saja dengan yang lain atau alhamdulillah atau terima kasih atau ungkapan lain. Selain ungkapan di mulut, bagi seseorang yang tidak mau mengharapkan pujian makhluk dalam setiap tindakannya, hati pun terus berusaha agar tidak menikmati pujian tersebut karena Allah-lah yang berhak menerima segala pujian dari makhluknya.
Satu penyakit yang kadang-kadang sulit dihindarkan dari kebiasaan “dipuji” shaleh, yakni “merasa bahagia ketika mendengar pujian itu”. Mungkin kalau sebentar saja, itu tidak berbahaya, yang jadi bahaya kalau perasaan bahagia tersebut terus berada dalam hati. Dengan perasaan tersebut bisa membuat “orang shaleh” tersebut merasa dirinya shaleh, sehingga bisa jadi menganggap dia paling shaleh dibanding saudara yang lain dan dia merasa paling banyak ibadahnya dibandingkan temannya. Ini agak sulit disadari. Bahayanya lagi, dia menduga akan hidup lebih baik dibandingkan yang lainnya.
Contohnya, karena sering shaum sunnat, dia merasa akan lebih mudah menjalani kuliahnya. Karena sering shadaqah, dia merasa akan lebih mudah mendapatkan rizkinya yang banyak. Hal-hal inilah yang sebenarnya akan membahayakan diri “orang shaleh” itu. Bahaya dimananya? Bahaya ketika orang yang dipanggil shaleh tersebut menghadapi berbagai rintangan yang tak kunjung ada solusi, tumbuhlah pertanyaan: “Kenapa hidupku susah begini, padahal dari dulu saya berusaha untuk dekat kepada Allah?” Nah hati bertanya-tanya seperti ini, kalau solusi hidup belum ditemukan juga dalam waktu beberapa bulan masa “stres” memuncak, akan menggoyahkan keimanan orang tersebut. Dia kebingungan di saat shadaqah, dia ragu ketika shaum sunnat, dia bimbang dengan segala bentuk ibadahnya karena semula menganggap hidupnya akan mudah, ternyata yang dihadapi hanya kesulitan demi kesulitan.
Apa yang harus diperbaiki dengan diri ini ketika mengalami hal di atas? Apakah harus melarang orang lain memanggil shaleh kepada kita? Apakah harus berhenti dari shaum sunnat, shadaqah dan amal ibadah yang lain? Saya pikir, biarlah orang lain berkata apa tentang diri kita. Yang harus kita lakukan berdoa dan berusaha sekuat tenaga untuk TIDAK berpikir bahwa dengan shaum sunnat dan shadaqah akan membuat hidup lebih mudah. Lupakanlah efek dari ibadah tersebut. Kita segera ibadah, lupakanlah segera pahalanya! Hapuslah harapan bahwa dengan shaum sunnat akan memudahkan kita dalam kuliah! Hapuslah harapan bahwa dengan shadaqah akan memudahkan kita dalam mencari rizki. Kita beribadah hanya karena cinta kepada Allah, kalau belum bisa karena cinta, lakukanlah karena kewajiban kepada-Nya!
Harapan kemudahan, kebaikan, kelapangan, memang dibutuhkan untuk memotivasi diri. Tapi kalau semua harapan selalu tidak terasa kehadirannya, lupakanlah itu semua. Kita shaum, shadaqah, baca al-Quran atau ibadah yang lainnya semata-mata karena Allah. Adapun hidup ini akan sulit atau mudah, senang atau sedih, semuanya kita serahkan saja kepada Allah.
Mari selamatkan diri ini. Di kala diri ini sudah miskin dan bodoh, jangan biarkan ditambah beban hidup yang lain, hindarkan goyahnya iman, hilangkan kejengkelan hidup, hilangkah sikap protes kepada Allah, karena semuanya tidaklah ada untungnya, selain kepala dan hati kita semakin gelap dan gersang. Jalani hidup ini dengan pasrah, setelah ikhtiar kita “gagal”. Jalani hidup ini dengan mengubur semua harapan, setelah solusi “tidak ditemukan”. Kita semua milik Allah SWT.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment