KENAPA
INGIN BUNUH DIRI?
Maaaaaaaaaaaaaaaaaaa…….saya
ingin bunuh diri……! Saya sudah muak dengan hidup ini. Kuliah gagal,
pekerjaan hilang, solusi tak kunjung datang, masalah terus bertambah, harapan
tinggal harapan, cita-cita tinggal kenangan, niat baik tidak jadi kenyataan,
petaka malah jadi jawaban. Sudah ah bosan hidup ini…!
Itulah
sedikit penggalan jeritan mereka yang pernah merasakan keinginan untuk bunuh
diri karena merasakan pukulan telak atas kegagalan yang dialaminya. Orang-orang
yang tidak pernah merasakannya kadang-kadang mencibir mereka, apalagi kalau
sampai bunuh diri beneran.
Dasar orang
tak beriman, dasar orang tak belajar agama, kenapa sih gagal saja jadi bunuh
diri segala? Kenapa sih tidak berdoa saja kepada Allah? Kenapa sih tidak mau
bersyukur? Kenapa, kenapa, kenapa? Makanya hidup ini jangan hanya mikiran
dunia. Makanya belajar agama. Makanya, makanya, makanya…..!
Paragraf
tiga di atas contoh ungkapan sebagai reaksi sebagian orang kepada orang yang
mati bunuh diri. Bahkan kepada orang stres gila karena kecewa atas kegagalan
tertentu bisa mengundang reaksi seperti di atas juga. Seolah-oleh menganggap
mereka yang bunuh diri itu makhluk yang paling hina dan paling tidak beragama.
Tapi, saya
sempat merenungkan. Menyikapi reaksi di atas jadi lucu juga, karena itu
pantasnya diungkapkan oleh orang yang imannya lemah dan agamanya pun rapuh.
Bagaiamana tidak lemah dan rapuh, toh mereka tidak diberikan ujian seberat yang
dirasakan oleh yang bunuh diri.
Contoh:
Orang yang
tidak bunuh diri hidupnya punya uang, bisa makan, punya rumah, sandang, pangan,
papan terpenuhi. Ada juga yang tidak punya apa-apa, tapi memang di dalam hatinya tidak Allah tanamkan perasaan kecewa
dan tidak pula keinginan berubah. Mereka langsung merasa cukup dengan apa yang
ada. Mereka tidak peduli apa yang terjadi. Mereka mengaku beriman, walaupun
tidak suka belajar agama. Mereka mengaku orang beragama, walaupun tidak suka
baca Quran. Apakah yang demikian SELALU pantas dianggap lebih kuat imannya
dibandingkan orang yang bunuh diri?
Maaf motong
dulu: hati-hati BUKAN BERARTI SAYA MENYURUH BUNUH DIRI YA…..!
Lanjut lagi
ceritanya….
Tadi buat
yang merasa kepedean merasa lebih mulia dibandingkan yang bunuh diri. Sekarang
deskripsi yang bunuh diri sebagai berikut:
Masih contoh
nih….:
Saya punya
cita-cita untuk kebaikan. Saya mengejar cita-cita itu dengan berusaha sekuat
tenaga menggunakan cara yang baik dan benar sesuai ilmu yang didapatkan.
Cita-cita itu bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk
kepentingan umat. Secara lahiriah, usaha yang saya lakukan seringkali lebih
serius dan maksimal dibandingkan orang lain. Saya selalu berusaha berdoa setiap
ingin melakukan langkah menuju cita-cita. Saya selalu berdoa agar diberikan
keikhlasan. Saya selalu berdoa agar diberikan bimbingan dalam setiap langkah.
Tapi hasilnya: cita-cita jauh dari harapan, hasil masih jauh dari keuntungan
malahan terasa rugi. Doa yang dipanjatkan terasa tidak ada jawaban. Sekali
lagi, bukan dikabulkan, tapi tidak terasa ada jawaban. Langkah ke depan suram.
Rencana ke depan suram. Karir harus mulai lagi dari negatif menuju titik nol.
Dan lain hal yang semakin terasa dramatis terasa di dalam jiwa,
terbayang-bayang dalam pikiran. Semua peluang tertutup tidak terpikirkan. Yang
ada tetap gagal dan kecewa alias tidak ikhlas. Nah kalau sudah seperti, ini
apakah layak orang lain yang tidak bunuh diri dikatakan lebih hebat
dibandingkan saya yang bunuh diri karena dirundung duka dan derita baik lahir
maupun bathin yang tidak ditimpakan kepada mereka yang tidak bunuh diri? Apakah
layak kita yang tidak bunuh diri mencibir mereka yang bunuh diri, padahal kita
tidak diberikan cobaan seberat yang mereka rasakan?
Di sinilah,
keimanan kita sebenarnya diuji. Di sinilah sebenarnya keislaman kita diuji.
Sejauh mana kita bersikap positif kepada mereka yang bunuh diri. Sejauh mana
kita meyakini setiap kejadian tidak luput dari kuasa Allah. Sejauh mana setiap
kejadian bisa menjadikan diri kita semakin dekat dengan Allah.
Itu saja
yang bisa disampaikan melalui coretan acak-acakan ini. Kalau anda setelah
membaca tulisan ini jadi cenderung berpikiran negatif, berarti ada yang salah
cara pandang anda terhadap tulisan ini. Kalau tulisan ini membawa negatif,
segera lupakan dan segera baca tulisan yang dapat membawa positif menuju Allah,
Tuhan kita tercinta.
Salam
hangat!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment