Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah 37.000 lebih pembaca
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Sunday, November 18, 2012

KENAPA INGIN BUNUH DIRI?


KENAPA INGIN BUNUH DIRI?

Maaaaaaaaaaaaaaaaaaa…….saya ingin bunuh diri……! Saya sudah muak dengan hidup ini. Kuliah gagal, pekerjaan hilang, solusi tak kunjung datang, masalah terus bertambah, harapan tinggal harapan, cita-cita tinggal kenangan, niat baik tidak jadi kenyataan, petaka malah jadi jawaban. Sudah ah bosan hidup ini…!

Itulah sedikit penggalan jeritan mereka yang pernah merasakan keinginan untuk bunuh diri karena merasakan pukulan telak atas kegagalan yang dialaminya. Orang-orang yang tidak pernah merasakannya kadang-kadang mencibir mereka, apalagi kalau sampai bunuh diri beneran.

Dasar orang tak beriman, dasar orang tak belajar agama, kenapa sih gagal saja jadi bunuh diri segala? Kenapa sih tidak berdoa saja kepada Allah? Kenapa sih tidak mau bersyukur? Kenapa, kenapa, kenapa? Makanya hidup ini jangan hanya mikiran dunia. Makanya belajar agama. Makanya, makanya, makanya…..!

Paragraf tiga di atas contoh ungkapan sebagai reaksi sebagian orang kepada orang yang mati bunuh diri. Bahkan kepada orang stres gila karena kecewa atas kegagalan tertentu bisa mengundang reaksi seperti di atas juga. Seolah-oleh menganggap mereka yang bunuh diri itu makhluk yang paling hina dan paling tidak beragama.

Tapi, saya sempat merenungkan. Menyikapi reaksi di atas jadi lucu juga, karena itu pantasnya diungkapkan oleh orang yang imannya lemah dan agamanya pun rapuh. Bagaiamana tidak lemah dan rapuh, toh mereka tidak diberikan ujian seberat yang dirasakan oleh yang bunuh diri.

Contoh:
Orang yang tidak bunuh diri hidupnya punya uang, bisa makan, punya rumah, sandang, pangan, papan terpenuhi. Ada juga yang tidak punya apa-apa, tapi memang di dalam  hatinya tidak Allah tanamkan perasaan kecewa dan tidak pula keinginan berubah. Mereka langsung merasa cukup dengan apa yang ada. Mereka tidak peduli apa yang terjadi. Mereka mengaku beriman, walaupun tidak suka belajar agama. Mereka mengaku orang beragama, walaupun tidak suka baca Quran. Apakah yang demikian SELALU pantas dianggap lebih kuat imannya dibandingkan orang yang bunuh diri?

Maaf motong dulu: hati-hati BUKAN BERARTI SAYA MENYURUH BUNUH DIRI YA…..!

Lanjut lagi ceritanya….
Tadi buat yang merasa kepedean merasa lebih mulia dibandingkan yang bunuh diri. Sekarang deskripsi yang bunuh diri sebagai berikut:

Masih contoh nih….:
Saya punya cita-cita untuk kebaikan. Saya mengejar cita-cita itu dengan berusaha sekuat tenaga menggunakan cara yang baik dan benar sesuai ilmu yang didapatkan. Cita-cita itu bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk kepentingan umat. Secara lahiriah, usaha yang saya lakukan seringkali lebih serius dan maksimal dibandingkan orang lain. Saya selalu berusaha berdoa setiap ingin melakukan langkah menuju cita-cita. Saya selalu berdoa agar diberikan keikhlasan. Saya selalu berdoa agar diberikan bimbingan dalam setiap langkah. Tapi hasilnya: cita-cita jauh dari harapan, hasil masih jauh dari keuntungan malahan terasa rugi. Doa yang dipanjatkan terasa tidak ada jawaban. Sekali lagi, bukan dikabulkan, tapi tidak terasa ada jawaban. Langkah ke depan suram. Rencana ke depan suram. Karir harus mulai lagi dari negatif menuju titik nol. Dan lain hal yang semakin terasa dramatis terasa di dalam jiwa, terbayang-bayang dalam pikiran. Semua peluang tertutup tidak terpikirkan. Yang ada tetap gagal dan kecewa alias tidak ikhlas. Nah kalau sudah seperti, ini apakah layak orang lain yang tidak bunuh diri dikatakan lebih hebat dibandingkan saya yang bunuh diri karena dirundung duka dan derita baik lahir maupun bathin yang tidak ditimpakan kepada mereka yang tidak bunuh diri? Apakah layak kita yang tidak bunuh diri mencibir mereka yang bunuh diri, padahal kita tidak diberikan cobaan seberat yang mereka rasakan?

Di sinilah, keimanan kita sebenarnya diuji. Di sinilah sebenarnya keislaman kita diuji. Sejauh mana kita bersikap positif kepada mereka yang bunuh diri. Sejauh mana kita meyakini setiap kejadian tidak luput dari kuasa Allah. Sejauh mana setiap kejadian bisa menjadikan diri kita semakin dekat dengan Allah.

Itu saja yang bisa disampaikan melalui coretan acak-acakan ini. Kalau anda setelah membaca tulisan ini jadi cenderung berpikiran negatif, berarti ada yang salah cara pandang anda terhadap tulisan ini. Kalau tulisan ini membawa negatif, segera lupakan dan segera baca tulisan yang dapat membawa positif menuju Allah, Tuhan kita tercinta.

Salam hangat!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment