Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Friday, February 15, 2013

Duplicate Content Masih Jadi Dilema



Duplicate Content Masih Jadi Dilema


Sejak gencarnya banned masal Adsense, isu pelarangan duplicate content semakin meluas pula. Sebenarnya, saya belum membaca pernyataan langsung tentang Adsense melarang duplicate content (maklum tidak rajin baca kebijakan Adsense). Yang pernah dibaca adalah bahwa duplicate content tidak disukai search engine.

Secara sederhana, saya pernah membandingkan artikel dari blog gratisan saya yang di-repost/republish di website berbayar milik orang lain. Maka kadang-kadang, judul artikel di website berbayar lebih berada di kedudukan lebih atas dibandingkan yang di blog gratisanku pada halaman Google. Inilah yang menjadi kerugian blog gratisan saya, karena pengunjung besar kemungkinan akan berkunjung ke website berbayar tersebut.

Pendeknya, blog yang terkena duplicate content akan cenderung sepi pengunjung. Akan tetapi, kalau kita tahu bahwa sumber pengunjung itu tidak hanya dari search engine, maka masalah di atas tidak berlaku lagi. Boleh jadi pengunjung menemukan artikel kita dari blog tempat republish kita atau social media yang kita ikuti. Kalau melihat kejadian ini, maka duplicate content juga bisa menambah pengunjung ke blog kita, iya kan?

Contoh konkrit, kita bisa lihat peran Facebook, Twitter, Bloggers, Technorati, website yang menerima penulis tamu, dan jenis website lainnya. Semua website tersebut berkarakteristikkan duplicate content, walaupun tidak 100% duplikat. Semuanya banyak diyakini banyak blogger mampu mendongkrak jumlah pengunjung suatu blog.

Yang seratus persen duplicate content adalah website yang menerima republish artikel. Tapi di website ini juga, kita bisa memasang alamat blog kita di tiap artikel, sehingga memudahkan para pembaca untuk berkunjung ke blog kita sebagai blog sumber asli artikel bersangkutan.

Jadi, dari segi jumlah pengunjung, saya belum menemukan sumber yang menyatakan kepastian bahwa duplicate content akan menyebabkan sebuah blog kehilangan pengunjung.

Bagaimana dengan kode etik sebuah karya tulis?
Setahu saya, selama tidak mengklaim artikel orang lain dengan nama kita sendiri, atau mempublikasikan artikel orang lain disertai sumbernya, semuanya itu bukanlah masalah. Justeru, proses republikasi tersebut menjadi promosi gratis bagi penulisnya, sehingga karya tulis dan namanya semakin populer.

Saya teringat sebuah ensiklopedia yang memuat berbagai jurnal dengan pengarang yang berbeda-beda pula. Hal itu dilegalkan dalam penerbitan konvensional. Contoh lain, kita mengenal ada kumpulan cerpen, kumpulan puisi dan sebagainya.

Maka sampai saat ini, meskipun saya tidak suka merepost artikel orang lain (kecuali mungkin pernah terjadi ketika awal-awal blogging, tapi saya tidak ingat pasti), saya tidak berani melarang artikel saya direpublish oleh blogger lain. Bahkan seringkali saya merasa senang ketika artikel dari blog saya muncul juga di blog orang lain. Saya pikir, berarti tulisan saya ada manfaatnya.

Saya berpikir begini:
Walaupun orang lain melakukan republish artikel saya, tapi biasanya mereka mencantumkan sumber aslinya, yaitu blog saya.

Juga, biasanya penyajian dalam blognya berbeda. Misalnya, saya mempublikasikan artikel tentang “kerja online” di blog gado-gado (komputer, pendidikan, tutorial, dlll), sementara blogger lain merepublish artikelku tersebut (“kerja online”) di blog yang khusus memuat tentang “kerja online” (blog niche). Berarti mereka sudah membantu para pembaca untuk memperoleh edisi lengkap informasi/artikel tentang “kerja online”. Ini akan lebih memudahkan para pembaca, bukan?

Sekali lagi, mungkin pikiran di ataslah yang membuat saya masih tidak memproteksi artikel blogku untuk dicopy-paste oleh orang lain. Kebetulan, beberapa kali saya menemukan artikel blogku ada di blog orang lain (terima kasih buat yang sudah copy-paste, semoga lebih bermanfaat…!)

Copy-paste itu tidak mendidik, benarkah?
Tidak semuanya benar. Copy-paste juga bisa membuahkan ide kreatif bagi blogger yang baru mampu memanage blog. Karena ada juga yang rajin menulis artikel, mereka tidak suka optimalisasi blog. Ini harus ada sinergi bukan?

Copy-paste tampaknya tidak asal-asalan begitu saja. Saya menduga mereka yang suka copy-paste membaca artikel yang bersangkutan dulu. Kalau cocok, baru akan di-copy-paste. Nah, dengan kegiatan seleksi artikel tersebut itulah ide kreatif untuk menulis akan tumbuh. Bukankah sumber utama untuk menulis itu membaca?

Jadi, copy-paste itu cukup mendidik juga. Semoga saja tidak ada yang copy-paste buta, alias copy-paste tanpa dibaca (saya kira, kemungkinannya sangat kecil).

Pendek kata, saya masih belum bisa melarang orang lain yang repost/republish artikelku. Walaupun kalau saya ikut menjadi penulis tamu, kadang-kadang khawatir artikel republish-ku ditolak, karena sudah banyak direpublish oleh orang lain di blog lain. Tapi kembali saya berpikir, sudah berapa banyak saya membantu mereka agar terhindar dari copy-paste? Pertanyaan inilah yang membuat saya malu untuk memarahi orang-orang yang suka copy-paste beretika (blogger yang copy-paste disertai sumber aslinya).

Bagaimana pendapat teman-teman?
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment