Ada Ilmu
Baru dalam Pengutipan
Sebagaimana
biasa, kadang-kadang agenda blogwalking saya adalah berkunjung ke blog Pak Budi
Rahardjo (rahard.wordpress.com) yang sudah populer di dunia perblogan. Saat ini
saya mencari tulisan beliau yang ada referensinya.
Sampai saat
artikel ini ditulis, saya belum menemukan artikel Pak Budi yang ada
referensinya. Mungkin tidak ada, mungkin juga belum ditemukan, karena artikel
yang saya akses tidak lebih dari 10 artikel secara acak.
Salah satu
artikelnya adalah tentang kesalahan dalam pengutipan. Beliau menyarankan agar
membaca berulang-ulang sumber yang akan dikutip, kemudian dipahami, terakhir
dikutip dengan bahasa sendiri.
Beliau
menambahkan, kalau pengutipan copy-paste itu tidak dianjurkan karena bisa
menunjukkan ketidak-mampuan pengutipnya atau bahkan masuk kategori plagiat.
Cara di atas
jadi ilmu baru, karena selama ini saya lebih memilih mengutip itu harus
copy-paste, kemudian dicantumkan sumbernya. Alasannya adalah kalau mengutip
dengan bahasa sendiri, padahal isinya sama dengan sumber kutipan, saya khawatir
itu pengklaiman karya tulis orang lain atas nama diri saya. Kecuali kalau
memang saya punya tambahan dari yang dikutip, maka saya biasanya menggunakan
bahasa sendiri dengan menuliskan sumber pendukungnya juga.
Setelah
membaca pendapat Pak Budi di atas, saya masih timbang-timbang sambil membaca
sumber yang lain.
Satu lagi
yang membuat saya melakukan kutipan copy-paste adalah setelah melihat ayat
Quran dan terjemahnya dikutip dengan copy-paste. Apakah Quran itu pengecualian?
Meskipun
saya suka melakukan pengutipan copy-paste, biasanya tidak sampai satu halaman.
Rata-rata antara satu baris sampai lima baris. Hal ini dilakukan seperti
pengutipan suatu definisi. Kalau tentang penjelasan biasanya saya juga anti copy-paste.
He…he…
Bagi sahabat
yang punya pendapat atau referensi cara pengutipan ditunggu ya sharing-nya….!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment