Bagaimana
Nasib Bahasa Sunda Saat Ini?
Sudah agak
lama, pemerintah Jawa Barat menaruh perhatian lebih baik pada perkembangan
bahasa Sunda. Sebagai bahasa daerah harus terus dilestarikan agar nilai-nilai
budaya Sunda dapat dipertahankan juga. Begitulah kira-kira alasannya.
Upaya yang
dilakukan antara lain diwajibkannya bahasa Sunda masuk pada kurikulum sekolah,
juga adanya festival atau perlombaan yang terkait denga kesundaan. Salah
satunya angklung sudah “Go International”.
Bagaimana
keadaan bahasa Sunda di lapangan?
Saya pernah
berkomunikasi langsung dengan masyarakat sekup kecil di Bogor, Sumedang, dan
Tasikmalaya. Ternyata dalam komunikasi formal, bahasa warga tampak lebih nyaman
menggunakan bahasa Indonesia, padahal saya sendiri sebagai lawan bicaranya
menggunakan bahasa Sunda.
Kenapa
mereka tidak nyaman menggunakan bahasa Sunda?
Jawaban yang
diperoleh adalah mereka tidak percaya diri karena bahasa Sundanya kasar,
katanya. Bahkan di kalangan mahasiswa, bahasa Sunda sudah terlindas dengan
bahasa Inggris. Hal ini terlihat ketika mereka bicara dengan menyelipkan
istilah-istilah asing dalam bahasa Inggris.
Apakah warga
atau mahasiswa salah?
Tidak juga.
Seseorang akan menggunakan bahasa apabila bahasa tersebut akan memberikan
keuntungan. Keuntungan dari sebuah bahasa adalah berupa peluang akses terhadap
pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, bahasa Sunda hampir tidak punya andil
sama sekali dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Jawa Barat
atau wilayah priangan. Warga sering memperoleh IPTEK melalui penggunaan bahasa
Indonesia, bahkan Inggris. Dengan demikian, tidak aneh kalu bahasa Sunda kurang
mampu mengundang simpati publik, kecuali pihak-pihak yang berkepentingan saja,
seperti mahasiswa jurusan bahasa sunda dan para peneliti kesundaan.
Dalam harian
Pikiran Rakyat pernah dibaca bahwa publikasi dalam bahasa Sunda cenderung ke
arah sastra, seperti dongeng, cerpen, dan sejenisnya. Saya saja yang masih
sering menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa lisan, sudah jarang sekali
membaca referensi dalam bahasa Sunda. Tidak terbayang, mereka yang bahasa
lisannya sudah bukan bahasa Sunda…!
Jadi, nasib
bahasa Sunda saat ini kurang beruntung. Ini menurut saya. Karena semua kegiatan
ilmiah saya sendiri, seringkali hanya melibatkan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris. Bahkan kadang-kadang saya cenderung lebih banyak menyisipkan kutipan
bahasa Arab dibandingkan bahasa Sunda. Kenapa? Apakah saya tidak mau
menggunakan bahasa Sunda? Bukan, tapi saya agak khawatir tulisan saya dalam
bahasa Sunda, tidak ada pembacanya. Bahkan sekarang saya cenderung mengarah ke
bahasa Inggris, karena para peminat tulisan saya lebih terbuka pada bahasa
asing tersebut.
Mungkin
solusinya, perhatian dari berbagai pihak terhadap penggunaan bahasa Sunda harus
lebih ditingkatkan. Seperti adanya website yang membayar penulis tamu dalam
bahasa Sunda.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment