Artikel
Original itu Tidak Selalu Harus Tanpa Referensi
Suatu hari
saya membuka komentar yang isinya bertanya tentang originalitas sebuah artikel.
Ya lebih tepatnya mungkin artikel di sini adalah postingan di blog.
Memang yang
saya lihat kebanyakan blog yang sempat dikunjungi memiliki format artikel
seperti di surat kabar. Di dalamnya tampak original/asli, dan tidak dicantumkan
referensi di akhir tulisan.
Akan tetapi,
saya masih bertanya-tanya: Bagaimana mungkin konten artikel yang memiliki
tingkat kesulitan cukup tinggi seperti referensi kuliah dan sejenisnya bisa
dibuat tanpa referensi? Kalau bentuknya tulisan fiksi, atau berupa
kalimat-kalimat lisan (narasi) penulisnya yang tidak dilengkapi definisi dan
istilah-istilah formal, mungkin tidak perlu referensi. Akan tetapi, untuk
pembahasan yang berpijak dari sumber lain seperti buku, website lain, dan
referensi lain, maka sudah selayaknya mencantumkan referensi utamanya.
Ketika kita
mendapatkan ide dari tulisan orang lain, kemudian kita menuliskan sebagian istilah-istilah
penting dari tulisan tersebut pada artikel kita, maka bukan berarti kita
terbebas dari referensi.
Saya
teringat panduan penulisan karya tulis ilmiah tugas akhir mahasiswa, lalu
teringat juga penulisan jurnal ilmiah. Keduanya mencantumkan referensinya. Di
samping itu, ada karya tulis seperti tesis yang mencantumkan pernyataan
originalitasnya, padahal di dalamnya ada kutipan/copy-paste dari sumber lain.
Berarti copy-paste sebagian tulisan orang lain itu termasuk original, bukan?
Yang harus diperhatikan adalah mencantumkan sumbernya, dan tidak semua tulisan
orang lain (seperti semua isi buku atau semua isi jurnal) di-copy-paste dan
diklaim buatan kita sendiri.
Sebaliknya,
kalau dalam sebuah artikel ada beberapa definisi atau komponen-komponen ilmiah
yang cukup lengkap dan penting, apabila tanpa mencantumkan sumbernya, saya jadi
meragukan originalitasnya, benarkah?
Untuk saat
ini saya berpendapat: “Lebih baik copy-paste definisi/pendapat orang lain
dengan mencantumkan sumbernya daripada memodifikasi kata-kata dari
definisi/pendapat orang lain, padahal artinya sama.” Kecuali kalau ada tambahan
dari kita, maka memang sebaiknya menggunakan bahasa kita sendiri. Ini juga
biasanya kita menuliskan definisi atau penulis sebelumnya, seperti penelitian
terdahulu pada sebuah tesis.
Tidak
mungkin sebuah tulisan ilmiah dibuat tanpa referensi, kecuali memang mengejar
format penulisan artikel seperti pada sebuah surat kabar.
Bagaimana
pendapat sahabat-sahabat?
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment