Guru Membentuk Manusia
Indonesia Seutuhnya
Guru memiliki tugas yang sangat luhur dalam rangka
ikut mencerdaskan bangsa. Sambu-rambu yang harus dipatuhi guru sebagai
profesional sering dikenal sebagai kode etik guru. Dalam buku (Soecjipto &
Kosasi 2007: 49) dinyatakan bahwa “Guru berbakti membimbing peserta didik untuk
membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.”
Kalau satu kode etik di atas dicermati maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dan disadari oleh seorang guru dalam
mengemban tugasnya, antara lain:
1. Berbakti
Harus disadari bahwa profesi guru adalah bentuk bakti.
Yang namanya bakti, cenderung mengedepan kewajiban daripada hak. Di sinilah
guru harus berpikir pro aktif kepada peserta didik untuk membangun komunikasi
yang lebih baik di antara mereka. Tidak bisa guru menunggu ditanya, diminta
bantuan, disapa, berprinsip dia lebih hebat dari peserta didik dan membiarkan
peserta didik berada dalam kesusahan dengan alasan guru tersebut sudah
menyampaikan materi pelajaran di kelas.
Dalam bakti ini bisa diingat sifat yang dicontohkan
oleh para relawan kemanusian seperti pada saat gempa tsunami Aceh. Mereka tidak
menunggu permintaan dari korban, tapi mereka langsung bertindak cepat mencari
korban, mencari kebutuhan korban, dan menyediakan segala hal yang dapat
membantu korban.
2. Membimbing
Kata kedua ini semakin menjelaskan bahwa peran guru
itu harus proaktif. Tidak berlaku pemikiran “biarkan para peserta didik
bertanya karena mereka yang butuh, guru tidak butuh peserta didik, kan.” Dapat
diingat seorang guide bahasa Inggris, dia aktif mengenalkan/membimbing
perjalanan para wisatawan asing berkeliling menikmati pemandangan di sekitar.
Tidak hanya penjelasan tentang keindahan obyek wisata, mungkin saja dia
menawakan minuman dan makanan. Jadi, apabila guru menghampiri peserta didik
untuk membantu mereka memahami pelajarannya, maka ini sangat menyenangkan.
3. Membentuk manusia seutuhnya
Tidak
tanggung-tanggung tugas seorang guru, bukan hanya bagaimana membuat peserta
didik terampil menggunakan komputer, bukan pula hanya memberikan langkah zitu
untuk terampil cas-cis-cus bicara bahasa Inggris kepada peserta
didiknya. Akan
tetapi, guru harus mampu “mamanusiakan manusia” alias “membentuk manusia
seutuhnya”. Untuk mewujudkan ini disarankan guru memperlakukan peserta didik
seperti “anak kandung yang paling disayang”. Guru sangat perhatian, sangat
membantu, sangat sayang dan sangat ingin membantu peserta didik untuk sukses,
untuk cerdas, untuk shaleh dan berbakti. Ia tanpa kenal lelah mencurahkan kasih
sayangnya kepada peserta didik. Ia akan merasa menderita di saat peserta didik
menderita. Ia akan merasa senang di saat peserta didik senang.
4. Berjiwa Pancasila
Menjadikan peserta didik memiliki jiwa Pancasila
mengandung pengertian bahwa peserta didik harus memiliki moral dan pemikiran
yang mengandung 5 sila dalam pancasila. Jiwa berketuhanan dan berkemanusiaan
merupakan inti yang harus ditanamkan pada jiwa peserta didik. Dalam pembentukan
jiwa Pancasilais dibutuhkan keteladan seorang guru. Ia akan lebih mudah
mentransfer prinsip-prinsip Pancasila melalui contoh/teladan yang tampak di
depan mata peserta didik. Semakin besar keinginan membuat peserta didik
bermoral, baik, tenggang rasa dan memiliki sifat baik lainnya, maka guru harus
terlebih dahulu lebih keras untuk memiliki sifat-sifat baik tersebut.
Itulah pelajaran yang dapat direnungkan dari salah
satu kode etik guru. Semoga seorang guru semakin menyadari bahwa perannya
sangat dibutuhkan peserta didik seperti peran orangtua yang sangat besar
terhadap anak-anaknya.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment