Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Friday, April 12, 2013

Perkembangan Kurikulum di Era Pasca Modernisme




Perkembangan Kurikulum di Era Pasca Modernisme


Dalam buku karya Patrick Slattery (2006: 6), ada beberapa kata yang dapat membantu untuk memahami perkembangan kurikulum di era pasca modernisme. Sikap dan pemahaman terhadap dekonstruksi pasca modernisme dapat dideskripsikan dengan 14 kata berikut:

Eclectic: praktek-praktek multi disiplin didukung. Equilibrium: walaupun ketidak pastian tidak mendatangkan kenyamanan, demokrasi berbasis masyarakat dibangun dalam bentuk partisipasi. Environmental: pasca moderisme itu interaksi dengan banyak lingkungan. Evocative: pasca moderisme menyajikan berbagai pandangan tanpa menghilangkan investigasi isu-isu yang berhubungan dengan rasisme, ekonomi, budaya populer, kemiskinan, dan bidang-bidang lain yang potensil mengganggu.

Energetic: seperti konsentrasi energi Einstein, kita tetap berubah dan bergeser. Aesthetic: melalui seni, sastra, budaya pribumi, dan sejenisnya, kita datang ke “arena pembelajaran” baru “melepaskan imajinasi”. Eschatological: saat ini dikondisikan dengan masa lalu, dan saat ini mengandung kemungkinan-kemungkinan masa depan. Engaging: partisipan individu membentuk outcome proyek atau studi.

Existensial: pasca moderisme mencari pembelajaran situasional/kontekstual yang memprioritaskan esensi. Expressive: bentuk-bentuk visual adalah analogi respon positif yang membangkitkan perasaan. Evolving: terdapat proses dialog dan interaksi berkelanjutan. Experimental: filosofi proses membantu kita untuk memahami bagaimana ikut serta bersama kosmologi sistem terbuka. Anti-entropy: kosmologi sistem terbuka lebih baik daripada kosmologi sistem tertutup yang mendukung interaksi lintas batas. Entertaining: pasca modernisme itu suka melucu, ironis, senantiasa berubah-ubah dengan cepat, dan mengkritisi diri sendiri, sensitif terhadap seluk-beluk perbedaan.

Dari istilah-istilah di atas saya sangat tertarik pada Energetic yang disebutkan “seperti konsentrasi energi Einstein, kita tetap berubah dan bergeser.” Pemilihan ini bukan berarti yang lain tidak ada maknanya, tapi saya lebih tertarik saja dengan kata berubah dan bergeser. Kedua kata inilah yang akan menjadikan manusia punya semangat kuat untuk maju, begitu juga Einstein yang tak tunduk di bawah keterbatasan autismenya (maaf kalau salah istilah). Bukankah inti dari kurikulum juga salah satunya membuat pedoman untuk menjadikan siswa sukses alias maju? Berarti, kalau proses pembelajaran berkacamata pada kata energetic, besar kemungkinan energi guru dan siswa akan bersatu untuk mewujudkan satu perubahan, yakni keberhasilan dalam belajar.

Mungkin judul artikel ini lebih spesifiknya adalah “Sikap dan pemahaman terhadap dekonstruksi pasca modernisme”.

"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment