Perkembangan
Kurikulum di Era Pasca Modernisme
Dalam buku karya
Patrick Slattery (2006: 6), ada beberapa kata yang dapat membantu untuk
memahami perkembangan kurikulum di era pasca modernisme. Sikap dan pemahaman
terhadap dekonstruksi pasca modernisme dapat dideskripsikan dengan 14 kata
berikut:
Eclectic: praktek-praktek multi disiplin didukung.
Equilibrium: walaupun ketidak pastian tidak mendatangkan kenyamanan, demokrasi
berbasis masyarakat dibangun dalam bentuk partisipasi. Environmental:
pasca moderisme itu interaksi dengan banyak lingkungan. Evocative: pasca
moderisme menyajikan berbagai pandangan tanpa menghilangkan investigasi isu-isu
yang berhubungan dengan rasisme, ekonomi, budaya populer, kemiskinan, dan bidang-bidang
lain yang potensil mengganggu.
Energetic: seperti konsentrasi energi
Einstein, kita tetap berubah dan bergeser. Aesthetic: melalui seni,
sastra, budaya pribumi, dan sejenisnya, kita datang ke “arena pembelajaran”
baru “melepaskan imajinasi”. Eschatological: saat ini dikondisikan
dengan masa lalu, dan saat ini mengandung kemungkinan-kemungkinan masa depan. Engaging:
partisipan individu membentuk outcome proyek atau studi.
Existensial: pasca moderisme mencari
pembelajaran situasional/kontekstual yang memprioritaskan esensi. Expressive:
bentuk-bentuk visual adalah analogi respon positif yang membangkitkan perasaan.
Evolving: terdapat proses dialog dan interaksi berkelanjutan. Experimental:
filosofi proses membantu kita untuk memahami bagaimana ikut serta bersama
kosmologi sistem terbuka. Anti-entropy: kosmologi sistem terbuka lebih
baik daripada kosmologi sistem tertutup yang mendukung interaksi lintas batas. Entertaining:
pasca modernisme itu suka melucu, ironis, senantiasa berubah-ubah dengan cepat,
dan mengkritisi diri sendiri, sensitif terhadap seluk-beluk perbedaan.
Dari istilah-istilah
di atas saya sangat tertarik pada Energetic yang disebutkan “seperti
konsentrasi energi Einstein, kita tetap berubah dan bergeser.” Pemilihan ini
bukan berarti yang lain tidak ada maknanya, tapi saya lebih tertarik saja
dengan kata berubah dan bergeser. Kedua kata inilah yang akan menjadikan
manusia punya semangat kuat untuk maju, begitu juga Einstein yang tak tunduk di
bawah keterbatasan autismenya (maaf kalau salah istilah). Bukankah inti dari
kurikulum juga salah satunya membuat pedoman untuk menjadikan siswa sukses
alias maju? Berarti, kalau proses pembelajaran berkacamata pada kata energetic,
besar kemungkinan energi guru dan siswa akan bersatu untuk mewujudkan satu
perubahan, yakni keberhasilan dalam belajar.
Mungkin
judul artikel ini lebih spesifiknya adalah “Sikap dan pemahaman terhadap
dekonstruksi pasca modernisme”.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment