Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Sunday, April 7, 2013

Tanah Sejengkal Bisa Jadi Nyawa Taruhannya



Tanah Sejengkal Bisa Jadi Nyawa Taruhannya


Judul di atas muncul setelah memperhatikan kebiasaan sebagian para penggarap tanah di sekitar rumahku beberapa tahun ini. Di kampung kelahiran, saya tidak terlalu tahu tentang kebiasaan para petani, karena keluargaku tinggal jauh dari tetangga, dan tanah sekitar pun hampir semua tanah garapan ayahku tercinta. Jadi, main ke kanan-kiri, depan-belakang, hampir semuanya garapan ayah (bukan tanah milik lho….).


Akan tetapi, setelah ditempat tinggal sekarang. Rumahku dikelilingi sawah milik orang lain. Di sinilah saya seringkali dikagetkan dengan perilaku para petani.

Apa yang membuat aneh?
Mulai dari percekcokkan air hingga percekcokkan petak sawah (saya tidak tahu galengan bahasa Indonesianya apa ya?). Galengan itu istilah untuk tanah yang membatasi antara sawah satu dengan yang lainnya. Galengan itu juga yang biasa dilalui oleh para pejalan kaki.

Ternyata, setiap habis panen, penggarap sawah harus mengolah sawahnya lagi sebelum ditanami bibit padi. Yang anehnya, galengan itu seringkali lama-kelamaan hampir habis dicangkul. Pendeknya, semakin lama, lebar galengan itu semakin kecil, sementara sawah semakin besar, meskipun ukurannya hanya sejengkal saja.

Walaupun sejengkal tanah, kalau ada masyarakat yang mencoba mau membangunnya untuk jalan, mereka marah-marah. Tapi kalau ada masyarakat yang punya tanah di sekitarnya, mereka asik menambah pelebaran sawah dengan mencangkul sejengkal tanah mengikis hingga menjorok ke lahan orang lain (Bahasa sundanya: “nyosok ka galengan batur; nyempogan galengan batur”. Susah banget ya bahasa Indonesianya he…he…).

Dengan melihat kerakusan para petani itu, saya semakin tahu bahwa pantas saja sewaktu kecil pernah mendengar para petani di sawah berkelahi sampai main golok, goak, parang, sabit segala, hanya karena berebut galengan. (Waaaaaaaaaah……kalau enggak ngerti bahasanya, silahkan ambil kamus bahasa Sunda. He…he…).

Semoga petani kita segera tersadarkan dari keserakahan di atas. Saya percaya masih banyak petani yang baik di negeri ini.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

2 comments:

  1. sawah ya
    saya sekarang tinggal di kota yang jarang terlihat sawah, sedangkan saya lahir di kota yang banyak sawahnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sering-sering main ke sawah biar tidak lupa. he..he..

      Delete