TES
FORMATIF
Dalam proses
pembelajaran ada berbagai persiapan termasuk cara untuk mengetahui tingkat
pemahaman seorang peserta didik. Istilahnya adalah evaluasi. Ada banyak cara
yang dilakukan sebagai evaluasi pendidikan. Sebagaimana banyak dikenal nama-nama
tes, tes formatif, tes sumatif, dan lain-lain. Semua tes yang diselenggarakan,
pokok utamanya adalah untuk mengetahui kemampua peserta didik (siswa maupun
mahasiswa).
Di sini akan
dibahas tentang tes formatif saja. Tes formatif digunakan untuk memantau
kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun
kepada guru (Daryanto 2005: 12). Ada perguruan tinggi yang menyarankan dosen
memberikan tes formatif setiap setelah tiga kali pertemuan. Sehingga dalam satu
semester mahasiswa memiliki dua nilai formatif.
Perlu
ditekankan bahwa tes formatif itu bukan hanya untuk mengisi transkrip nilai,
tapi harus menghasilkan umpan balik, misal: apakah mahasiswa sudah memahami
materi selama 3 pertemuan? Kalau masih banyak yang belum memahami suatu materi
perkuliahan/pelajaran, maka dosen harus mengulang materi tersebut. Pengulangan
yang dilakukan bisa bervariasi, dengan latihan, dengan diskusi atau cara yang
lain. Intinya, dosen tidak hanya mengejar silabus, tapi mengejar tingkat
pemahaman mahasiswa yang bagus.
Di akhir
semester, tes formatif diperhitungkan dengan nilai UTS, UAS, dan tugas. Meskipun
tes formatif disarankan dilakukan setelah 3 pertemuan, namun ada sebagian dosen
yang melakukan lebih dari 3 pertemuan, bahkan ada yang tidak menyelenggarakan
tes formatif selama 3 bulan (sampai UTS). Lebih tepatnya hal ini terjadi karena
dosen tidak memberitahukan kepada mahasiswa bahwa ulangan harian yang sedang
diikutinya adalah tes formatif. Jadi mahasiswa tidak tahu bahwa mereka sudah
mengikuti tes formatif, karena mereka menyebutnya ulangan harian. Sedangkan
dosen tidak ambil pusing dengan nama tersebut, mungkin salah satu alasannya
untuk mengetahui tingkat kesiapan mahasiswa tanpa menggunakan metode menghapal
“kebut semalam”. Banyak yang mengetahui dan mengalami, kalau diberitahukan tes
formatif atau tes sumatif mahasiswa hanya mengandalkan hapalan satu malam
sebelum pelaksanaan ujian. Bahkan ada mahasiswa nakal yang menyiapkan contekan.
Dengan istilah ulangan harian, biasanya mahasiswa tidak setegang seperti akan
menghadapi tes formatif atau sumatif.
Satu lagi
yang menyebabkan istilah tes formatif tidak digunakan, yaitu dosen mengandalkan
tugas-tugas harian. Sebagaimana diketahui bahwa ada dosen yang memberikan
tugasnya tiap pertemuan. Tentunya, ini juga sudah membuat ‘sesak nafas’ bagi
sebagian mahasiswa. Yang perlu diwaspadai adalah dosen jangan sampai memberikan
tes formatif, tapi tidak mampu memperolah nilai mahasiswa yang cenderung asli,
misalnya hindari kesempatan mahasiswa mencontek dengan membuat jenis tes yang
tidak memungkinkan mahasiswa nyontek ke teman, ke buku, maupun menggunakan
media lain.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment