Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Wednesday, May 29, 2013

Kejamnya Orang Kaya Menggusur Si Miskin



Apapun alasannya, penggusuran itu tetap kejam. Klaim demi klaim melalui keputusan pengadilan bukan berarti bisa menggusur masyarakat sebebas-bebasnya. Seandainya benar suatu petak tanah milik kita, kalau pengambilannya akan menimbulkan kerusakan besar bagi orang lain, maka sebaiknya dipertimbangkan lagi.


Masyarakat sudah bertahun-tahun tinggal di suatu wilayah. Baru-baru ini digusur, karena ada kelompok yang mengaku pemilik legal. Pasar yang sudah bertahun-tahun dipakai jualan warga, saat ini diklaim milik suatu ahli waris. Lalu kemana saja dulu di saat tempat tersebut belum dititipi nyawa-nyawa yang menggantungkan hidup padanya.

Melihat Satpol PP yang bersemangat bertempur dengan warga dengan alasan warga juga menyerang mereka, tampaknya negeri ini belum cukup dewasa. Pentungan bukanlah solusi, selama kita masih mau hidup di jagat raya ini.

Tidakkah kita menunda penggusuran sebelum tercapai kata sepakat?
Tidakkah kita membatalkan pengambil-alihan lahan kalau akan menimbulkan banyak korban, toh hidup ini bukan hanya bersama tanah, iya kan?
Terlalu beratkah kita memberikan tanah kepada masyarakat miskin?
Atau hanya ingin hidup sendirian di muka bumi ini?

Sampai saat ini, saya masih heran melihat suatu perusahaan menggusur lahan yang didiami warga; pemerintah menggusur pemukiman warga demi penertiban fasilitas publik. Tidakkah kita memberikan solusi untuk mereka?

Solusi sudah ditawarkan, tapi warga tetap tidak mau pindah?
Solusi sudah diberikan, tapi warga tetap tidak mau menerima?

Solusi mana yang akan ditolak warga miskin kalau benar-benar akan memberikan jalan keluar kepada kehidupan mereka? Rasanya tidak mungkin. Mereka menolak, karena solusi yang ditawarkan tidak seimbang dengan kebutuhannya. Kenapa pemangku kebijakan tidak mau mengerti juga?

Lha upaya itu kan sudah maksimal dari pemerintah? Maksimal bagaimana, warga di kasih solusi asin teri, sementara pemerintah masih makan ikan hiu? Maksimal di mananya, warga dikasih ruang 3 meter persegi, sementara pejabat yang dipilihnya masih keluar masuk ruang hotel berbintang. Sungguhkah layanan yang anda berikan? Saya tidak yakin.

Kenapa tidak mungkin, warga makan kerupuk, pejabat negara pun makan kerupuk?
Kenapa tidak dicoba, pejabat makan ikan kakap, warga pun makan ikan kakap?
Sungguh jauhkah perbedaan kita? Atau itu semua hanya mimpi si miskin seperti diriku ini???
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment