Walaupun saya bukan orang jurusan
pendidikan murni, tapi sedang berusaha untuk terus belajar tentang teori
pendidikan sedikit demi sedikit. Seringkali saya bertanya-tanya, mengapa teori
pendidikan terlalu jauh berbeda dengan implementasinya di lapangan.
Kita mengenal tentang metode
pengajaran. Yang sering kali terdengar adalah metode ceramah. Selama saya
belajar, seringkali di kelas hanya disuguhi materi melalui metode ceramah.
Lalu, metode yang lain ke mana?
Setelah masuk matapelajaran atau
matakuliah komputer, siswa/mahasiswa dijadwalkan untuk belajar di lab komputer.
Memang berbeda dengan metode ceramah, tapi herannya yang diterapkan hanya
latihan modul-modul saja, hampir tanpa diskusi. Apakah memang seharusnya cukup
satu metode saja ya…?
Guru/dosen harus berperan sebagai
mediator, sehingga dapat memperlancar proses pembelaran siswa/mahasiswa. Namun
kenyataannya, seringkali guru/dosen tampak mempersulit siswa/mahasiswanya. Yang
paling heran adalah kesulitan berkomunikasi dengan guru/dosen dianggap hal
biasa sebagai penghargaan terhadap betapa pentingnya posisi seorang guru/dosen
itu. Benarkah demikian?
Sampai saat ini, saya belum
menemukan jawaban yang pasti. Yang jelas, jangankan saat ini, dulu juga para
ahli pendidikan berbeda-beda pendapat dalam memberikan sikap atau metode dalam
proses pembelajaran.
Dengan demikian, belajar terus
tentang teori pendidikan merupakan tugas khusus untuk saya. Semoga saja, suatu
saat dapat memahami kejadian-kejadian di dunia akademis ini, yang saat ini
menurut penilaian subjektif saya, tampak kurang berpihak kepada
siswa/mahasiswa.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment