Awalnya,
blog Komunitas Penulis Lepas Pemula Kitaabah itu ingin difokuskan dulu
mengelola artikel berbahasa Indonesia saja. Pendaftaran para penulis bahasa
Inggris terpaksa ditunda untuk sementara waktu, meskipun alamat blog khusus
bahasa Inggris sudah tersedia pula.
Namun ketika
ingat bahasa Sunda, saya jadi berpikir dua kali untuk menundanya. Walaupun ada
sedikit kekhawatiran akan mengganggu blog bahasa Indonesiaku bagi para
pengunjung yang belum memahami bahasa Sunda, saya tetap membuka lowongan untuk
menerima artikel yang ditulis dalam bahasa Sunda.
Inginnya sih
menerima semua bahasa daerah yang ada di Indonesia. Namun karena keterbatasan,
saya lebih mendahulukan bahasa Sunda dulu karena bahasa ini bahasa ibu saya,
jadi tidak perlu kursus dulu untuk review-nya. :) Untuk sementara, kebudayaan
dari suku-suku lain biarlah ditulis dalam bahasa Indonesia dulu.
Kenapa
memasukkan artikel bahasa Sunda segala? Apakah karena cukup prospektif untuk
monetisasi blog?
Tidak juga.
Calon pembaca artikel bahasa Sunda lebih terbatas dibandingkan bahasa
Indonesia. Salah satu blog Rumah Baca Sunda yang memuat artikel tentang Sunda
yang relatif lengkap, jumlah pengunjungnya tampak tidak terlalu ramai
berdasarkan Alexa Rank-nya.
Akan tetapi,
panggilan untuk melakukan langkah konkrit menyelematkan budaya lokal yang tidak
hanya sebatas wacana sudah membuat saya harus berbuat saat ini juga. Kajian
Sunda pernah dikaji oleh seorang mahasiswa pascasarjana UNPAD dan
dipublikasikan oleh salah satu surat kabar yang ada di Jawa Barat. Selain itu,
keinginan besar dari beberapa pihak untuk melestarikan bahasa Sunda seringkali
terlontar.
Bahkan
banyak pecinta bahasa Sunda seringkali tampak heran: kenapa orang-orang Sunda
tidak mengenal budayanya dengan baik? Kenapa orang-orang Sunda tidak mau
memperdalam bahasa daerahnya Sendiri. Bukankah kearifan lokal akan mendongkrak
sebuah peradaban? Itulah kira-kira pertanyaan-pertanyaan kritis yang sering
terdengar.
Namun
demikian, pertanyaan yang agak sulit dijawab antara lain: “Kalau sudah
menguasai bahasa Sunda, lalu mau kerja apa ya?” Nah ini juga yang membuat saya
kurang yakin menganjurkan kuliah di jurusan bahasa Sunda.
Untuk
menjawab pertanyaan di atas, tidak ada jawaban lain selain para tokoh Sunda
sendiri harus memposisikan bahasa Sunda dalam tingkatan penting. Lebih
jelasnya, bahasa Sunda harus mampu membantu karir/bisnis seseorang, baru
orang-orang Sunda masa kini akan tertarik untuk mengkajinya lebih semangat
lagi.
Sebagai
langkah awal bentuk kontribusi Kitaabah untuk menjawab pertanyaan di atas, maka
teman-teman yang mampu berbahasa Sunda dapat mengirimkan tulisan berbahasa
Sundanya ke Kitaabah. Walaupun komisinya masih kecil, tapi minimal kita mampu
melakukan koleksi naskah berbahasa Sunda dengan harapan ke depan bisa lebih
prospektif. Yang lebih penting lagi, bahasa Sunda tidak sampai menemui ajalnya.
Bagi
teman-teman yang ingin mengirimkan tulisan dalam bahasa Sunda, silahkan daftar
dulu di Kitaabah.com! Semoga kita menjadi bagian yang mau dan mampu
melestarikan budaya dan bahasa yang ada di negeri ini.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment