Ketika menonton
program Hitam Putih di Trans 7, saya terkejut karena seorang pengemis mengakui
pendapatan minimalnya Rp100.000 per hari. Jadi, dalam sebulan bisa mengantongi
Rp3.000.000. Woooow…
Saya yakin
banyak para pekerja dengan profesi lain yang penghasilannya di bawah pendapatan
pengemis di atas, iya kan? Termasuk pendapatan sebagian blogger.
Yang disoroti
di sini bukan masalah pendapatan pengemisnya karena sudah banyak isu seperti
itu. Penjual rokok dan kopi juga di sebuah pasar tradisional bisa menabungkan
untungnya sekitar Rp100.000 per hari, padahal rokok ada yang mengharamkan ya.. Tapi
tetap berjaya, walaupun para pembelinya hampir 100% orang Islam, mungkin termasuk
orang-orang miskin juga tuh….! Karena saya lihat tukang buruh kasar juga tampak
nikmat menghirup rokoknya.
Jadi, yang disoroti
adalah saya aneh kok bisa pengemis tersebut tampil tanpa topeng atau penyamaran
lain sebagai sensor, padahal ia sendiri mengaku bahwa tetangganya tidak tahu
profesinya sebagai pengemis.
Di samping saya
tidak setuju kalau mengemis dijadikan profesi, tapi saya juga merasa kasihan kepada
anak-anak dan keluarganya. Karena setelah tampil di TV, mungkin saja ada
tetangganya yang nonton.
Sekilas sih
sah-sah saja agar profesi mengemisnya segera berhenti. Tapi tampak kurang tepat
kalau caranya begitu karena akan merusak mental anak-anaknya. Apalagi kalau
sebelumnya anak-anak tidak tahu kalau ayahnya berprofesi sebagai pengemis.
Saya selalu
ingat pelajaran bahwa “Janganlah kita memperolok-olokkan orang yang
meminta-minta!” Jadi, kita harus berhati-hati dengan kondisi hati masing-masing
ketika bersikap kepada pengemis. Ketawa saja harus lebih hati-hati karena tertawa
ketika mengkritik pengemis, seringkali mengarah ke cibiran, “Kok tidak mau
kerja keras ya…? Minimal pertanyaan inilah yang suka muncul, padahal kita kita
tahu cobaan apa yang sebenarnya Allah SWT timpakan kepada pengemis tersebut?
Pendek kata,
saya lebih setuju kalau pengemis yang muncul di TV yang kemungkinan akan
diwawancarai hal negatifnya, maka lebih baik disensor saja. Kita harus menyelamatkan
keluarganya. Kita juga tidak tepat kalau harus mempermalukan sang pengemis
tersebut.
Akan lebih
baik, kalau pengemis tersebut dipanggil, kemudian diberikan solusi alternatif
(pekerjaan baru) yang dapat menggantikannya sebagai pengemis. Mungkin itu lebih
aman untuk kita agar tidak termasuk menghardik fakir miskin.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment