Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Wednesday, September 18, 2013

Orang Awam Juga Ribut Menyalahkan Vickinisasi

Saat ini, kita tahu Indonesia sedang dilanda Vickinisasi. Kata vickinisasi muncul setelah seorang pacar selebritis yang bernama Vicky menggunakan kata-kata bahasa Inggris yang dianggap tidak tepat atau menggunakan bahasa Inggris dengan pola bahasa Indonesia.


Ada dua kemungkinan yang menyebabkan istilah tersebut mencuat sehingga membanjiri tulisan-tulisan di media online, bahkan di kehidupan sehari-hari. Pertama, mereka yang menirukan bahasa Vickinisasi itu membenci Vicky karena telah berbuat nakal kepada pacarnya. Kedua, mereka membenci kata-kata Vicky yang so pintar, padahal salah.

Sebenarnya saya setuju-setuju saja adanya koreksi terhadap kesalahan penggunaan bahasa Inggris tersebut. Bahkan itu juga secara tidak langsung bisa menjadi kritikan kepada para pejabat yang dianggap sebagian kalangan suka berkata dengan istilah-istilah keren, tapi tampak tidak tahu artinya.

Yang saya sesalkan, akibat banyaknya pencibiran terhadap penggunaan bahasa Inggris yang salah tersebut merembet ke kaum awam yang tidak tahu penggunaan bahasa Inggris. Mereka ikut-ikutan menyalahkan bahasa Inggris-nya Vicky, padahal mereka sendiri tidak bisa berbahasa Inggris, selain sedikit saja.

Hal di atas teringat ketika saya dengan percaya diri menyalahkan penggunaan kata ‘I’ sebagai objek karena setahu saya ‘I’ itu untuk Subjek. Sedangkan untuk objeknya harus ‘Me’. Namun setelah mendengar penjelasan salah seorang guru bahasa Inggris Teuku Handoko (Maaf kalau namanya salah), ternyata di Inggris ada sebagian masyarakat yang menggunakan ‘I’ sebagai objek, misalnya: You love I (Mohon dikoreksi kalau saya salah terkait contoh ini).

Itulah nyatanya keunikan sebuah bahasa sebagaimana kita tahu juga ada faktor kesalahan publik di dalamnya, misalnya:
Salah satu dari gadis cantik itu adalah pacarku.

Mungkin untuk banyak orang tidak ada masalah dengan kalimat di atas. Namun bagi sebagian kalangan, kenapa harus salah satu? Padahal seharusnya benar satu?

Contoh lain:
Kemarin, kebetulan saya mendapatkan untung Rp100.000

Ada sebagian kalangan berpendapat bahwa jangan menggunakan kebetulan pada kalimat di atas, karena itu sudah direncanakan Tuhan jauh-jauh hari sebelum manusia terlahir ke dunia ini. Setelah itu, banyak masyarakat beramai-ramai menyalahkan setiap orang yang berkata “kebetulan”.

Mereka yang menyalahkan penggunaan kata “kebetulan” tersebut sebenarnya tidak paham-paham amat tentang bahasa Indonesia. Ketika ditanya, makna kebetulan pada kalimat di atas adalah sesuatu yang tidak disangka-sangka ditinjau dari kacamata manusia, bukan dari sudut pandang Tuhan. Bagaimana menurut pendapat anda? Maka mereka yang ikut-ikutan menyalahkan pun tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut.

Intinya, saya berpendapat bahwa kita boleh menyalahkan orang lain sesuai keilmuan kita masing-masing, namun jangan berlebihan yang bisa mengarah ke pencibiran, padahal kita juga tidak tahu ilmu yang sebenarnya. Malu dong, kita mencibir orang lain, padahal kita juga sering melakukan kesalahan, bahkan dalam bahasa Indonesia sekalipun.

Beberapa kali saya menyampaikan guyonan terkait vickinisasi:
Sebaiknya kita menyikapinya bukan hanya dari unsur kritik bahasa, namun kita harus memandangnya dari unsur kreativitas juga. Vickinisasi itu kreatif juga lho. Buktinya banyak kalangan yang menirukannya sebagai hiburan. :) Nikmat mana lagi yang kamu dustakan? Setiap ciptaan Tuhan pasti baik, termasuk Vickinisasi. Karena Vickinisasi akan mempertajam orang-orang yang mempelajarinya, baik dari unsur bahasa maupun kreativitas.


Tapi, jangan membuat vickinisasi baru lagi ya…! :)
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

4 comments:

  1. iya tuh padahal gak ngerti apa-apa, kasian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata ada juga teman yang sependapat dengan saya. Makasih ya...

      Delete
  2. Saya juga gak terlalu mengerti, bahkan bahasa malah sulit dimengerti

    Salam kenal

    ReplyDelete