Bagi sebagian orang, profesi penulis
itu menjadi impian dan dambaan. Bagaimana tidak, profesi ini tampak
berpenampilan rileks, tapi kerjanya tidak hanya di kantor, melainkan di rumah
atau tempat lain juga bisa.
Selain itu, profesi penulis masuk
kategori intelek, sehingga orang relatif akan terjaga otaknya karena sering
digunakan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kalau otak ini sering digunakan
untuk belajar, kemungkinan akan terhindar dari pikun.
Satu lagi pertimbangan orang-orang
ingin jadi penulis, yaitu uang. Penulis yang sudah handal (minimal bisa tembus
penerbit atau menjadi ghost writer, tidak masuk top author), mereka akan mampu
memperoleh pendapatan untuk kebutuhan keluarganya.
Sekilas perhitungan berdasarkan
obrolan beberapa tahun yang lalu dengan seorang penerjemah lepas (penerjemah
yang menjual naskahnya ke penulis, sehingga namanya tidak dicantumkan di buku
terjemahannya).
Beliau biasanya menjual hasil
terjemahannya Rp10.000 per lembar untuk terjemahan bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia. Seandainya ketebalan buku sekitar 200 halaman, maka pendapatan
penerjemah tersebut Rp10.000 x 200 halaman = Rp2.000.000.
Pendapatan di atas dari satu buku.
Sang penerjemah tersebut mengaku biasanya mampu menterjemahkan 10 lembar per
hari, bahkan bisa sampai 20 lembar per hari. Seandainya 10 lembar per hari,
maka 200 lembar buku akan selesai dalam waktu 20 hari saja, bukan? Kita masih
punya 10 hari lagi dalam sebulan untuk menterjemahkan buku lain, atau ternak
lele, atau peluang usaha lainnya.
Sebagai catatan kecil, buku-buku
dalam bahasa Inggris biasanya tebal-tebal (lebih dari 200 halaman). Jadi,
pendapatan pun bisa lebih dari 2 juta per bulan.
Sayangnya, saya belum pernah ngobrol
langsung dengan seorang penulis tentang pendapatan, sehingga belum tahu berapa
pendapatannya dari penjualan satu buah buku.
Kembali ke contoh terjemahan. Saya
sedang memikirkan untuk menterjemahkan artikel-artikel atau e-book gratis yang
tersedia di Internet. Yang menjadi pemikiran saya antara lain perlukah saya
meminta izin kepada penulisnya? Kalau harus, agak khawatir ribet juga.
Sebagai alternatifnya, saya membuat
ringkasan-ringkasan singkat dari buku atau e-book bahasa Inggris, kemudian
ditambahkan tanggapan sederhana saya. Dengan cara ini diharapkan tidak menjadi
seorang plagiator.
Kalau murni menulis dengan kemampuan
sendiri biasanya kualitas artikel saya masih jauh dari bagus. Kejaran saya
adalah artikel saya itu harus memberikan banyak manfaat. Maka kalau mengambil
referensi dari buku-buku lain, kemungkinan besar dapat dibaca oleh para pelajar
sebagai referensi tambahan untuk
sekolah/kuliahnya.
Lalu, apa hubungannya dengan
sedekah?
Kalau kita perhatikan ada beberapa
website yang membagi dari penghasilannya untuk kebutuhan amal (sedekah), baik
untuk pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Sebagai salah satu contohnya adalah
Kitaabah. Blogku tercinta ini insyaAllah mencoba menerapkan konsep 10% dari
penghasilannya untuk amal, terutama untuk pendidikan dan fakir miskin.
Jadi, para penulis Kitaabah secara
tidak langsung telah bersedekah 10% dari hasil kerja kerasnya menulis artikel,
selain mereka juga telah bersedekah melalui artikelnya masing-masing. Namun
demikian, para penulis tersebut tidak akan dirugikan dengan program amal
tersebut karena mereka tetap akan mendapatkan 70% dari pendapatan Kitaabah.
Tampaknya, program ini bukan hanya
bualan kalau kita mau bekerja keras. Kalau kita belum bisa bersedekah jutaan,
mungkin bisa ratusan ribu. Kalau ratusan ribu belum mampu, mungkin ribuan rupiah.
Yang penting, kita harus bersedekah dalam kondisi apapun, walaupun mampunya
dengan Rp500 atau dengan senyum saja, bukan?
Saya berharap teman-teman banyak
yang menorehkan ide-idenya dalam tulisan, sehingga program sedekah melalui
karya tulis pun bisa segera terwujud. Medianya tidak hanya Kitaabah melulu,
media lain juga mungkin bisa dicoba.
Dengan program sedekah ini, banyak
hal yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Membantu
siswa/mahasiswa yang kurang mampu
2. Membantu fakir
miskin untuk memperoleh pekerjaan
3. Membantu fakir
miskin untuk berobat
4. Dan lain-lain
Semoga program ini bisa menjadi
solusi nyata, khususnya untuk bangsa tercinta ini.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
setuju, secara pribadi saya sangat setuju dengan program sedekah. saya juga mau membuat ebook gratis untuk para siswa yang kesulitan dalam memahami buku teks dan atau memahami tulisan. ebooknya sedang diperbaiki lagi, dulu sempat di simpan di ziddu, cuma ga tahu kenapa hilang lagi seprti di delete sama ziddunya.
ReplyDelete