Menunggu…
Itulah yang
telah ku lakukan selama setahun. Harapan hidup ini akan berubah, namun terasa
semakin kaku. Rasa gelisah sudah tidak terasa lagi. Rasa sedih sudah tak
sadarkan lagi. Semuanya sudah membeku…?
Di usiaku
yang sudah tidak muda lagi. Rambut putih pun semakin banyak menghiasi kepalaku.
Rasa lemah dan letih semakin sering menyerang tubuhku yang kurus ini.
Aku semakin
menyesal, menyesal karena terlalu bermimpi untuk menjadi intelektual. Duduk
manis di depan meja, bertemankan komputer dan seabreg buku, pernah menjadi
impianku. Ini juga yang membuat aku berkorban meninggalkan banyak hal yang
biasa dilakukan teman-teman sebayaku.
Demi kuliah,
ku tinggalkan masa remaja yang suka bermain. Demi kuliah, ku tinggalkan obrolan
hangat di kantin karena uang jajan disaku dianggarkan untuk bayar angkot dan
buku.
Cita-cita
tinggi, kuliah tinggi, bahkan sampai post-doctoral pernah menjadi harapan
besar. Namun baru setengah perjalanan, Tuhan mengambil kemampuanku. Fisikku
sehat, tapi daya pikirku terasa ada yang hilang.
Oh Tuhan, di
mana sebenarnya aku berada? Salahkah hamba-Mu ini bercita-cita kuliah tinggi
demi membahagiakan orangtua? Salahkah hamba-Mu ini mengejar ilmu sekolah formal
demi membahagiakan rakyat jelata?
Badanku
lemas, teringat ibu di kampung yang semakin tua. Aku belum bisa berbakti
kepadanya, walau hanya mengajak jajan bakso kesukaannya. Kakiku kaku ketika
teringat kakak yang setiap datang bulan harus menjerit kesakitan – bahkan
nyaris seperti mau mati – karena ada penyakit yang dideritanya.
Ku
tersungkur ketika sadar otak ini sudah tidak bisa berfungsi normal lagi.
Walaupun ada sedikit pendapatan, namun tidaklah cukup untuk biaya hidup seorang
diri sekalipun. Kegagalanku sudah membunuh semua syaraf kreatifku. Aku hanya
bingung, dan entah apa yang harus ku lakukan. Jawaban Tuhanpun masih belum
terasa kehadirannya.
Ku cabut
rumput kecil di sampingku. Ku tatap warnanya. Ku perhatikan semua bagian rumput
tersebut. Ternyata aku masih mengenali rumput seperti sedari dulu. Oh Tuhan,
terimakasih Engkau masih memberikan aku kesempatan untuk mengenali rumput ini
sebagai tanda-tanda kebesaran-Mu, walau aku tak tahu lagi langkah apa yang
harus ditempuh setelah itu.
Oh Tuhanku,
seandainya Engkau hendak mengambil semua yang ada dalam diriku ini, hamba tak
kuasa menolaknya. Namun perkenankan hamba untuk tidak jauh dari rahmat-Mu yang
sangat Agung itu.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
weleh, ini cerpen apa kenyataan nih Kang :)
ReplyDeleteCurhat Kang, sekaligus dibumbui fiski bin kebohongan. hiks...hiks.. Kabita ku Kang Dens hoyong tiasa nyerat Novel....
Delete