Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Thursday, December 19, 2013

Perkembangan Peserta Didik

[Rangkuman dan sebuah pemahaman sederhana dari penulis]

Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Seringkali mahasiswa dibuat pusing ketika harus membedakan antara arti pertumbuhan dan perkembangan. Ada yang sama sekali tidak tahu, ada juga yang tertukar pengertiannya.

Pada tulisan ini disajikan pengertian pertumbuhan dan perkembangan menurut buku karya Sunarto.


Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Contohnya, perubahan postur tubuh, suara, tumbuhnya kumis pada laki-laki, dan lain-lain.

Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Hukum-hukum perkembangan meliputi: Hukum Cephalocoudal, Hukum proximodistal. Dalam hal ini, kita mengenal istilah dewasa dalam pikiran, mudah bergaul, dan lain-lain.

Perkembangan Intelek, Sosial, dan Bahasa
Perkembangkan intelek adalah perubahan pola pikir menuju tingkatan lebih tinggi (pola pikir dewasa). Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek antara lain: Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang, Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah, Adanya kebebasan berpikir.

Untuk membuat kita mau menyimpan informasi ke dalam otak atau melakukan sesuatu yang akan berbuah pengalaman dibutuhkan respon positif dari berbagai pihak, tidak hanya pelakunya sendiri.

Kalau kita mengingat informasi tentang beberapa sekolah di negeri ini, tampaknya masih banyak sekolah yang kurang memperhatikan hal di atas. Para guru hanya berpikir bagaimana menyampaikan pelajaran, dan siswa harus memahaminya tanpa upaya maksimal yang dilakukan guru.

Guru suka memberikan latihan-latihan kepada siswa, namun ia tidak suka memantau hasil latihan siswanya, apakah sudah ada perkembangan positif atau belum? Kalaupun seorang guru mengetahui bahwa siswanya tidak bisa mengerjakan latihan yang diberikannya, ia tidak mau mengubah metode atau gaya mengajarnya. Yang terjadi, guru ingin ‘memaksa’ siswa untuk paham, sementara siswa tetap tidak paham. Ini masalah serius!

Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Maka perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.

Saat ini terjadi degradasi moral, bahkan sopan santun dan etika. Rasa hormat orang yang lebih muda kepada yang lebih tua diduga semakin menurun. Begitu juga rasa menghargai, menyayangi, dan perhatian dari orang yang lebih tua – baik dari segi umur ataupun jabatan – semakin tampak berkurang karena mengarah ke kehidupan individualistis.

Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.

Saya mengambil contoh berdasarkan makna bahasa secara sempit, yaitu bahasa daerah, Indonesia, dan bahasa Inggris. Tuntutan muncul berbeda-beda dari berbagai pihak. Para pecinta bahasa daerah terus mendorong generasi muda untuk melestarikan bahasa daerahnya dengan dalih jangan sampai kehilangan kearifan lokal.

Para pecinta bahasa Indonesia terus mendorong bangsa Indonesia untuk melek bahasa persatuannya agar komunikasi daerah dan pusat tidak tersendat, sehingga usaha pengentasan ‘rendah baca’ bisa segera berhasil.

Para pencari kerja dan bisnis terus mendorong bangsa Indonesia untuk melek bahasa Inggris, minimal. Hal ini ditujukan agar mencari kerja atau membangun bisnis lebih mudah.

Sebagian kalangan yang akan melakukannya bingung, manakah bahasa yang harus dipelajari? Akhirnya, banyak kalangan yang memutuskan untuk memprioritaskan bahasa Inggris.

Dampak negatif dari pendapat bahwa bahasa Inggris itu lebih penting dari bahasa daerah dan Indonesia antara lain terjadi campur aduk ketiga bahasa tersebut dalam penggunaannya. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lisan, melainkan dalam tulisan juga.

Saya pernah membaca sebuah buku komputer yang menggunakan bahasa campur aduk tersebut, antara lain: men-generate, men-delete, di-cancel, dan lain-lain. Apakah penggunaan istilah ini dibenarkan? Setahu saya, tidak benar.

Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara terintegrasi dengan faktor lingkungan kehidupan. Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di dalam dunia kerja. Sementara kehidupan berkeluarga merupakan kehidupan dalam keadaan sudah melangsungkan pernikahan.

Sampai saat ini, saya memandang sekolah masih berorientasi pada intelektual. Bahkan sebagian sekolah masih jauh dari upaya optimal, walaupun sekedar penajaman intelektual juga. Satu lagi yang menarik dari paragraf di atas adalah bahwa belajar itu tidak hanya di sekolah. Yang lebih miris, di luar sekolah tidak banyak belajar, di sekolah pun malas juga. Silahkan perhatikan kondisi anak-anak di lingkungan sekitar kita! Bahkan ada informasi, dalam sebuah forum belajar bersama, beberapa anak seusia SMP dan SMA, mereka tidak ada kemauan untuk menghapal satu paragraf teks ceramah sekalipun. Lalu apa saja pekerjaan mereka? Apakah otak mereka terlalu penuh dengan pelajaran sekolah? Saya menduga, tidak. Justru, diduga bahwa mereka jarang sekali menggunakan otaknya.

Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian diri remaja khusus di sekolah didukung oleh beberapa upaya, diantaranya sebagai berikut: Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah”, Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak, dan Usaha memahami anak didik secara menyeluruh.

Apakah kita “betah” (nyaman) di sekolah? Apakah kita nyaman dengan tugas-tugas sekolah? Apakah stresnya menghadapi pelajaran sekolah selalu dianggap hal biasa yang sangat mungkin terjadi di sekolah dengan dalih pendewasaan diri?

Saya pikir tidak demikian seharusnya. Masih ada celah untuk menjadikan sekolah itu nyaman seperti halnya di rumah sendiri. Di rumah yang nyaman itu bukan berarti tidak ada masalah, melainkan masing-masing anggota keluarga merasa saling memiliki, ayah tidak mau kehilangan anaknya, anak tidak mau kehilangan ibunya, dan seterusnya.

Apakah pola hubungan ibu, ayah, dan anak tidak dapat diterapkan di sekolah? Bisa, kalau kita mau. Apakah tugas sekolah bisa disenangi peserta didik? Bisa, kalau kita berusaha. Akan tetapi, senang bukan berarti dimanja, melainkan ada komunikasi baik antara peserta didik dan lingkungan sekolahnya, seperti dengan guru.


Referensi:

Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

2 comments:

  1. mantap artikelnya :D, tugas sekaligus tantangan Kang. anak2 di sekolah itu pada jenuh, bosen, gitu-gitu aja belajarnya, ga bikin semangat, akhirnya malah pergi ke warung, merokok. kemarin saya punya ide untuk menyadarkan anak2 sekolah. ide ini sebenarnya udah lama mucul di benak saya, cuma baru 10 watt saja. nah sekarng kayaknya udah 100watt. saya aja yang nulis ide ini jadi mikir cukup dalam, tapi jujur saja, ide ini benar-benar memotivasi saya untuk berpikir dan bertindak lebih terarah. nantilah saya tulis idenya di blogspot saya secara panjang lebar. pendekatan yang dipake sama saya ya psikologi aja biar kena di hati :D . selamat berjuang >

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah keluar kan psikologinya. Ditunggu, Kang! Update di Kitaabah juga boleh kayanya :)

      Selamat berjuang juga. Terimakasih

      Delete