Ku duduk di atas kursi bambu yang
sudah hampir rubuh. Mau diganti, belum sempat karena harus mengais rezeki di
tengah kepenatan kota. Termenung sambil sesekali meminum air putih. Aku
teringat ayah….
Kesukaan ayah itu kopi. Beliau
hampir tidak luput dari kopi setiap harinya. Aktivitas sehari-seharinya yang
sangat padat, seringkali membuatnya harus tidur larut malam, dan bangun sebelum
ayam berkokok.
Pulang ngajar, beliau langsung pergi
ke sungai. Di sungai itulah ayah asik menjalani hidupnya dengan membuat
kolam-kolam ikan di pinggirnya. Sungai yang masih ada di kampung, airnya masih
bersih dan jernih, membuat warga sekitar tidak keberatan atas pembangunan kolam
tersebut karena memang jauh dari rumah penduduk. Aliran sungai pun tetap dijaga
agar mengalir dengan lancar.
Hampir tidak ada seorang pun
penduduk kampung yang tidak kenal ayah. Beliau hadir di saat orang tidak bisa
makan. Beliau datang ketika preman sedang mengamuk. Beliau juga datang ketika
tokoh masyarakat sedang bermusyawarah.
Ayahku… Sungguh mulia engkau. Sejak
muda sudah banyak berbuat untuk orang lain. Engkau rela memiliki rumah
beralaskan tanah demi mendirikan lembaga pendidikan tempat belajar penduduk
setempat, termasuk menggratiskan sekolah bagi yang kurang mampu.
Kesibukan tidak membuat engkau
melupakan aku. Engkau mengajak aku bermain layangan. Engkau membawa aku mengaji
walau sering mencoret-coret papan tulis dengan kapur tulis. Engkau meladeni
obrolan aku yang kesana-kemari sambil meratakan lumpur kolam.
Ayah… engkau sangat baik deh. Sampai
saat ini sumber inspirasiku masih besar berasal darimu. Ibu, kakak dan
muri-muridmu seringkali menceritakan tentangmu untuk menyemangatiku. Aku
berpacu, berlari kencang mengejar impian. Tak ku hiraukan kesia-siaan di masa remaja
karena engkau juga demikian. Masa mudamu, masa pujian dari nenek.
Ayah… kini aku sudah dewasa, bahkan
mungkin sudah mulai tua. Namun belum bisa berbuat apa-apa seperti yang engkau
contohkan. Hidupku kelam, gelap gulita, entah kapan menemukan siang?
Namun…
Aku merindukanmu, ayah… Ini aku
sedang minum air putih. Aku teringat ayah suka minum air kopi. Aku buatkan ya
ayah, secangkir kopi untuk mu…! Ini ayah kopinya, ini kopinya di cangkir
kesayanganku, spesial buat ayah….!
Ayaaah….. di mana engkau? Ini kopi
hangat buatmu….! Kenapa engkau tidak menjawabku, ayah? Aku ingin minum
bersamamu. Aku ingin duduk dan ngobrol bersamamu.
Ayaaah, maafkan putramu ini masih
mencarimu, padahal engkau sudah lama meninggalkanku semasa kecil. Kini aku
hanya melihat batu nisanmu…
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment